Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07. Permata pertama

"Setiap karakter memiliki kekuatannya masing-masing. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain." - Kakek Scorpio

***

Nyatanya dunia ini tak sepenuhnya berwarna hitam putih. Ada beberapa warna gelap lainnya seperti coklat pada batang pohon yang menghubungkan dunia ini dengan lemari di kamar Althea, beberapa warna daun yang masih sedikit menguning, dan warna kubangan air yang menggelap karena memantulkan cahaya dari awan hitam di langit-langitnya. Tanah yang mereka pijak juga berwarna coklat dengan sedikit kehitam-hitaman.

Althea melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Semenjak keluar dari pohon ajaib tadi, Althea merasa kepalanya sedikit pening karena melihat keanehan dunia ini.

Baru tiba saja, ia langsung berada di sebuah pohon dengan ketebalan kayunya yang melebihi tiga kali pelukan orang dewasa. Warna daunnya yang menguning, serta kulitnya berwarna coklat gelap bahkan hampir menyatu dengan tanah itu membuat Althea ingin terduduk lemas.

Kata Scorpio, pohon itu bernama Souia atau lebih mudahnya disebut pohon portal ajaib. Pohon itu dapat menghubungkan dunia ini dengan seluruh dunia lainnya. Pohon ini juga sangat-sangat tinggi. Ketinggiannya mencapai sembilan puluh meter dari atas tanah. Mungkin jika dibandingkan dengan dunia Althea, pohon ini seperti pohon sejenis Sequoia raksasa yang ada di California.

Jika Althea sibuk merasa ketakutan, lain halnya dengan Aquila. Sejak tadi ia tak henti-hentinya mengatakan sumpah serapah entah ditujukan untuk siapa. Bahkan, batu yang tak sengaja ia injak pun akan terkena gerutuannya.

Aquila merasa jijik melihat dunia seperti ini. Tangan kirinya sibuk membersihkan tangan kanannya dari cairan kotor. Ketika keluar dari Pohon Portal Ajaib tadi, tak sengaja tangannya menyentuh kulit batang itu yang terasa lembab. Ia hanya tak ingin sampai dirinya terkena virus dari dunia aneh itu.

Akhirnya setelah perjalanan yang cukup panjang dan juga melelahkan, bagi Aquila karena tak terbiasa berjalan kaki, mereka tiba di sebuah rumah gubuk di tepi hutan. Rumahnya terlihat kusam berwarna abu-abu dan hitam. Scorpio mempersilahkan kedua gadis itu masuk dan duduk di sebuah kursi kayu yang tersedia di ruang tamu. Lalu Scorpio berjalan meninggalkan mereka.

"Sebenernya ini apa, sih?" cibir Aquila kesal. Terlihat sekali dari wajahnya yang tertekuk dan sangat mengantisipasi tangannya agar tidak menyentuh banyak hal.

"Kata Pio, Mondland," jawab Althea polos.

"Maksud gue, ini dunia apaan coba? Kelihatannya dunia ini enggak kenapa-napa tuh, terus kenapa kita mesti bantuin dia?" tanya Aquila lagi.

"Enggakapa-apa gimana, La? Lo ga liat sejak tadi kita datang sampai sekarang kita disini, enggak ada satupun penduduk sini yang gue liat," jawab Althea.

"Ya sudah, sih! Gue gak tau. Gue gak memperhatikan," balas Aquila sewot. Althea mengelus dadanya sabar dan memilih diam.

Tak lama kemudian, muncul Scorpio bersama seoramg bapak tua dari belakang rumah. Althea hampir saja berteriak kaget karena melihat kepala bapak itu saja yang bergerak. Tetapi ternyata, warna dagu bapak itu seperti warna dinding rumah dan itu membuat Althea takjub.

Bapak tua itu duduk di sebuah kursi kayu yang terpisah. Sedangkan Scorpio duduk di kursi lainnya yang ada di dekat Althea.

"Perempuan?" tanya bapak itu terdengar ragu.

"Iya, Kek. Waktu itu aku meletakkan permata itu terburu-buru jadi tak sempat memilih pada siapa aku memberinya," jawab Scorpio.

"Dasar kau, selalu percaya orang baru begitu saja," ucap bapak tua itu.

"Kek, yang ini namanya Althea," ucap Scorpio mengenalkan Althea, "dan yang rambutnya panjang itu , Aquila."

Althea bangkit berdiri dan bermaksud menyalami pria tua itu. Althea sedikit terperanjat kaget meraskan tekstur tangan pria tua itu. Tangannya mirip seperti Scorpio, namun lebih keriput dan tidak sekeras Scorpio.

"Kakeknya Scorpio," ucap pria itu membalas salaman Althea. Sedangkan Aquila menatap interaksi mereka semua dengan menjijikan.

Althea mengangguk mengerti. Pantas saja tesktur kulit mereka sama, ternyata mereka keturunan.

"Jadi, bagaimana bisa kalian mau membantu Scorpio memperbaiki dunia ini? Ada sesuatu yang kalian incar di sini?" tanya Kakek ith memulai percakapan.

""Tidak ada, Kek. Aku ke sini tulus mau bantu Scorpio. Soalnya sekarang kita teman," jawab Althea jujur.

"Kalau kamu?" tanya Althea beralih pada Aquila yang sedang sibuk memainkan jari kukunya.

"Ada. Permata ini, gue eh aku suka," ucap Aquila ringan.

"Kamu menjanjikan permata itu padanya, Pio? " tanya Kakek itu tak percaya.

"Enggak, kok, Kek. Nanti aku kasih permata lain," jawab Scorpio menjelaskan.

"Oh, baguslah kalau begitu. Karena kamu tahu kan, dunia kita tidak akan berjalan sedikitpun jika permata kehidupan tidak segera kita kembalikan?" tanya Kakek itu lagi. "Iya, Kek," jawab Scorpio.

"Saya akan sedikit menjelaskan mengenai pencarian permata kalian. Kalian harus menemukan empat permata secepatnya agar dunia ini segera kembali membaik."

"Permata pertama namanya Sapphire berwarna biru laut, kedua ada emerald berwarna hijau tua, ketiga ada mutiara berwarna putih, dan keempat ada permata berwarna merah yaitu rubi. Sisa permata lainnya ada di kalian bertiga," ucap kakek itu menyebutkan satu per satu permata apa saja yang harus mereka dapatkan.

"Setiap permata memiliki kekuatannya masing-masing. Dan kalian yang memegangnya bisa berubah menjadi sosok lain."

Aquila yang mendengarnya langsung sumringah. "Serius? Gue eh aku jadi apa, Kek?"

"Kakek tidak tahu. Hanya dirimu sendirilah yang bisa menemukan jawabannya."

"Lho, katanya kakek tahu semua hal tentang dunia ini," sindir Aquila.

"Untuk kekuatan, tidak ada yang tahu, Nak. Mereka akan muncul sendirinya ketika kalian tahu bagaimana pribadi kalian masing-masing."

"Jadi, cari tahu sendiri karakter kalian masing-masing," lanjut kakek.

"Scorpio, permata pertama dan paling mudah di dapatkan adalah Sapphire. Kamu tau kan di mana letaknya?"

"Tahu, Kek."

Ketiganya segera menyusuri tanah berwarna hitam pekat. Aquila merasa kesulitan, sepatu sekolahnya yang mahal harus menginjak genangan lumpur di sana-sini. Jangan lupakan kedua gadis itu yang masih mengenakan seragam sekolah.

Scorpio memimpin di depan. Tidak ada kendaraan sama sekali di sini. Suasananya benar-benar sunyi. Seperti tidak ada kehidupan.

"Penduduk di sini pada kemana, Pio?" tanya Althea penasaran.

"Mereka semua mengungsi di rumah bawah tanah masing-masing." Althea mengangguk mengerti.

"Ini kita ngapain sih, ada di sini?" tanya Aquila entah ke berapa kalinya ketika mereka tiba di sini, seraya berjinjit untuk menghindari kotoran di sepatunya.

"Seperti yang kamu liat, La. Dunia aku sepeti ini. Dalam masalah besar," jawab Scorpio.

Setibanya mereka di sebuah gua yang cukup gelap, Scorpio memimpin jalan di paling depan. Althea di tengah, karena dia merasa sangat takut dan Aquila di paling belakang karena sibuk menghindari stalaktit dan stalakmit yang menghalangi mereka. Mulutnya pun tak berhenti menggerutu dari awal perjalanan hingga saat ini.

Disisi kanan dan kiri gua ini, terdapat cahaya yang dihasilkan dari pantulanpermata. Meskipun tetap redup, setidaknya mereka masih mampu melihat dalamkeadaan gelap.

***

Jangan lupa vote komennya yaaw!

Salam cintahhh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro