Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

41 // Hai, Ketemu Lagi.

Wenda duduk termangu di pinggir jendela kamarnya, memandangi sesuatu yang sama sekali tidak menarik. Hanya ada rumput gajah yang menghiasi tanah lembab pagi hari.

Wenda menoleh ke pintu kamar mandi, di dalam sana Chandra sedang membersihkan diri untuk bersiap menyambut hari yang mungkin sudah tidak sabar dia tunggu.

Tungkai Wenda dia bawa keluar kamar menuju ruang tengah, netranya tertuju pada benda kaca persegi di sudut ruangan. Wenda menarik kursi bulat yang berada tidak jauh dari tank aquascape, menjatuhkan bokongnya di sana. Tangannya tergerak menaburkan makanan Chabe pada permukaan air.

"Papi kamu lagi siap-siap, Be. Mau pergi sama orang spesialnya. Mungkin nanti akan jadi mami kamu," ucap Wenda lirih pada makhluk kecil di dalam air itu.

Chabe tentu tidak akan menyahuti ucapan Wenda, ikan berwarna merah itu hanya berenang semangat keluar masuk rumah nanasnya, sesekali kepalanya akan menyembul ke permukaan air untuk meraih makanan yang Wenda taburkan.

"Nggak, Be. Aku bukan mami kamu. Aku noona kamu. Makanya papi kamu mau nyari mami buat kamu."

Wenda masih mengajak Chabe mengobrol, seolah makhluk air itu teman curhat yang baik. Sejurus kemudian suara Chandra menggema memanggil Wenda.

"Sayang, sini dulu," panggil Chandra yang berdiri di depan pintu kamar hanya mengenakan boxer. Tangannya melambai-lambai isyarat agar Wenda mendekat.

Wenda bangkit dari kursinya, menghela napas gusar. Berjalan mendekat ke pintu kamar mereka, Chandra sudah masuk terlebih dahulu. Netra Wenda menangkap Chandra yang berdiri di depan lemari yang sudah terbuka, kedua tangannya memegang kemeja yang masih melekat pada hanger.

"Sayang, bantuin aku pilih kemeja, ya. Kira-kira aku mesti pake yang mana?"

Wenda memperhatikan kemeja itu bergantian, di sebelah kanan kemeja dengan warna mint, sebelah kiri dengan warna putih. Mata Wenda menatap wajah Chandra singkat. Meski singkat, jelas sekali aura bahagia sedang menaunginya.

Wenda berdecih dalam hati. Gue serasa istri paling bego, saking begonya ngelebihi istri teraniaya di sinetron. Sudah tahu suami selingkuh masih saja bertahan, malah didandani untuk ketemu selingkuhannya.

"Sayang, kok ngelamun?"

Chandra menyimpan kedua kemeja itu di atas tempat tidur, sedikit membungkuk, menyamakan tinggi badannya dengan Wenda yang duduk di tepi tempat tidur.

"Kamu kenapa? Dari kemarin banyak diem. Ada masalah? Atau kemarin UAS-nya nggak bisa ngisi soal? Nggak apa-apa, toh UAS-nya udah selesai juga. Nanti coba lagi di UAS berikutnya, oke?" hibur Chandra dengan mengusap pelan pipi Wenda.

Wenda bangkit dari posisinya, berdiri menghadap kedua kemeja di tempat tidur, telunjuknya mengarah ke kemeja berwarna putih. "Pakai yang ini aja."

Chandra meraihnya dengan cepat, mengenakannya di depan kaca besar. Wenda menyimpan kembali kemeja berwarna mint yang sangat Wenda sukai itu ke dalam lemari pakaian.

"Sayang," panggil Chandra.

Wenda menoleh, Chandra yang sudah rapi mengenakan kemejanya tersenyum tipis menatap Wenda.

"Tumben kamu nyaranin warna putih? Biasanya kamu paling nggak suka aku pakai kemeja putih, kamu bilang mirip bapak-bapak mau kondangan."

Kamu mau ketemu Sonya, Sonya suka lihat kamu pakai outfit warna putih.

"Nggak apa-apa, pengin liat kamu yang beda aja," ucap Wenda sembari menutup pintu lemari berjalan ke kursi meja rias.

Chandra pun turut berjalan ke meja rias, berjongkok di depan Wenda. Tangannya terulur meraih tangan Wenda, menggenggamnya. "Aku selesaikan dulu urusan sama temen aku, ya. Aku janji udah ini kita liburan, oke?"

Wenda tidak menyahuti ucapan Chandra, hanya menatap lamat tanpa arti. Chandra bangkit dari posisinya, meninggalkan jejak bibir di dahi Wenda.

"Kamu beneran nggak mau ke butik? Atau jalan sama Joy?"

Wenda menggeleng, sejurus kemudian berucap, "Mau di rumah aja."

"Ya, udah. Aku pergi dulu ya. Aku usahain makan siang udah pulang."

Lagi-lagi Wenda hanya menjawab melalui gerakan kepala. Hanya anggukan sebagai balasan ucapan Chandra. Wajah Chandra dia condongkan, menempelkan bibirnya di bibir Wenda.

"Aku sayang kamu."

-o0o-

"Untung gue udah beli camilan, Wen. Gue udah prediksi ini pasti bakal lama," ucap Joy sembari menggigit toast tuna dan menyeruput minuman bobba.

Jangan salahkan Joy jika dia memiliki banyak ide gila, sejak menjadi pacar Jaffran dari kelas sebelas, Joy sudah mengikuti jejak sang pacar—gilanya. Termasuk dengan ide jadi detektif dadakan adalah ide Joy.

Wenda dan Joy mengikuti ke mana Chandra. Ya, tidak lama Chandra pergi meninggalkan rumah. Wenda dan Joy membuntuti Chandra. Sejak pagi, tanpa diketahui Chandra Joy sudah berada di sekitar rumah mereka.

"Eh, itu ... itu Chandra, Wen. Mereka keluar, mau ke mana, nih," tunjuk Joy dengan heboh dari di dalam mobil.

"Iya, Joy. Gue nggak buta. Berisik!"

Joy menyengir. "Gue nggak sabar pengin ngelabrak itu pelakor, Wen. Sengaja banget ini gue pinjem mobil kakak gue, biar Chandra nggak ngenalin terus bisa mantau dari jarak dekat."

Mata Wenda terus awas memperhatikan Chandra dan Sonya di dalam kafe. Setelah satu jam di dalam sana—entah apa yang sedang mereka bicarakan—Chandra dan Sonya keluar dari kafe tersebut, Wenda dan Joy terus mengikuti ke mana mobil Chandra pergi sampai ... berhenti di suatu tempat.

"Hotel, Wen," ucap Joy getir saat mobil Chandra sudah memasuki parkiran sebuah hotel elit di bilangan Semanggi.

Wenda meremas seat belt yang membelit tubuhnya. Rasa kecewa tidak bisa dia sembunyikan begitu saja, jelas Wenda terluka dengan apa yang baru saja dia dapatkan.

Sudah dua jam Wenda dan Joy menunggu di lobi hotel, mengawasi pintu lift di mana Chandra dan Sonya masuk menuju lantai atas ke kamar Sonya.

"Wen, ngapain sih kita di sini? Kalo gue jadi lo, gue udah samperin tuh ke kamarnya. Udah gue labrak. Tunggu apa lagi? Toh, kita juga udah tanya tadi sama resepsionis nomor kamar itu cewek. Kita udah tahu kamarnya yang mana."

"Tunggu bentar lagi, Joy."

Entah apa yang ada di pikiran Wenda, setiap erangan Joy tidak dia dengarkan, jawabannya masih saja sama. Menunggu sebentar lagi, yang Joy saja tidak mengerti Wenda menunggu apa? Menunggu hotel ini tutup? Mustahil rasanya.

Ucapan Wenda akhirnya terjawab, lift itu terbuka dan ada Chandra yang keluar dari sana. Meski dari kejauhan Wenda bisa melihat wajah sumringah Chandra. Setelah memastikan Chandra benar-benar meninggalkan hotel, Wenda bangkit dari posisinya.

"Ini yang gue tunggu dari tadi, Wen. Semangat! Kita labrak dan musnahkan pelakor parasit di muka bumi ini," ucap Joy semangat.

Saat langkah kaki mereka hendak mencapai pintu lift, ponsel Wenda berdering, nama Chandra sebagai penelepon.

"Wen, nggak usah diangkat, Wen. Gimana ini, atau Chandra tau kita nguntit dia. Aduh! Kenapa diangkat, sih."

Semua ocehan Joy tidak Wenda hiraukan, dengan santainya Wenda menggeser ikon berwarna hijau.

"Halo, Chan."

"Sayang, aku udah selesai. Kamu mau dibawain apa? Mumpung aku belum jalan ini."

"Chan," panggil Wenda lirih.

"Ya, Sayang? Kok, kayak bising banget di sana. Kamu di mana?"

"Aku nggak di rumah, tadi Joy jemput ngajakin jajan seblak."

"Kok, makan seblak sih. Perut kamu kan sensitif sama pedas, Sayang. Udah makan itu kamu langsung minta temenin Joy ke apotek beli obat pereda, ya. Langsung diminum obatnya. Jangan lupa perutnya harus diisi nasi juga, Sayang. Ya udah, kalo gitu aku langsung ke pabrik aja. Kamu hati-hati pulangnya. Aku sayang kamu."

Sambungan telepon terputus, Joy yang sejak tadi ikut mendengarkan percakapan mereka melalui loudspeaker yang diaktifkan, hanya bisa menutup mulutnya.

"Gila, Wen. Chandra bener-bener the real crocodile darat. Sialan! Habis mantap-mantap sama cewek lain, entengnya dia bilang sayang ke lo."

Wenda dan Joy sudah berdiri di depan sebuah pintu dengan nomor 307, kamar VVIP sebagai tempat Sonya menginap. Wenda mengetuk pintu kamar, lima menit menunggu pintu baru ada pergerakan tertarik ke dalam.

Sonya berdiri di depan Wenda dan Joy. Joy berdecak jelas, menilai penampilan Sonya yang hanya mengenakan bathrobe, dengan rambut basah ditutupi dengan handuk.

"Habis mandi wajib, Bu?" gumam Joy, meski lirih, tetapi dapat ditangkap oleh rungu Wenda.

"Joy, lo tunggu di sini, gue ada urusan sama dia," ucap Wenda tanpa menoleh ke Joy.

"Ta-tapi, Wen. Gue—"

Belum juga ucapan Joy selesai, Wenda sudah masuk tanpa meminta izin pada pemilik kamar. Menutup pintu kencang.

Di balkon kamar, pada kursi rotan berbentuk bundar Wenda dan Sonya duduk berhadapan. Wenda masih memperhatikan gestur tubuh Sonya.

"Hai, Wen. Kita ketemu lagi. Apa kabar lo?"

"Inggris gimana? Menyenangkan? Itu sebabnya lo lebih milih ninggalin Chandra," cibir Wenda.

Wenda kebiasaan! Apa yang ditanya malah dijawab dengan pertanyaan lainnya.

Sonya menyilangkan kaki jenjangnya, bathrobe-nya tersingkap sedikit di bagian pahanya, Wenda sempat melirik bagian itu. Wenda menggelengkan samar saat pikiran menjijikkan hinggap di kepalanya. Chandra yang menyentuh bagian mulus itu, Chandra yang melemparkan bathrobe itu hingga Sonya polos tanpa penghalang di tubuhnya.

"England is a lot of fun, of course!"

"Nggak usah ngomong Inggris, lo tahu bahasa Inggris gue lemah. Lo mau ngeledek gue?"

Sonya tampak menarik senyumnya. "Oh, oke. Jadi, tujuan lo ke sini?"

"Lo pasti tahu kabar gue gantiin lo, saat lo pergi di hari pernikahan kalian yang tinggal menghitung hari."

"Ya, gue tahu. Gue ucapkan terima kasih ya, Wen. Setidaknya gue harus ucapan itu ke lo. Gue jadi tenang, tanpa merasa bersalah."

"Sekarang ngapain lo balik? Lo jelas tahu status lo sekarang, 'kan? Jangan nekat. Gue nggak akan diam. Gue akui gue serakah, gue nggak mau berbagi yang sudah menjadi hak milik gue."

"Kita lihat aja nanti, lo yang nyerah duluan, atau gue yang menang tanpa harus berjuang mati-matian? Gue nggak akan nekat, Wen. Kalo Chandra nggak bukain pintu. Gue cuma ngetuk satu kali. Selanjutnya, lo lihat sendiri, 'kan? Dia yang datang ke gue sendiri, dengan suka rela."

Tanjung Enim, 24 November 2020
Republish, 13 Maret 2021

Salam sayang ♥️
RinBee 🐝

LAST CALL! Yang belom ikut PO segera. Ini adalah hari terakhir PO cetakan ke 2. Jangan sampai menyesal.

Dan ... ini adalah bab terakhir yang akan dipublikasi versi Wattpad. Total versi Wattpad ada 50 bab. Jadi, yang belum dipublikasikan tersisa 9 bab+ 4 bab ekstra versi novel.

Kenyang kan kalian bacanya. Yuk, lanjut baca di versi novel. 🥰🥰

Cefat buka shopee kalian, cari di kolom pencarian Sahabat ... Nikah, yuk!
Pastikan penulisnya "Ririn Suhaimi"
Atau kalian bisa langsung ke shopee penerbitnya Grassmediaofficial

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro