Dust
Kali ini sebelum mulai cerita aku mau kasih gambaran sedikit tokoh-tokohnya ya.. 😊
1. Michael
Seorang malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan untuk membantu Pon mewujudkan impiannya.
2. Pon
Sekumpulan debu yang mengering dan terbentuk menjadi sebuah patung kecil yang terdampar di pantai sampai suatu saat dia di temukan oleh seseorang.
3. Jenni
Pacar Sailub ketika duduk di bangku SMA dan merupakan saingan cinta Pon. 😊
4. Sailub
Pria yang selalu di ganggu oleh Pon dan di cintai olehnya. Tetapi dia selalu berlaku kasar kepada Pon
5. Jeff
Pacar Sailub setelah Pon menghilang darinya untuk selama-lamanya.
ok.. sekian dulu pengenalan tokoh-tokohnya.. Silakan membaca.. semoga suka 🥰🙏
---
SMA Elit di Bangkok
Pon Pov
Aku melihat Sai sedang berjalan sendirian di koridor sekolah. Tiba-tiba pikiranku mulai iseng. 😏
“Doorr.. Hello Sai…”
Aku mengagetkan Sai yang saat ini sedang memakai earphones nya. Dia menatapku dengan sinis lalu mengibaskan tanganku yang ada di pundaknya sambil melepaskan earphonesnya.
“Aizzz.. Pon ngapaian si!! Kaget tau!!”
“Maafkan aku..”
“Hmm…”
---
Sailub Pov
Aku merasa sangat kesal dengan perbuatan Pon dan kembali buru-buru memasang earphones ku lagi karena aku merasa risih disebabkan Pon selalu mengikutiku kemana-mana. 😑
Pon benar-benar sangat cerewet dan aku tidak terlalu menyukainya.
“Hei.. Sai.. Apakah kamu mendengar perkataanku?”
Aku sayup-sayup mendengar Pon kembali berbicara dan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahku. Tetapi.. aku terus saja berjalan tanpa menghiraukan dia. Tetapi.. Pon tidak mau berhenti melakukannya, sehingga aku segera melepaskan earphones ku lagi dan menatapnya dengan tajam. 😑
“Aizz.. Apa lagi si Pon!!”
“Sai…”
---
Pon Pov
Aku hanya bisa memangil namanya dengan pelan saat dia menatapku dengan tajam, dari sorot matanya aku tahu bahwa dia sepertinya membenciku. 😔
Tetapi.. aku membalas tatapan matanya dengan penuh kasih sayang. Lalu mengatakan..
“Aku mencintaimu, Sai..”
Ini adalah ketiga kalinya aku mengatakan perasaanku kepada Sai.
“Apakah kamu sudah gila?!”
“Yeah.. Aku gila karena dirimu..”
Setelah mengatakan itu, kedua tanganku segera menangkup pipi Sailub dan..
Kiss 😘
Aku mencium bibirnya sekilas.
--
Sailub Pov
Tiba-tiba Pon mencium bibirku dan aku merasa sangat terkejut sehingga berusaha untuk melawannya. Aku segera mendorong tubuhnya sehingga dia terpental dan jatuh.
Bugh!
“Kamu benar-benar gila! Jangan mengikutiku terus atau kamu akan mati. Ingat itu!!”
Aku mengatakan itu kepada Pon dan segera berjalan menjahuinya. Aku melihat Pon tetap terduduk di lantai dan berkata lagi..
“Aku benar-benar mencintaimu, Sai… Hik.. Hik..”
“Chuih..”
Aku mengusap bibirku dengan kasar..
Apa-apan dia?! Dasar pria gila.. Sangat menakutkan..
---
Keesokan Harinya..
Pon Pov
Pagi ini aku tersenyum dan berlari-lari kecil menuju ke kelasku. Tetapi.. langkah kakiku segera berhenti saat aku mendengar suara dari ruangan kelas yang pintunya masih terbuka sedikit.
“Ahh…phi…”
“Mendesahlah lebih keras.. ahh.. Jeni..”
“Arghhh.. Phi.. Phi faster.. ahhh..”
Aku lalu membuka pintu itu secara perlahan-lahan.
Deg! Deg!
Rasanya jantungku seperti ditusuk-tusuk oleh sejuta pisau yang tajam. Aku lalu segera menutup pelan pintu itu lagi dan berlari sejauh-jauhnya.. 😣
---
Taman Sekolah
Pon Pov
Saat sudah sampai di taman sekolah, aku segera berhenti berlari.
“Aghhh.. Hik.. Hik.. Aahhh.. Sakit.. Sakit..”
Aku berteriak dengan kencang dan langitpun terlihat ikut menangis sehingga air hujan mulai menetes dan membasahi wajahku. 😭😭
Aku bersimpuh di bangku taman dan menangis dengan sejadi-jadinya.
Ini adalah pagi yang terburuk bagiku dan setelah aku menangis selama setengah jam, aku merasa bahwa wajahku sudah tidak terasa tertetesi oleh air lagi. Meskipun saat ini masih hujan. 🙄
Aku lalu mendongakkan kepalaku.
“Michael?!”
Aku merasa terkejut karena Michael tiba-tiba berdiri di belakangku dan memayungiku.
“Michael, kamu membuat aku terkejut saja. Untuk apa kamu ada disini?!”
Aku bertanya sambil mengusap air mata dari mataku.
“Aku datang untuk menjemputmu sesuai dengan perkataanku satu tahun yang lalu, Pon..”
Michael mengatakan itu dan membantuku untuk berdiri.
“Tetapi aku..”
“Sudahlah.. menyerah saja karena Sailub tidak akan pernah mencintaimu, Pon..”
“Huf..”
Aku yang mendengar perkataan Michael hanya bisa menghela napas panjang.
“Aku akan terus berusaha sampai waktunya tiba dan jika sudah waktunya.. Sailub masih membenciku maka aku akan menyerah..”
Aku mengatakan itu dan Michael menepuk punggungku.
Michael berkata di dalam hati..
Kamu sangat kasihan Pon, Sailub pasti akan merasa menyesal sudah menyia-nyiakanmu.
Michael lalu menggandeng tangan Pon untuk pergi dari taman dan Pon hanya menurut saja.
---
Lapangan Basket
Pon Pov
“Sai.. leparkan bolanya kepadaku..”
Aku berteriak kepada Sailub. Saat ini, aku, Sailub dan teman-teman kami sedang latihan basket. Sailub saat ini sedang mendribble bola hanya melirikku sekilas dan membuang mukanya. Sailub kemudian segera mengoper bola itu ke arah teman kami yang lain, aku hanya bisa menunduk dengan sedih. 🙁
Prritt!!
“Latihan hari ini sudah selesai teman-teman..”
Ketua basket tim kami mengatakan itu.
Aku melihat Sailub terlihat kelelahan dan dia mengibas-ngibaskan tangannya ke depan wajahnya.
“Sai.. ini minuman untukmu..”
Aku mengatakan itu dan memberikan minumanku kepada Sailub sambil tersenyum lebar. 😊
Plak!
Sailub segera menepis tanganku sehingga minuman ini terjatuh dan tumah, padahal aku juga merasa kehauasan. Aku hanya bisa tersenyum dengan kecut dan menelan ludahku. 🙂
“Aku tidak membutuhkan minuman darimu..”
“Ah.. apakah kamu merasa lelah? Sini aku usap keringatmu, Sai..”
Aku mengatakan itu dan segera mengambil handukku lalu mengusap leher Sailub.
“PON! Jangan berlebihan!! AKU TIDAK SUKA!”
Sailub berkata dengan suara yang kasar kepadaku.
---
Sailub Pov
Aku merasa marah kepada Pon yang dengan seenaknya mengusap leherku.
“Pphiii..”
Aku mendengar Jeni berteriak dan melambaikan tangannya ke arahku, sehingga aku segera tersenyum kepadanya. 😊
“Phi.. Aku membawakan minuman untukmu.. Ini minumlah..”
Aku segera menerima minuman dari Jeni dan meminumnya. Jeni juga segera mengelap keringatku, aku bisa melihat Pon hanya berdiri mematung. 😏
“Terima kasih Baby.. Ayo kita pergi ke kantin sekarang. Oh ya!! Pon jangan kamu ikuti kami, apakah kamu mengerti!!”
Aku memberikan perintah kepada Pon dan melihat dia hanya menganggukkan kepalanya saja. Aku dan Jeni segera berjalan pergi keluar dari lapangan basket ini.
---
Pon Pov
Aku hanya bisa menatap ke arah mereka dengan hati yang terasa pilu. 🥺
“Sailub..”
Aku melirihkan namanya.
“Pon..”
Michael memanggilku dan memeluk tubuhku dari arah belakang.
“Michael!! Lepaskan aku!! Aku merasa malu karena disini ada banyak orang!!”
“Biarkan saja seperti ini untuk sementara karena aku ingin selalu berada disisimu selama hatimu terasa sakit..”
Aku mendengar Michael mengatakan itu dengan suara yang lembut.
---
Sailub Pov
“Ciee.. Pon punya pacar.. Suit.. Suit..”
Aku yang mendengar perkataan itu segera menghentikan langkah kakiku dan berbalik untuk menatap Pon.
Cuih.. Sangat menjijikan! 😑
Aku lalu kembali melangkahkan kakiku pergi dan meninggalkan Jeni.
“Phi.. Phi tunggu aku.. Kenapa Phi jalan cepat sekali?”
Aku mendengar suara Jeni yang sedang berlari mengejarku.
“Phi.. Kamu kenapa? Kenapa kamu terlihat begitu tidak menyukai Pon?”
“Jen! Sudahlah.. jangan sebut nama itu lagi..”
Aku hanya mengatakan itu dan terdiam selama perjalan kami ke kantin.
---
Pon Pov
“Pon.. lepaskan Sailub..”
Aku mendengar Michael berbisik di telingaku. Setelah mendengar perkataannya, aku segera melepaskan tangan Michael yang memeluk tubuhku dan berbalik untuk menatapnya.
“Tunggu saja Michael.. Berikan aku kesempatan untuk membuka hatinya untukku.. huf..”
Aku mengatakan itu dan segera mendesah. 😩
“Kamu masih ingat akan perkataanku satu tahun yang lalu..”
“Iya.. aku masih ingat Michael..”
---
Rumah Sailub
Sailub Pov
Ting Tong.. Ting Tong.. Ting Tong..
Aku berjalan ke arah pintu rumahku dan membukanya perlahan.
Clek!
“Siapa?”
“Tara..”
Aku melihat Pon bersembunyi di balik kue yang dia bawa.
“😑”
“Ini untukmu, Sai..”
Pon mengatakan itu dan mendorong kue yang dia bawa kearahku. Aku hanya bersikap cuwek dan hampir menutup pintu rumahku lagi, tetapi segera di tahan oleh Pon.
“Tunggu.. aku mau masuk dan main..”
Pon segera masuk ke dalam rumahku tanpa aku minta dan berjalan ke arah kulkas untuk menaruh kuenya.
“Aizz.. dasar Pon..”
Aku mengatakan itu dan kemudian duduk, lalu menyalakan TV.
---
Pon Pov
Aku mengelilingi seluruh rumah Sailub. Aku lalu berjalan menuju kamar Sailub.
Kamar Sailub sangat rapih dan selimutnya berwarna biru tua dengan aroma tubuh Sailub yang menempel lekat di dalam kamarnya ini.
Aku lalu melihat ada sekotak cincin yang berbentuk love berwarna merah. Aku membukanya dan tersenyum dengan miris. 🙂
Cincin ini pasti untuk Jeni..
Aku lalu membuka tasku dan menaruh amplop di laci meja ini, di bawah tempat cincin ini.
Semoga kamu cepat membuka dan membaca surat ini Sai...
Aku mengatakan itu di dalam hatiku dan kemudian berjalan keluar dari kamar Sailub.
Aku kembali berjalan ke ruang tengah dan melihat Sailub sedang menatap TV dengan rawut wajah yang terlihat serius.
Aku lalu berjalan untuk duduk di sebelahnya.
“Sai..”
Aku memangilnya dan dia hanya diam saja.
“Sailub..”
“…”
“Sai.. Aku mencintaimu..”
Kali ini Sailub melirik dengan tajam dan berkata kepadaku.
“Jangan ucapkan perkataan itu!!”
“Apakah sama sekali sudah tidak ada ruang di hatimu untukku, Sai?”
Aku mengatakan itu sambil terisak-isak. 🥺
“Tidak!! Pergilah sekarang juga Pon!!”
Setelah mengatakan itu, Sailub segera berdiri dan berjalan kearah kamarnya.
BRAK!
