[🌏] 23 - Badai Matahari
Saat mataharinya marah,
Bumi juga merasakan dampaknya.
Sebuah badai geomagnetik kuat
yang mengacaukan dunia.
🌏
Ghea terpaku di tempatnya, tidak yakin kenapa Surya begitu marah. Mataharinya sedang tidak baik-baik saja. Ghea berdiri untuk mengejar Surya, tidak peduli sebentar lagi bel akan berbunyi.
Surya berjalan ke arah kantin---dia selalu mencari minuman manis jika sedang kesal. Surya benci minuman manis, tapi menurutnya, hanya itu yang bisa membuat kemarahannya surut.
Ghea bingung. Dia memang terlalu bersemangat ingin bercerita soal Orion pada Surya, hingga tidak menyadari raut mukanya yang sedang keruh. Tapi, tidak biasanya Surya semarah ini.
"Sur, maaf, gue nggak sengaja." Ghea mendekati Surya, yang sedang mengambil jus mangga. "Lo kenapa?"
"Nggak, Ghe, gue belum mau cerita." Surya menggeleng. "Gue juga minta maaf udah marah."
Kejengkelan Ghea meningkat. Dia sudah meminta maaf dan mau mendengarkan Surya, tapi cowok itu lagi-lagi menutup diri. Surya jarang mau menceritakan soal masalah yang dia hadapi pada Ghea. Padahal, Surya seharusnya tahu, Ghea akan selalu mendengarkannya.
"Lo juga aneh, Sur," balas Ghea, terdengar lebih kasar dari yang dia maksudkan. "Lo kesel pas gue nggak mau peduli soal kondisi lo, tapi di saat yang sama, lo nggak mau ngasih tau lo kenapa. Mau lo apa?"
"Gue belum bisa bilang, Ghe. Ada hal-hal yang nggak bisa semudah itu dibicarain."
"Dan lo minta gue ngertiin kondisi lo? Di saat lo sama sekali nggak ngasih petunjuk?"
Surya menghela napas. "Gue nggak mau berantem."
"Gue masih Bumi lo, nggak sih? Gue ngerasa lo ngejauh, Sur."
"Oh, gue yang menjauh?" Surya menoleh, menatap Ghea tajam. "Gue nggak pernah ke mana-mana. Justru lo yang ngejauh. Lo ngejauhin gue, jadi lebih deket sama Bintang lo itu. Gue yang harusnya nanya, Ghe. Gue masih Matahari lo, nggak sih? Atau lo udah nemu bintang baru?"
Ghea tercekat, tidak tahu harus membalas apa. Di satu sisi, Surya benar---Ghea yang selama ini terlalu sibuk dengan Bintangnya, melupakan Mataharinya. Perkataan Surya menusuknya tajam, tepat sasaran. Di sisi lain, bagaimana mungkin Surya berpikir ada yang bisa menggantikan posisinya? Sekesal itukah dia pada Ghea?
"Mungkin kita harus ngejauh untuk sementara," kata Ghea kemudian, berusaha sekuat tenaga untuk tidak terdengar gemetar.
Dia berbalik, berjalan ke kamar mandi. Matanya terasa berair, dan dia tidak mau ketahuan menangis.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro