Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chap 16

!!WARNING!!

•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.

~Selamat Membaca~
























"Gempa, Ying aku harus bagaimana. Tidak ada benda apapun yang dapat membantuku untuk membuka pintunya!" Seru Yaya dari balik pintu luar

"Kau..kembali saja keluar Yaya! Selamatkan dirimu terlebih dahulu! K-kami akan mencoba mendobrak lagi pintunya"

"Apa?! Tidak, mana mungkin aku pergi meninggalkan kalian berdua!"

"Nanti kau minta pertolongan orang-orang diluar sana Yaya! Kalau seperti ini terus tidak akan bisa!" Kali ini Ying yang menyahut

Yaya terdiam sejenak, lalu mengiyakan perkataan Ying.

"Kalau begitu tunggulah! Aku akan segera kembali!" Ucapnya yang langsung berlari mencari bantuan. Namun larinya sedikit terhambat karena posisi kapal yang miring






Drap


Drap


Drap


Drap


Drap















BZZTTT


BZZTT


"Y-ying! Hati-hati, kemarilah, jangan terlalu dekat dengan aliran listriknya nanti--"











BOOM

BZZTTTT











Drap


Drap


Drap


BZZTT

"Hah? A-apa itu tadi?" Yaya menghentikan langkahnya lalu berbalik mencari sumber suara


















"Yaya?!"

"Eh?"

Oke, belum jauh Yaya berlari, dibelakangnya terdengar suara ledakan walau tidak begitu kuat, tapi mampu membuat seluruh listrik padam. Kebetulan sekali Blaze bertemu dengan Yaya

"Yaya, sedang apa kau disini?! Ayo cepat kita keluar!" Seru Blaze sambil menarik lengan Yaya

"T-tunggu Blaze, Gempa dan Ying masih ada didalam sana, mereka terjebak di ruang kamar dan pintunya tidak bisa dibuka"

"Apa?! Kak Gempa?! Bagaimana bisa?!"

"Nanti saja bertanyanya..sekaranf ayo kita bantu mereka dulu" Kini Yaya yang menarik pergelangan Blaze, menuntunnya ketempat dimana Gempa dan Ying berada

Blaze menghentikan langkahnya, menarik kembali lengannya pelan "T-tapi ini inhalernya Thorn b-bagaimana?"


"Blaze?! Yaya?!"

Suara ini, Blaze sangat mengenalinya. Ia langsung berbalik badam menghadap arah sumber suara "Kak Hali, Kak Taufan, Fang!"

Halilintar semakin mendekati adiknya itu, lalu--












Grebb












Halilintar memeluknya sebentar "Bodoh! Kenapa kau lama sekali hah?! Ayo cepat kalian keluar! Aku, Taufan, danFang akan mencari yang lainnya"

"Tidak! Aku juga mau ikut" Tolak Yaya "Aku tau dimana Gempa dan Ying berada"

"Kak, ini inhaler Thorn bagaimana?"

Terdiam. Mendadak atmosfer diruangan itu berubah menjadi dingin.

"K-kenapa kalian diam? Kak Hali, Kak Taufan?"

Dengan berat hati Halilintar menjawab pertanyaan adiknya itu "Blaze..Thorn, T-thorn sudah meninggal"

Blaze dan Yaya membulatkan kedua bola matanya, tidak percaya dengan apa yang sudah ia dengar dari ucapan Halilintar.

"A-apa?! Kak?! Apa maksudmu Thorn..?!"

"Kita terlambat Blaze" Sambung Hali lagi singkat dengan nada suara yang gemetar menahan tangis

"T-tunggu. Kau bercanda kan?! Kalian semua pasti bercanda! T-thorn..tidak mungkin..dia.."

"Apa wajah kami mengatakan kalau ini sebuah candaan Thorn?" Kini Taufan membuka suara

Bahkan Taufan dan Fang juga masih tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi pada Thorn. Awalnya mereka berdua mengira kalau Halilintar ini sedang bercanda atau akal-akalannya saja agar mereka berdua kembali keluar dan menggantikam keduanya mencari yang lain. Namun ternyata itu adalah kenyataan yang sebenarnya..

Blaze terdiam. Ia merasa sangat terpukul akan kenyataan itu. Ia merasa gagal menyelamatkan adik kesayangannya. Dan ia merasa sangat bersalah karena tidak ada kehadirannya disaat-saat terakhirnya.

Halilintar menepuk pelan pundak adiknya "Blaze kuatkan dirimu untuk saat ini. Sekarang, kau pergi keluar dengan Taufan dan Fang. Biar aku saja dan Yaya yang pergi kesana"

"Tidak" Tolak ketiganya mentah-mentah

"Kami juga ikut, sudah terlanjur disini" Sambung Fang

"Hahh, ya sudah ayo cepat"

=====

"Kak! Hiks, airnya s-semakin naik! Hiks bagaimana ini kak?" Ucap Wulan sesegukan

Air sudah semakin menaik setinggi dada, dan mereka masih terperangkap disana, apalagi ditambah kaki Indri yang tidak sengaja terkilir membuatnya kesulitan untuk bergerak.

Tidak bisa menahan diri, akhirnya Indri pun ikut menangis. Yang ia pikirkan pertama sekarang adalah keselamatan adiknya, yang terpenting saat ini hanyalah adiknya. Urusan dirinya itu lain lagi.

Menggelengkan kepalanya cepat, ini bukan waktunya ia menangis lalu pasrah begitu saja

"Wulan, kau bisa berenang kan?" Yang ditanya hanya mengangguk sambil menangis

"Dengar aku, dengarkan aku baik-baik. Aku akan mencoba memecahkan kaca itu, jika berhasil kau harus segera berenang keluar lewat situ oke?"

Wulan yang merasa ada secercah harapan dari sang kakak langsung menyeka air matanya "Lalu bagaimana dengan kakak? Kaki kakak kan terluka, dan lagi kakak juga tidak memakai jaket keselamatan. Aku tidak mau pergi sendiri dan meninggalkan kakak disini begitu saja"

Indri terdiam, tersenyum lebar lalu menepuk pelan pundak Wulan "Kau tidak perlu mengkhawatirkan ku, aku akan baik-baik saja, oke? Kau cukup ikuti saja perkataanku tadi. Mengerti?" Jawabnya sambil memakaikan syal itu pada pangkal leher adiknya, lalu memeluknya

"T-tapi, janji kakak juga ikut keluar bersamaku kan?"

Melepaskan pelukannya, dan menyeka air mata yang tak kunjung berhenti "Iya, aku pasti menyusul"

Terlalu banyak bicara, mereka tidak sadar kalau air semakin lama semakin naik sekarang air itu sudah setinggi bagian leher.

Dengan sigap indri mengambil sebuah vas bunga kecil yang terbuat dari bahan keramik lalu mencoba memecahkan jendela kaca kapal berbentuk oval yang ada didekat tempat tidur itu berulang kali, memamg sedikit tebal tapi ia tetap berusaha sekuat tenaganya.























PRANG




BYURRRR














Usahanya tidak sia-sia. Ia berhasil menghancurkan kaca tersebut, lalu dengan gerakan cepat mendorong adiknya agar segera keluar.

Tadinya Wulan sudah menggenggam lengan kakaknya itu, tapi Indri sengaja melepaskannya, karena kakinya yang semakin terasa sakit, itu jadi penghambat untuknya dan adiknya berenang keatas.

Ketika Wulan mencoba berenang masuk kembali, lemari kecil yang ada didalam sana menutup jendela tersebut. Alhasil Indri tetap terjebak didalam.

Di kedalaman air itu Wulan mencoba mendorong lemari itu, tapi tidak bisa. Berteriak dalam hati memanggil kakaknya. Namun, ia mulai kehabisan nafasnya. Mau tidak mau ia berenang dengan cepat keatas permukaan kapal.




"Fuahhh, uhuk uhuk--hahh, hiks K-kakak!!! Kenapa kakak malah mendorongku t-tadi?! Hiks t-tolong!! Tolong!! Siapapun kumohon tolong kakakku!"

=====

Diposisi yang sama, Halilintar dan yang lainnya mulai kewalahan berjalan di air yang sudah setinggi pangkal dada itu.

"Jadi, selama ini firasat tidak baik ku ini benar adanya? Semua ketakutan ini jadi kenyataan? A-aku berharap ini semua hanyalah mimpi buruk ku semata" Ucap Taufan dalam hati, ia masih terus memikirkan segala hal.

"Oh tidak, Hali. Airnya semakin tinggi. K-kita harus kembali. T-tidak m-mungkin kita melanjutkan i-ini" Ucap Fang yang sudah panik

"Lalu?! Bagaimana dengan Gempa?! Indri, Wulan, dan Ying?! Mereka masih terjebak didalam sana, mereka membutuhkan pertolongan kita semua!" Bentak Halilintar menutupi ketakutannya

"Ugh, teman-teman aku sudah tidak kuat..t-terlalu tinggi dan dingin" Yaya mulai kawalahan, ia hampir kehilangan kesadarannya

Mereka yang sudah berjalan ditengah kapal itu benar-benar terjebak. Bahkan Taufan, Yaya, dan Fang sudah mengigil lebih dulu karena tidak bisa menahan dinginnya air laut yang terasa menusuk kedalam kulitnya.

















Grudugh





Grududhh







SSRRRRRR










Dari kejauhan terlihat aliran air deras yang melaju cepat kearah mereka berlima. Terkejut bukan main, mereka tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa terdiam ditempat dan menunggu terkena hantaman air laut tersebut.

"AAAAAAAAAA!!!!"




















BYUARRRR









Blup blup

Blup blup








Terpelanting, terjungkal, berputar didalam derasnya air laut. Mereka bahkan tidak bisa menyeimbangkan tubuh disana. Tubuh yang terbentur kesegala arah berhasil merenggut kesadaran semuanya, pada akhirnya mereka terkulai lemas dan tetap mengikuti arus deras air laut yang dingin







































Sementara itu, Sua dan Solar yang masih di tingkat atas masih berusaha mencari semua teman-temannya.

"Kita harus kebawah Solar" Ucap Sua mantap

"Apa?! Kau bercanda?! Kau tidak lihat air disini saja sudah setinggi pinggang kita, apalagi dibawah sana?'

"Tapi aku yakin mereka semua ada dibawah sana, kita coba lihat saja dulu..siapa tau airnya masih sama seperti yang disini"

Solar tidak bisa berkata apa-apa lagi jika Sua sudah mulai keras kepala. Pada akhirnya keduanya mencoba berjalan lantai bawah lagi.




"Sua, kau lihatkan..dibawah sana airnya sudah setinggi itu"

"Aku bisa berenang, kalau kau tidak mau ikut ya sudah kembalilah keluar sana" Bantah Sua yang langsung bergegas turun kebawah demi mencari teman-temannya

"Ck, anak itu kenapa keras kepala sekali sih?!" Walau bergerutu seperti itupun pada akhirnya ia tetap mengikuti Sua. Biasalah bucin..

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Sua! Kita harus kembali keatas, ini tidak akan berhasil. Biar tim penyelamat saja yang meneruskan. Ini sangat berbahaya!"

"Tidak" Jawabnya mentah-mentah

"Setidaknya para tim penyelamat itu mempunyai peralatan lengkap untuk menyelam Sua. Kita? Hanya bermodalkan tahan nafas dua puluh detik saja"

"Kau ini banyak bicara sekali, sudahlah kembali saja sana akh--"

Yap, karena tidak memperhatikan sekitar, kaki Sua tanpa sengaja terjepit diantara daun pintu lemari kecil yang berbahan kayu jati.

"Hei, kau ini bagaimana sih? Kenapa tidak memperhatikan jalan? Bisa-bisanya kakimu terjepit disitu?" Omel Solar sambil membantu Sua

Sua yang lelah mendengar Solar mengeluh terus menerus itupun akhirnya tidak bisa menahan emosinya

"Kau ini maunya apa sih?! Kan aku sudah bilang kau tidak perlu mengikutiku, kembali saja keatas sana."

"Aku tidak egois sepertimu yang hanya mementingkan keselamatan diri sendiri. Teman-teman kita yang lain dibawah sana pasti sedang menunggu pertolongan kita bukan? Lalu, apa kita akan tinggal diam saja? Setega itukah dirimu Solar?"

Solar mengerjapkan matanya beberapa kali setelah mendengar penuturan kata dari Sua, ia memijat pelan keningnya

"Hahh, Sua dengar. Aku juga sama sepertimu yang mengkhawatirkan teman-teman kita yang lain. Apalagi disana ada Kak Hali, Kak Taufan, Kak Gempa, dan Kak Blaze. Aku juga tidak mau tinggal diam, membiarkan mereka terjebak didalam sana"

"Tapi kita harus berpikir rasional. Kita tidak bisa apa-apa, kita tidak punya perlengkapan untuk menyelam ataupun perelengkapan penyelamatan. Hanya bermodalkan tangan kosong saja tidak akan menghasilkan yang terbaik."

"Bukannya mendapat apa yang kita harapkan, malah nantinya kita juga akan merepotkan bagi tim sar yang lain. Kau mengerti maksudku kan?"

"Beda halnya dengan kita yang kembali keatas sana, mencari bantuan pada tim sar yang sudah pasti perlengkepannya"

"Dan lagi, aku tidak mau kau kenapa-kenapa Sua. Apapun yang terjadi kau juga harus selamat, dan sampai akhir pun aku akan selalu menyukaimu"

Jelas Solar panjang lebar kali tinggi sama dengan dia suka Sua tapi Sua sukanya sama Ice uhh-- oke lanjut.

Sua yang mendengarkan penjelasan dari Solar pun hanya bisa terdiam, membenarkan semua ucapan laki-laki dihadapannya ini. Tapi, dia merasa kasihan setelah mendengar kalimat terakhirnya. Bukannya apa tapi, Sua juga tidak memiliki rasa lebih padanya.

Menghembuskan nafas kasar "Kalau begitu...baiklah, aku mengerti.." Hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulutnya sekarang

Solar tersenyum tipis lalu menepuk pelan puncak kepala Sua "Nah begitu dong dari tadi kek jadi anak keras kepala banget sih, nyusahin tau gak? Sini biar ku bantu keluarkan kakimu" Ucapnya sedikit jahil, hanya untuk mencairkan suasana. Yang di ajak bicara hanya diam










Drughdugh




Drughdugh







BYUARRR





SRRRRR


















"Hhah?! S-solar!!!" Teriak Sua panik ketika ia melihat aliran air deras yang tiba-tiba saja sudah didepan mata.

Solar yang kala itu masih berusaha menolong Sua pun dibuat kaget "Oh shit" Umpatnya lalu memeluk erat Sua. Ceritanya mah pengen ngelindungin gitu loh~

Yah dan pada akhirnya mereka juga ikut tergulung oleh air laut yang jauh lebih deras itu. Tidak ada yang tau apakah mereka masih bisa selamat atau tidak, bahkan author sendiri juga gak tau:)



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro