05. Membujuk Aquila
Jangan lupa Vote+komen yaaw!
"Lo tau kan gue kaya? Banyak duit, perhiasan di mana-mana. Emangnya lo gak mau, hm?" - Aquila
Aquila menatap sosok di sebelah Althea dengan bingung. Dahinya berkerut dan salah satu alisnya naik ke atas. Ia tak mengerti apa yang baru saja laki-laki itu katakan. Bahasa yang aneh. Bahasa Indonesianya saja masih berantakan, apalagi bahasa dari antah-berantah itu.
"Temen lo ngomong apa, sih?" Aquila berdecak kesal.
"Lo gak denger?" tanya Althea balik. Wajahnya terlihat tambah bercucuran keringat.
"Denger. Tapi lo mikir dong, masa gue harus dengerin bahasa yang aneh kaya gitu? Lo pikir gue orang utan?" sinis Aquila.
"Eh, bukan gitu," sergah Althea.
"Terus?"
"Pio, dia gak ngerti bahasa Lo." Althea memutar tubuhnya jadi menghadap Scorpio.
"Oh iya, aku lupa!" sahut Scorpio.
"Sini tangannya," ucap Scorpio, kemudian mengulurkan tangannya.
"Modus banget, sih. Cara lo itu udah pasaran, tau gak sih!" cecar Aquila.
"Bukan gitu, La. Pio butuh cincin lo untuk dibacakan mantra, supaya lo bisa mengerti bahasa dia," jelas Althea halus.
"Bilang aja modus, sudahlah gak usah bawa-bawa mantra atau segala macam, deh!" Ucap Aquila kesal.
Scorpio yang sudah tidak sabar dengan sikap Aquila itu pun, langsung menarik tangan gadis itu dan mengambil cincin di jari manis Aquila tanpa izin.
"Heh, lo kalo modus ya modus aja, enggak usah maling segala lo!" sahut Aquila, perempuan itu lebih terkejut ketika merasakan tangan Scorpio yang berbeda. Rasanya seperti keras sekali, tidak seperti kulit manusia pada umumnya dan kukunya juga sedikit berbeda, seperti lebih panjang dan lancip.
"Ini tangan?" tanya Aquila tak percaya.
Scorpio mengangguk, lalu menggosokkan permata cincin itu dengan ibu jarinya. Setelah itu mulai merapalkan mantra.
"Oioeauauauia," rapalnya sekali, setelah itu ia menempelkan permata milik Aquila dengan permata miliknya sendiri sehingga terlihat seolah-olah menyatu. Hal ajaib pun muncul. Terdapat pancaran cahaya dari kedua permata tersebut. Berbeda dengan permata milik Althea kemarin.
Aquila meringis karena merasa cahayanya terlalu silau untuk mata ambernya itu. Sedangkan Althea justru semakin ketakutan, karena ketika kemarin Scorpio melakukan hal yang sama pada permata miliknya, tidak terjadi apa-apa.
Perubahannya yang terjadi hanya tiba-tiba Althea yang mengerti bahasa Scorpio atau mungkin justru Scorpio yang mengerti bahasanya? Althea tidak tahu.
"Sudah. Kamu bisa mengerti ucapanku sekarang?" tanya Scorpio setelah cahaya itu menghilang. Ternyata, Scorpio telah melepaskan permata miliknya dari milik Aquila.
"Ih! Sebenarnya lo ini siapa sih?" tanya Aquila bergidik ngeri, tetapi wajahnya masih tetap cool, "tangan lo keras kaya kulit kepiting, bahasa lo juga aneh kaya alien. Jangan-jangan lo dari planet lain ya?"
"Bukan," jawab Scorpio "Aku -"
"Atau lo setan? Manusia jadi-jadian? Vampir? Drakula? Werewolf?" tanya Aquila beruntun.
"Bukan, aku -"
"Atau jangan-jangan gue lagi mimpi kali, ya?" tanya Aquila lagi.
"Bukan, La," jawab Althea.
"Terus lo siapa? Berani-beraninya datang ke rumah sultan gue kaya gini!" Ucapnya pongah.
"Aku Scorpio. Kamu bisa panggil aku Pio, sama seperti Thea memanggilku. Aku dari Mondland, dunia lain yang aku tidak tahu seberapa jauh jaraknya dengan dunia kalian ini," ucap Scorpio memperkenalkan dirinya.
Aquila mengusap telinganya, barang kali gadis itu salah dengar. "Dunia lain? Maksudnya? Dunia ghaib gitu?"
"Bukan. Aku berasal dari dunia yang berbeda dari itu. Aku ke sini karena aku butuh bantuanmu," ucap Scorpio menjelaskan.
"Butuh bantuan atau butuh cincin gue?" sindir Aquila.
"Keduanya," jawab Scorpio. Aquila mendelik tak suka. "Kok dua-duanya, sih?" keluhnya.
"Cincin itu milik Pio, La," ucap Althea. "Enggak! Ini dari papa untuk hadiah ulang tahun gue. Jangan ngaku-ngaku lo berdua!" hardik Aqua kesal.
Scorpio diam, Althea pikir laki-laki itu sedikit terkejut. "Pio, gue tahu Aquila sudah pernah bilang kalau cincin ini dari papanya, tapi gue yakin ini milik lo karena bentuk permata kita bertiga sama," jelas Althea menyuarakan pendapatnya, baru kali ini Althea berani berpendapat seperti itu di hadapan Aquila langsung.
Scorpio tersenyum tipis, "Iya, aku tahu, Thea. Ini milik ibu aku. Aku yakin sekali," balas Scorpio.
"Enak aja! Ini punya gue!" sahut Aquila.
"Bisa kita bicara sebentar? Setelah aku menjelaskan, aku yakin kamu bisa mengerti. Silahkan kamu bisa duduk dulu," ajak Scorpio.
"Siapanamamu?" tanya Scorpio
"Aquila," jawab Aquila singkat.
"Baik, Aquila. Seperti yang tadi sudah aku katakan, aku butuh bantuanmu dan Althea."
"Bantuan apa?" serobot Aquila.
"Duniaku sedang tertimpa masalah besar saat ini. Sebagian warnanya hilang dan hanya tersisa warna hitam dan putih saja karena di bawah pengaruh kekuasaan jahat," ucap Scorpio mulai menjelaskan. Althea yang duduk di sebelahnya sejak tadi telah ikut menyimak dan mendengarkan.
"Lalu cincin yang kamu pakai," Scorpio menunjuk cincin Aquila tadi, "itu milik ibuku. Dan kalung yang Thea pakai, itu adalah milik ayahku. Kalau kalian perhatikan, aku juga memakai gelang dengan bentuk permata yang sama seperti kalian." Scorpio menunjukkan gelang yang ia kenakan.
"Tapi, bagaimana mungkin ini ada di lemari baju gue? Gak mungkin kalau cincin ini tiba-tiba datang ke gue sendiri kan?" tanya Aquila masih tak terima.
"Aku yang meletakkannya di lemarimu. Waktu itu aku sedang dalam keadaan terdesak. Aku memilih pohon yang menghubungkan duniaku dengan dunia kalian secara asal. Aku tidak tahu jika itu ternyata adalah lemari bajumu dan Althea, karena yang kulihat waktu itu hanya kegelapan."
"Tapi kenapa Pio letakkan di lemari kami? Bagaimana jika sekalinya kami orang jahat yang akan menghancurkan barang berharga itu?" Kali ini Aquila membuka suara.
"Aku percaya dengan kalian. Karena itu aku tuliskan sebuah pesan ketika aku meninggalkannya," jawab Scorpio. Althea mengangguk paham.
"Jadi, bagaimana Aquila? Kamu mau membantuku dan Thea?" tanya Scorpio pada Aquila.
"Enggak. Gimana kalo sekalinya cewek di sebelah lo itu cuma bohong aja terus pake lo segala supaya gue percaya?"
"Enggak, kok. Buat apa gue kaya gitu, apalagi ke lo?'" sergah Althea.
"Lo tau kan gue kaya? Banyak duit, perhiasan di mana-mana. Emangnya lo gak mau, hm?" tanyanya pongah.
"Enggak."
"Ayolah Aquila, bantu aku dan duniaku. Orang-orang di sana sedang dipenjara saat ini dan mereka bergantung padaku. Jika aku tidak berhasil mengumpulkan permata kehidupan, selamanya dunia itu akan berwarna hitam putih," pinta Scorpio.
"Gue dapat apa kalo bantu lo?"
"Hm, permata lain yang ada di duniaku," jawab Scorpio meyakinkan.
"Gue suka yang ini," ucap Aquila sambil mengelus cincin miliknya.
"Tidak bisa Aquila, itu cincin milik ayah aku. Cincin itu juga menjadi sumber kehidupan kami," jelas Scorpio. "Ya sudah kalau gitu gue gak mau."
"Oke. Karena aku sudah tahu rumahmu, mungkin besok aku sudah bisa muncul di lemarimu," ucap Scorpio mengancam. Namun, ia tak menggunakan nada yang menyeramkan sama sekali. Justru terdengar seperti menjahili.
"Untuk apa? Lo gila?" pekik Aquila kaget.
"Makanya bantu aku, Aquila. Kita bertiga pasti akan menjadi tim yang hebat."
"Kalo gue bilang enggak ya enggak!"
"Terserah padamu saja, besok aku benar-benar akan datang ke sini lagi," ucap Scorpio.
"Jangan! Nanti papa marah sama gue. Oke, oke, gue bantu lo, dengan catatan gue gak bakal kenapa-napa, lo harus kasih gue permata lain yang lebih bagus dari ini," ucap Aquila pada akhirnya. Scorpio mengangguk mengiyakan.
"Yes! Kalian janji ya, akan membantuku sampai duniaku kembali pulih?" tanya Scorpio.
"Eh?" Althea terkejut mendengarnya. Ia ingin menolak, tetapi wajah memelas Scorpio membuatnya tidak tega. "Iya, deh. Thea janji."
"Aquila gimana?" tanya Scorpio.
"Sebenarnya gue gak mau, tapi daripada papa marah-marah gak jelas karena makhluk aneh kaya lo, jadi terpaksa gue mau," ucap Aquila terpaksa, "gue tau gue jago kelai, makanya lo maksa gue," ujar Aquila kembali angkuh.
Scorpio hanya mengangkat bahunya saja. Lalu ia berucap, "Oke, besok aku jemput kalian untuk masuk ke duniaku ya!" Kedua gadis itu menatap Scorpio terkejut bukan main.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro