Bagaimana aku
bisa menghiburmu,
jika biasanya itu peranmu?
Kamu jadi
Matahari tanpa sinar,
bagaimana aku harus
membantumu mengembalikannya?

🌏

Begitu mendengar kabar itu, Ghea langsung panik. Dia memesan taksi online saat itu juga. Orion hanya mengangguk saat Ghea bilang harus pergi sesegera mungkin.

Ghea baru tahu kalau ibu Surya sakit. Surya sudah tidak bisa membendung air matanya saat akhirnya menjelaskan soal penyakit ibunya. Penyakit jantung sejak lahir. Sempat boleh pulang tapi kondisinya memburuk. Hingga akhirnya, hari ini, tak berapa lama setelah Surya datang seusai sekolah, ibunya meninggal.

Astaga, rasanya Ghea ingin menyuruh mobil ini terbang saking lamanya perjalanan.

Surya mengambil peran sebagai Matahari---dia selalu jadi penyemangat bagi Ghea, cewek moody yang mengaku-ngaku sebagai Bumi. Jika sekarang Surya yang butuh disemangati, apa yang harus Ghea lakukan? Dia tidak tahu caranya.

Saat akhirnya dia tiba di rumah sakit dan berhenti di depan kamar yang disebutkan Surya, Ghea melihat pemandangan yang membuat hatinya remuk. Surya, Mataharinya, sedang memeluk ayahnya sambil menangis.

Surya menangis.

Matahari Ghea kehilangan sinarnya.

Seorang perawat melewati Ghea, memasuki kamar itu. Surya menoleh, dan tatapan mereka bertemu. Sambil menghapus sedikit sisa tangisan di pipi, Surya berjalan keluar, mendekati Ghea.

"Ghe, lo dateng jug---"

Ghea langsung memeluk Surya, melingkarkan kedua lengannya di pinggang Surya. "Maaf, Sur."

Surya balas memeluk Ghea. Dia menenggelamkan wajahnya di bahu Ghea, lagi-lagi bergetar. Ghea mengelus punggung Surya perlahan, berusaha menenangkan sahabatnya itu---sesuatu yang mustahil, karena Ghea pun tidak mampu menahan air matanya.

"Gue nggak tau harus ngapain, Ghe," bisik Surya. Ketakutan mendominasi suaranya. "Gue takut."

"Gue juga nggak tau, Sur. Tapi gue akan ada di sini, buat elo." Ghea mempererat pelukannya. "Lo nggak usah takut."

Pantas saja hujan turun hari ini. Ia sedang berusaha menutupi Matahari yang sedang tidak sanggup bersinar.