Dia membanting pintu kamarnya dengan keras. 😭
---
Beberapa hari kemudian
Di dalam Ruangan Kelas
Pon Pov
“Sai.. aku benar-benar mencintaimu. Terimalah aku..”
Aku memegang kedua tangan Sailub.
“Tidak!!”
“Tolonglah terima aku!!”
“Sebenarnya apa yang kamu inginkan hah?! Kamu ingin tidur denganku?!”
Sailub mengatakan itu dan terlihat mulai kesal.
“Tidak.. Bukan itu maksudku. Hanya tolonglah terima perasaanku ini.. Tolong na..”
---
Sailub Pov
Aku mulai merasa kesal karena selalu di ikuti oleh Pon kemanapun. Aku lalu segera memegang pipi Pon dan..
Kiss 😘
Aku mencium bibirnya kasar dan menggigit bibir bawahnya dengan keras sehingga aroma darah terasa di ciuman kami.
“Aghh.. Sakit..”
Pon mengatakan itu setelah aku melepas ciuman kami dan dia segera memegangi bibirnya. 🥺
"APA INI YANG KAU INGINKAN HAH?"
Aku segera berteriak di depannya dengan keras.
“Tidak.. Bukan seperti ini..”
Pon mengatakan itu dan kemudian aku mendengar suara pintu terbuka.
Brak!
“Phi!! Apa yang kamu lakukan?”
Jeni bertanya dan terlihat shock dengan kejadian yang dia lihat barusan. 😨
“Baby..”
Aku memanggilnya dengan perasaan gugup.
“Phi.. Kamu berselingkuh dengan Pon?! Kalian benar-benar sudah gila!! P’Sai.. Kita putus sekarang!!”
“Jeni!! Jen.. Tunggu!!”
Aku melihat Jeni segera berlari keluar dari kelas kami. Lalu aku berbalik menatap Pon dengan marah.
“Arrghh.. Semua ini gara-gara kamu!!”
Buk!
Aku segera meninju wajah Pon sehingga Pon terlempar dan terjatuh. Aku kembali memegangi kerah baju Pon dan ingin memukulnya lagi, tetapi..
Bug!
Pukulanku segera di tahan oleh Michael. Aku tidak tahu dia muncul dari mana.
“Berhentilah!! Dasar brengsek!!”
Aku mendengar perkataan Michael dan segera tersenyum saat melihatnya. 😏
“Kamu lihatlah.. Semua ini gara-gara pacarmu si gila ini!! Aku putus dengan Jeni..”
“Cih.. Apa peduliku kamu putus dengan pacarmu itu?! Benarkah kamu sama sekali tidak mencintai Pon yang benar-benar tulus mencintaimu? Aku kenapa merasa tidak yakin? Aku sangat pintar membaca hati seseorang..”
“Tidak! Aku sama sekali tidak mencintainya!! Pon!! Kamu benar-benar membuatku hampir gila.. AKU SANGAT MEMBENCIMU DAN LENYAPLAH SEKARANG JUGA DARI HADAPANKU!!”
Aku berteriak dengan kesal kepada Pon.
---
Pon Pov
Saat mendengar perkataan Sailub, aku perlahan-lahan mulai berdiri dan tersenyum kecut. 🙂
“Benarkah perkataanmu ini, Sai?”
“Iya..”
“Baiklah..”
“Sudah saatnya kamu pergi dari dunia ini Pon.. Orang yang kamu cintai sudah tidak menginginkan dirimu lagi..”
Aku mendengar Michael mengatakan itu kepadaku.
Aku melihat Sailub menatap bingung ke arah kami berdua.
Aku lalu menganggukkan kepalaku sambil menatap kearah Sailub.
“Rasa cintaku tidak akan menghilang meskipun aku sudah menjadi debu. Sai.. Selamat tinggal..”
Air mataku kembali menetes dan tanganku perlahan-lahan mulai menjadi butiran-butiran pasir. Aku tetap tersenyum dengan lembut kepada Sailub untuk yang terakhir kalinya. 😊
---
Sailub Pov
Aku merasa bingung dengan semua ini.
Apa yang terjadi? Mengapa tubuh Pon berubah menjadi butiran-butiran debu? Kenapa hatiku terasa sakit saat melihat tatapan mata Pon?
Aku mengatakan itu di dalam hatiku dan menatap tubuh Pon yang perlahan-lahan mulai menghilang. Tetapi sebelum menghilang dia sekali lagi berkata..
“Aku mencintaimu Sai.. Terima kasih Michael..”
Setelah mengatakan itu, tubuh Pon benar-benar menghilang. Sedangkan aku hanya bisa mematung.
---
Michael Pov
“Apakah kamu sudah merasa puas sekarang Sai?”
Aku bertanya kepada Sailub dan merasa sedikit terkejut saat melihat Sailub sedang menangis.
“Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Pon bisa menghilang seperti ini? Siapa Pon sebenarnya?”
Aku mendengar Sailub bertanya dengan bertubi-tubi.
“Nanti kamu juga pasti akan tahu jawabannya Sai..”
Aku mengatakan itu dan menepuk pundak Sailub. Aku lalu mengeluarkan sayapku dan terbang keluar lewat jendela kelas.
Aku bisa melihat Sailub yang terduduk dengan lemas dan menyesali perbuatannya kepada Pon sambil menangis.
---
1 Tahun Kemudian
Sailub Pov
Drr.. Drr.. Drr..
From: My Lovely Jeff
Sai.. Ayo kita bertemu… 😊
Aku sangat merindukanmu.
Aku hanya bisa tersenyum saat melihat isi pesan dari Jeff. 😊
Aku lalu mengambil bingkai photo di atas meja belajarku dan menatapnya. Photo ini adalah photoku bersama-sama dengan Jeff saat kami pergi ke Jepang beberapa waktu yang lalu. Sedangkan di belakangnya ada photo seorang pria lain dan aku mengusap photo itu dengan perasaan sayang.
Jeff benar-benar sangat mirip denganmu Pon. Hari ini aku akan melamarnya.. Kamu jangan merasa cemburu, ok?! Karena.. hatiku sudah terkunci hanya untukmu.
Aku berbicara dengan photo Pon dan kemudian membuka laci yang ada tempat cincin. Aku membuka tempat cincin itu lalu menaruhnya lagi.
Tetapi.. mataku tertuju ke sebuah amplop berwarna pink. Aku segera mengambilnya.
Hello.. Cintaku Sailub.. Kamu jangan merasa bosan denganku, ok?
Apakah kamu ingat bahwa satu tahun yang lalu, saat kamu berjalan-jalan di pantai kamu melihat ada patung tanah liat yang sangat kecil dan kamu ambil?
Aku sangat berterima kasih karena hal itu. Sebenarnya.. patung itu adalah diriku. Aku hanyalah sekumpulan debu yang mengeras dan akan dibuang begitu saja, tetapi kamu mengambilnya.
Karena hal itu, maka aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa hatiku hanya untukmu dan selalu hanya tertuju kepadamu. Aku bahkan rela melakukan apa saja asalkan aku bisa mendapatkan cintamu.
Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku bisa sama seperti dirimu yang seorang manusia. 😊
Lalu.. beberapa bulan kemudian, Tuhan mengirimkan malaikatnya untukku. Yeah.. malaikat itu adalah Michael.
Michael berkata kepadaku bahwa aku bisa menjadi manusia dan mendapatkan cintamu. Tetapi semua itu ada syaratnya.. Jika kamu tidak mencintaiku dan kamu mengucapkan kata Lenyap maka aku akan menghilang.
Kamu pasti tidak akan percaya kan? Tetapi.. itu adalah kenyataannya..
Ck.. Aku memang gila.. Sesuai katamu, aku memang gila! 😅
Tetapi.. aku sungguh-sungguh tulus mencintaimu..
Semoga kamu membaca suratku ini sebelum aku benar-benar lenyap dari dunia ini Sai.. Itu adalah harapanku sekarang… Apakah itu mungkin?
Tetapi.. jika aku benar-benar lenyap dari dunia ini maka cintaku selalu selamanya hanya untukmu.. Aku mencintaimu
From: Pon.. Pon selalu mencintai Sailub selamanya. 🥰
Setelah aku membaca surat ini, aku segera menangis dan air mataku turun dengan derasnya. 😭😭
Penyesalan memang selalu datang belakangan.. Semua akan terasa sia-sia jika sudah tidak ada lagi kesempatan untuk dapat memperbaiki kesalahan..
Yeah.. Ini adalah nasibku. 😔
THE END
Vote and comment.. 🥰🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro