Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[⭐] 24 - Dirus Hujan

Air turun dengan derasnya
dari mata, menuju pipi,
bermuara di dagu,
menetes di atas meja.
Aku membencinya.

Hari ini ada pertemuan klub Jurnal. Pertemuan pertama setelah para pemagang dilatih. Orion kembali duduk di belakang, memperhatikan pertemuan berlangsung.

Matanya sehari diarahkan pada satu orang secara khusus---Ghea. Sedari tadi, cewek itu hanya duduk di sebelah Thalia tanpa semangat. Entah apa yang sedang dia rasakan, yang jelas, Orion merasa kasian melihatnya.

Pertemuan diakhiri beberapa saat kemudian. Kebanyakan orang langsung membereskan barang-barangnya, terkecuali Ghea. Cewek itu sibuk dengan ponselnya. Orion ingin menyapanya, namun bunyi ponsel mendahuluinya.

Ghea Adiningsih
Kak, boleh gue minta tolong anterin lagi?

Tepat pada saat itu, Ghea menatapnya. Orion mengangguk, dan mereka sama-sama meninggalkan kelas, menuju parkiran.

"Lo kenapa?" tanya Orion, tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertanya. "Lagi ada masalah?"

"Begitulah."

Langkah Ghea yang lesu membuat Orion mendapatkan ide. Astaga, semenjak cukup dekat dengan Ghea, Orion selalu bersikap impulsif. Sebenarnya ada apa dengannya?

"Lo laper, nggak?"

Ghea menoleh padanya heran. "Nggak terlalu, sih."

"Gue laper. Lo suka bakso?"

Tanpa menunggu Ghea membalas, Orion menyuruhnya bergegas. Mereka meninggalkan area sekolah tak lama kemudian.

Orion mengajak Ghea ke sebuah warung bakso kecil yang selalu mereka lewati saat perjalanan pulang. Warung itu tidak terlalu ramai saat mereka melangkah masuk.

"Kenapa tiba-tiba lo ngajak gue makan di sini?" tanya Ghea heran.

"Entahlah. Lo kayak butuh makan. Jelek banget ekspresi lo."

Ghea mendengus. "Mood gue emang lagi jelek."

Orion membiarkan Ghea berpikir sejenak. Dia merasa, cewek itu akan mengatakan sesuatu pada akhirnya.

"Surya, dia itu Matahari gue, dan gue adalah Buminya," ujar Ghea pada akhirnya.

Orion memperhatikan Ghea. Hubungannya dengan cowok bernama Surya itu sepertinya lebih dalam dari yang Orion kira.

"Dia kayak punya beban yang berat banget. Gue pengin banget nolongin, cuma dia nggak bilang apa-apa soal masalahnya."

"Lo udah tanya?"

Ghea mengangguk. "Dia nggak mau jawab."

Orion bisa melihat seberapa penting Surya bagi Ghea. Kekhawatiran dalam mata Ghea begitu jelas. Bahkan orang paling tidak peka sekalipun akan menyadarinya.

"Gue bilang, kami butuh menjauh. Gue pergi, di saat yang gue pengin adalah menolongnya. Astaga, gue merasa bersalah banget."

"Mungkin kalian memang butuh waktu," balas Orion, tidak yakin apakah dia mengatakan hal yang tepat.

"Dia nggak akan betulan ninggalin gue, kan, Kak?" Ghea mendongak, matanya terlihat sedikit berkaca-kaca. "Gue takut."

Air mata Ghea menetes. Dia mengusapnya sambil tertawa canggung.

"Ah, maaf. Kenapa juga gue nangis." Ghea menarik beberapa lembar tisu.

"Kalau dia betulan peduli sama lo, dia bakal balik," ujar Orion akhirnya. "Lo nggak usah takut."

Ghea tersenyum. "Makasih, Kak."

Orion akhirnya berusaha mencari topik lain supaya Ghea tidak sedih lagi. Perasaan aneh menelusup ke dalam hatinya---dia hanya tidak tahu perasaan apa yang saat ini dia rasakan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro