Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

08. Karena Aquila

"Permata Sapphire berarti kejujuran dan komitmen, Thea." - Scorpio Manmal

Mereka tiba di tengah gua, pantulan cahaya biru laut dari dalam sana mampu membuat mata Aquila berbinar. Gadis seperti dirinya tak akan mungkin bisa tak tergoda pada perhiasan seperti ini. Tanpa sadar, Aquila melangkahkan kakinya begitu saja mendekati permata tersebut.

Scorpio menarik Althea ke balik sebuah batu. Ketika ia berbalik badan, ia tak mendapatkan Aquila di tempatnya. Ia mengedarkan pandangan dan mendapati Aquila yang tinggal beberapa langkah lagi akan menyentuh permata itu.

Refleks, Scorpio berteriak mengingatkan. Hal itu justru membuat sosok lain terbangun dari tidur lelapnya. Tidak sampai satu detik, sosok itu menerkam Aquila dari belakang. Aquila terjengkang ke belakang. Tubuhnya terhempas ke tanah dan tangannya sedikit tergores.

Gadis itu mengalihkan perhatiannya dari yang awalnya menatap goresan di tangan, menjadi menatap sosok itu ngeri. Mata sosok itu menatapnya tajam, menusuk hingga belakang kepalanya. Badan bersisik itu melangkah mendekat. Kakinya yang pendek tak menjadi halangan bagi sosok itu untuk menipiskan jarak. Sesekali lidahnya terjulur, seolah-olah menemukan makanan siap santap.

Aquila berteriak histeris. Tangannya yang terluka tak lagi terasa, tergantikan rasa takut yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sosok itu semakin mendekat. Aquila dapat menangkap sosok bersisik itu salah satu jenis hewan melata di dunianya. Tapi meski begitu, Althea tetap tidak menyukai hewan jenis melata apapun.

"WOI SCORPIO, TOLONGIN GUE DONG!?" teriak Aquila kencang.

"Hus ... hus ... sana ... pergi sanaa, gue bilang pergi! Akh," Aquila memekik keras ketika tangan kirinya lagi-lagi tergores stalakmit yang ada di sebelahnya.

"SCORPIO!?" panggil Aquila lagi, "GUE MASIH MAU HIDUP WOI!?"

Dengan susah payah, Aquila membangkitkan tubuhnya dengan bantuan batu itu. Setelah berhasil berdiri, Aquila berlari tak tentu arah.

Scorpio yang ada di balik batu semakin dibuat kebingungan karena tingkah Althea yang ketakutan. Kaki gadis itu bergetar hebat, Scorpio bisa merasakannya. Tangan gadis itu meremas pakaian Scorpio. Dari remasan itu juga, Scorpio bisa menyadari ketakutan yang luar biasa dari gadis itu.

"Pio, itu kasihan Aquila nya nanti di makan sama kadal itu gimana?" tanya Althea khawatir.

"Pio, cepetan dong mikirnya!" sentak Althea. Scorpio melirik gadis itu sebentar, lalu menepuk punda Althea pelan untuk menenangkan kepanikan gadis itu. Bagaimanapun juga, Scorpio mulai memahami karakter gadis ini.

"Tenang, Thea. Kita harus punya rencana dulu baru bisa membantu Aquila," ucap Scorpio.

"Ya terus kita mesti ngapain ini, Pio?" tanya gadis itu panik.

Althea menyandarkan tubuhnya yang lemas di balik stalakmit yang menjadi tempat persembunyian mereka. Lalu tangannya yang bergetar mengetuk-ngetuk tetesan air yang membatu di lantai gua tersebut.

"Andai aja batu ini bisa gue hancurin, pasti kadal itu udah gue lemparin batu dari tadi," ucap Althea lesu.

Scorpio menatap batu yang Althea pukul dengan pelan itu. Otaknya memproses apa yang baru saja Althea ucapkan. Lalu ia mengangkat kedua telapak tangannya dan melihat kedua tangannya sendiri. ia mulai mengerti sekarang.

"Terimakasih, Thea atas sarannya," ucap Scorpio berterimakasih.

Althea yang tak mengerti apa-apa hanya bisa menatap laki-laki itu bingung. "Saran apa?" tanya Althea tak mengerti.

"Aku bisa menggunakan kekuatanku untuk menghancurkan batu-batu ini. Setelah itu, batu ini bisa kita lemparkan pada kadal besar itu untuk mengalihkan perhatiannya," jelas Scorpio, Althea hanya mengangguk saja padahal sebenarnya dia tak paham. Pikirannya terlalu kalut sekarang. Ini pertama kalinya bagi Althea berada dalam misi penyelamatan, terlebih lagi yang diselamatkan dunia aneh seperti ini.

scorpio mengusap permata yang ada di gelangnya beberapa kali, lalu ia mengucapkan, "Demi kebaikan, aku gunakan kekuatan ku untuk menghancurkan batu in."

Tangan Scorpio mengepal kencang, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merasuki tangan tersebut. Lalu, Scorpio memukul stalakmit itu dengan keras. Tidak sampai menghancurkan seluruhnya, namun hanya menghancurkan bagian bawahnya saja agar terlepas dari lantai gua.

"Pegang ini," perintah Scorpio. Aquila menerimanya dengan tangan yang masih bergetar.

"Untuk apa?"

"Untuk menjaga dirimu, Thea," ucap laki-laki itu seraya melangkah meninggalkannya.

"Pio, lo mau kemana?" tanya Althea bertambah panik.

Scorpio tak menjawab gadis itu, saat ini ia sedang berusaha menghancurkan banyak stalaktit yang ada di langit gua dengan cara memanjat tumpukan batu yang ada di dekat dinding gua.

Aquila kembali terjatuh karena tersandung batu. Badannya terhempas ke tanah bersamaan dengan kaki kadal itu yang berada tepat di sebelahnya. Ukurannya yang sangat besar bahkan hampir memenuhi gua, membuat kadal itu mudah menjangkau Aquila. Lidahnya telah terjulur keluar hampir mengenai Aquila.

Dengan segera Scorpio melemparkan batu dengan ujung yang runcing itu pada sang kadal. Ia berhasil mengenai ekor kadal itu dan juga berhasil menarik perhatian kadal itu untuk beralih mengejar Scorpio.

Scorpio yang telah bersiap, kembali melemparkan tumpukan batu yang tadi telah ia hancurkan. Kakinya terus melangkah dan membawa kadal itu kembali ke posisi tidurnya.

"AQUILA, BANTU AKU ALIHKAN PERHATIAN DIA!" teriak Scorpio masih dengan fokus yang sama.

Aquila sempat menggerutu sebelumnya, "Kenapa nyuruh-nyuruh gue, sih? Emang gue babu lo apa?"

Tetapi tak ia lanjutkan karena kadal itu kembali menatap ke arahnya. Ia berlari sekuat tenaga meraih beberapa batu yang Scorpio lemparkan namun belum tepat sasaran.

"Makan nih batu!" ujar Aquila saat melemparkan batu itu penuh rasa dendam. Namun sayangnya tidak tepat sasaran.

Setelah berkali-kali berusaha melemparkan batu yang berat itu hanya dengan tenaga manusia yang tak sebanding membuat Aquila terus saja meleset. Tiba-tiba Scorpio menariknya menuju balik sebuah stalakmit di mana Althea berada.

Aquila menatap gadis itu kesal, "Sejak tadi gue sama Scorpio kelahi ngelawan tuh kadal, lo di sini malah enak-enakan duduk, lo liat nih tangan gue udah lecet," pamer Aquila sombong.

Althea menunduk lesu, "Maaf, gue daritadi takut banget."

"Cih, heran gue kenapa Scorpio milih lo buat bantuin dia," sindir Aquila telak.

"Sudah, sudah. Ayo fokus," tegur Scorpio, "kita harus bikin rencana."

"Gimana? Tangan gue udah kaya gini, lo mau nyuruh gue mikir lagi?" sewot Aquila.

Scorpio menatap gadis itu tak enak. Memang benar, belum apa-apa Aquila telah terluka. Tapi, itukan karena kesalahannya sendiri.

"Suruh Althea tuh, mikir," suruh Aquila. Althea terkejut, "Aku?"

"Aku gak berani, La. Pio, aku pulang saja lah. Biar kalian berdua saja yang menyelesaikan misi ini," pinta Althea.

"Enak aja! Gue uda luka, lho malah minta pulang. Siapa coba yang kemarin bujuk-bujuk gue sampe melas kaya gitu," sahut Aquila tak terima.

"Udah-udah, pokoknya gak ada yang balik. Aku punya rencana," ucap Scorpio membuat kedua gadis itu menatap ke arahnya, "kalian berdua nanti alihkan perhatian kadal itu, bawa kadal itu ke bawah stalaktit yang itu," Scorpio menunjuk stalaktit yang masih tersisa di langit gua itu.

"Pastikan dia berada tepat di bawahnya, nanti aku akan menghancurkan stalaktit itu dan stalaktit itu akan menimpa tubuhnya."

Mereka bersiap untuk menjalankan misi itu. Althea ingin menyerah, tetapi Scorpio mengingatkannya.

"Thea, kamu tahu permata sapphire itu bermakna apa?" tanya Scorpio lembut, Althea menggeleng lemah.

"Gak tahu," jawabnya lemah.

"Sapphire berarti kejujuran dan komitmen, Thea," ucap Scorpio. Althea mengerutkan alisnya tak mengerti.

"Kamu ingat tidak, tujuan kamu ke sini untuk apa? Membantuku bukan? Kamu sudah berjanji, Thea. Janji itu seperti komitmen. Kamu harus melaksanakannya," jelas Scorpio.

"Dan kejujuran di sini berarti untuk mengakui kemampuan orang lain, Aquila." Aquila yang merasa namanya disebut segera menengok ke arah mereka berdua. Ia tak mendengarkan sejak tadi. Ia sibuk memperhatikan gerak-gerik kadal tersebut.

Akhirnya mereka melanjutkan misi mereka. Aquila telah bersiap untuk menarik perhatian kadal itu.

"HAI KADAL JELEK, GUE DI SINI!" pancing Aquila seraya berjalan menuju tempat di mana Scorpio berada.

Kadal itu mengikuti arah gerak Aquila. Hanya perlu beberapa langkah lagi, mereka akan tiba di posisi yang telah ditentukan. Althea yang terketuk kesadarannya karena ucapan Scorpio berniat untuk membantu. Namun, ketika gadis itu keluar dari persembunyian, sang kadal langsung menengok ke arahnya dan membuat kakinya kembali bergetar.

Kadal itu berbalik arah jadi menuju ke arah Althea. Althea yang tidak pernah siap dengan kedatangan kadal tersebut, segera bangkit berdiri. Berjalan mundur tanpa sadar ia melangkah ke arah pintu keluar gua.

Lagi-lagi Althea tersandung stalakmit. Ia terjatuh. Bersamaan dengan kadal itu yang berhenti bergerak. Althea melangkah mundur lagi, namun anehnya kadal ith tak lagi mengikutinya.

Rupanya kadal besar itu tersangkut pada mulut gua. Ukuran mulut gua yang lebih kecil daripada tubuhnya membuat ksdal itu tak lagi bisa bergerak.

"Pio, kadalnya nyangkut!" teriak Althea dari luar gua.

Di dalam sana, Pio segera menusukkan kukunya pada bagian kulit kadal yang tipis. Tak lama kemudian kadal itu melemas dan tak bergerak.

Pio segera berlari untuk mengambil permata sapphire yang berwarna biru laut itu, lalu menyimpannya di dalam saku. Setelah itu, ia mengajak Aquila keluar gua melalui celah antara tangan kadal itu dengan tanah.

"Kadalnya gak mati kan, Pio?" tanya Althea khawatir.

Scorpio menggeleng yakin. "Enggak, kok. Tadi dia hanya ku sengat dengan bisaku saja. Dia tidak apa-apa. Terimakasih, Thea." Thea hanya tersenyum malu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro