Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chap 9

!!WARNING!!

•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.

~Selamat Membaca~































"Sua!!"

Menoleh ke arah sumber suara, dengan segera dirinya menatap tajam pada tiga orang yang dikenali sebagai sahabatnya itu.

Ketika langkah ketiganya semakin dekat, Sua langsung memalingkan wajahnya menandakan bahwa dirinya kesal pada mereka.

"Erm..ehehe marah nih ye marah~" -Azlina

"Nyenyenye pikir aja sendiri!"

"Jangan marah kak, nanti cepet tua mana udah tua ya kan kasian" -Wulan

"Bodoamat!!"

"Hm? Kamu sama Ice? Ngapain? Tumben bareng?" Tanya Indri daripada ikut mengolek temannya itu.

"M-memangnya kenapa? Gak boleh gitu?! Apa apa mau apa?! Iri ye kan~ iri bilang bos!!" Sewot Sua ketika ditanya seperti itu saja sudah membuatnya salah tingkah.

Memutar mata malas Indri hanya menjawab "Santai aja kali, aku juga nanya nya biasa-biasa kan? Lagipula, bos tidak pernah iri pada pegawainya"

"Sudah sudah, daripada kalian bertengkar tidak jelas. Lebih baik kita kembali ke rombongan yang lain jangan sampai tertinggal pula" Lerai Ice yang langsung menarik lembut lengan Sua

Reaksinya? Aha tentu saja sekarang dirinya tengah bermelting ria, kokoronya yang meng klepek-klepek bdas dum tak acihuy ciee ciee itu tidak bisa diajak untuk tenang. Dalam pikirannya mungkin ia tengah melayang layang di langit berwarna merah muda lope lope bersama sang kekasih tercintahhh nya itu.

Reaksi ketiga temannya? Kaget karena itu adalah kalimat terpanjang yang pernah keluar dari mulut seorang Ice, dan tentunya--Azlina yang bertingkah tidak jelas sambil ketawa ketawa geli, Wulan yang mematung dengan mulut ternganga, Indri yang menatap lamat kepergian Sua dan Ice.

"Ice? Sua? Mereka? Masa?" Ucap Indri terbata-bata, tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Akhirnya-- NENEK UDAH GAK JOMBLO LAGI HUHUHU TERHARUNYA, jadi ada yang ngurus kan kalau udah gini" Ujar Wulan mendramatis

"Iya nih harus minta PJ dong!!"

(Pajak Jadian)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


.



.


.


.


.

Hening. Akhir-akhir ini suasana mereka selalu bersahabat dengan kata 'hening', padahal mereka semua terjaga, tak ada yang bisa tidur satupun.

Gopal yang sibuk berchatingan dengan ibunya, Fang dan Wulan yang sedang fokus membaca novel, Trio trouble maker yang asik bermain game, Gempa, Yaya, dan Ying sedang melihat-lihat gambar yang mereka ambil disana, Azlina yang sedang asik memakan camilan, Solar yang sibuk memposting foto-fotonya di media sosial, juga Hali dan Indri yang sedang melamun.

Dua lagi? Hahaha apalagi mereka, kedua insan yang baru saja menjalin hubungan yang begitu manis, mereka sibuk dengan dunia asmara sendiri. Biasalah kalau kata orang-orang 'Dunia serasa milik berdua' berarti ini pun sama 'Bus serasa milik berdua' yang lain nebeng.

"Kau kenapa Indri? Tid--" Tanya Hali memecah keheningan diantara keduanya

"Jangan tanya!" Potongnya singkat sambil menatap kearah jendela bus

"Huftt.."

Merasa tidak ada yang bisa di jadikan bahan obrolan, Hali menengok ke arah Ice yang tengah bercumbu ria. Dirinya memasang wajah geli, ia tidak habis thinking ternyata adiknya yang satu itu juga bisa bucin. Sempat melirik kearah yang lain, ia hanya menghela nafas melihatnya.

Kembali pada posisi awalnya, ia kembali mengajak lawan bicaranya untuk mengobrol ringan. Entah kenapa dirinya sedang merasa bosan.

"Indri.."

"Apa?"

"Oi, kalau dipanggil tuh liat dong"

"Tinggal ngomong aja susah"

"Iya sini..liat"

"Bodoamat"

"Liat dulu apa susahnya sih?"

"Malesin!"

"Indri~"

"Ck, apasi?!" Genap sudah Indri emosi karena merasa ketenangannya diganggu tidak jelas oleh insan penyuka warna merah darah itu

Mau tidak mau ia menoleh kearah Hali walau rasanya butuh tenaga yang extra.

Tuk

Tepat sekali jari telunjuk pemuda itu mendarat di pipi kanan Indri. Sempat berpikir sejenak segera Indri memukul pelan lengan pemuda tersebut, sementara yang dipukul hanya terkekeh saja.

"Apa apaan si?! Gak jelas banget jadi orang! Dilempar keluar baru tau rasa!" Rungut Indri

"Hahaha yah..hanya bercanda jadi tidak perlu bereaksi berlebihan begitu dasar nona ambigu" Ejeknya sambil menjitak pelan kepala Indri

"Ark!! Apa katam--"

"Shhhh! Jangan berisik, guru tidur. Yang lain juga kayanya mau istirahat" Potong Hali cepat dengan jari telunjuknya yang kini menutup pergerakan mulut Indri

Menyingkirkan tangannya secara kasar Indri pun berkata "Ya terus om ganggu ganggu dedek kenapa hm? Ngefans?" Sambil setengah berbisik karena takut menggangu yang lain

"Oi oi! Apa katamu tadi? Om? Dedek? Hhh najis sekali.."

"Tuh kan, kamu yang nyuruh jangan berisik kamu juga yang ganggu terus! Mau om apasi? Dedek gak paham.." Kata Indri sambil berlagak kalau dirinya itu sedang pusing

"Aku bukan om-om!"

"Amaza?~"

"Memang benar!"

"Yaudah diem! Tidur sana dasar om-om pengganggu anak kecil!"

"Berisik dasar kau nona ambigu!"

"Aku tidak pernah ambigu!"

"Oh ya? Lalu yang dipesawat itu apa? Cringe?"

"I-itu beda lagi dasar om-om!"

"Hhhh sudahlah impas! Kau..nona ambigu dan aku om-om penganggu anak kecil"

"Hihhh apaan?! Gak ya..aku gak ambigu! Gak itu gak adil"

"Ya adil dong? Gak adil dimananya??"

"Karena aku tidak ambigu!"

"Diiyain kasian anak orang nanti meninggal"

"Aduh om! Bahasanya ya tolong dijaga. Tidak sopan" Angkuh Indri sambil menyibak rambutnya kebelakang

Wajah Hali sedikit terkena sibak helaian rambut Indri. 'wangi' 'lembut' dua kata yang pas untuk mendeskripsikannya. Gagal estetik tak sengaja beberapa rambutnya tersangkut di kancing baju Hali yang paling atas.

"A-aduh rambutku" Ringis Indri sembari berusaha membenarkan rambutnya itu

"Hish makanya ngapain rambutnya di gitu-gitu segala nyangkut kan jadinya? Sini....dasar emangnya mau jadi duta shampoo apa?" Ujar Hali sambil membantu melepaskan kaitan rambut Indri dikancing bajunya itu.

"Berisik dasar pak tua!"

"Hhhh..."

Kedua tangan mereka tak sengaja saling bersentuhan, sama-sama tersentak. Keduanya sempat terdiam dulu sejenak, lalu kembali mencoba melepaskan rambutnya itu.

Dan, akhirnya lepas....walau sedikit menyisakan rambutnya disana.

"Aduh.."

"Sakit?" Tanya Hali sambil mengelus lembut kepala Indri

"E-eh??" Refleks menatap kearah Hali, kini keduanya saling bertatapan satu sama lain dengan jarak yang cukup dekat.

"M-maaf!" Ucap keduanya bersamaan tiba-tiba.

"Ah tidak aku yang minta maaf"

"Aku..aku juga maaf"

"Erm..o-oke, aku tidur duluan Hali"

"I-iya selamat tidur..? Ekhem"

"A-apa..apa-apaan tadi itu?!!!"



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro