Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sikap Lain Isyana

Memang benar, cara untuk menilai seseorang adalah mendekatinya dan menilai dengan mata kepala kita sendiri. ~Sadewa Bagaskara~

****

Hari ini adalah hari pertama Sadewa mulai mengajari Isyana les privat. Keduanya sudah sepakat, bahwa mereka akan melaksanakan les pertamanya di Rumah Isyana. 

Sore harinya, Sadewa segera bergegas ke rumah Isyana menggunakan sepeda gunungnya. Dia berangkat satu jam dari waktu yang ditentukan, karena memang dia ingin menikmati perjalanannya terlebih dahulu.

Setelah berpamitan kepada orang tuanya, Sadewa segera mengayuh sepeda itu dengan santai. Dia begitu menikmati suasana sore seperti ini. Jarang-jarang dia bisa bersepeda di waktu seperti ini, karena memang biasanya, lelaki itu masih berada di kebun bersama kedua orang tuanya.

Tak lupa, Sadewa membawa kotak bekal yang diberikan kemarin oleh Isyana. Dia tak dapat menampik, jika memang masakan gadis itu begitu nikmat. Meski hanya nasi goreng dengan telur saja.

Setelah menempuh 45 menit, akhirnya Sadewa mulai memasuki area perumahan rumah Isyana. Dia bisa melihat di kanan dan kirinya terdapat rumah-rumah begitu megah dan mewah. Hingga akhirnya, setelah melihat catatan rumah Isyana. Sampailah Sadewa di depan sebuah rumah berpagar tinggi berwarna hitam.

Tiba-tiba seorang satpam keluar dan Sadewa segera mengutarakan niatnya.

"Oh, Non Isyana ada, Den. Ayo silahkan masuk!" 

Sadewa mengikuti satpam itu memasuki halaman rumah Isyana. Dia bisa melihat luasnya halaman yang begitu indah. Di bagian tengah, terdapat air mancur yang berbentuk guci. Lalu di bawah kucuran air mancur, terdapat kolam ikan yang berbentuk bundar.

Beberapa menit menunggu, akhirnya Sadewa disambut oleh Pak Sam yang menyuruhnya masuk.

"Non Isyana masih mandi, jadi Den Dewa tunggu disini dulu yah!" ucap Pak Sam setelah tadi mendapat info dari Isyana, jika akan ada temannya yang datang.

"Iya pak," sahut Sadewa.

Sepeninggalan Pak Sam. Sadewa mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruang tamu Isyana. Dari pandangan mata saja, dia sudah bisa melihat guci, sofa dan beberapa furniture yang begitu mewah dan elegan.

Di bagian ujung sana, terdapat beberapa pigura foto yang begitu menarik perhatian Sadewa. Namun tetap saja, Sadewa bisa menahan rasa penasarannya hingga tiba-tiba muncullah Isyana dari dalam.

"Maaf ya, jadi nunggu," ucap Isyana pelan.

Sadewa mengangguk, lalu dengan segera, Isyana mengajak Dewa ke taman belakang untuk belajar.

Sepanjang perjalanan menuju taman belakang. Bisa dilihat bahwa Isyana sepertinya sendiri. Tak ada orang tua Isyana disana. Hingga akhirnya mereka sampai di sebuah pondok kecil tempat mereka akan belajar.

"Lo sendiri?" tanya Sadewa hati-hati.

Isyana yang sedang menyiapkan buku dan meja belajarnya segera mendongak. Dia mengangguk membenarkan perkataan Sadewa.

"Terus, orang tua lo kemana?" tanya Dewa lagi.

"Kerja," sahut Isyana pelan.

Jelas sekali Sadewa bisa menangkap raut kesedihan di wajah Isyana. Dia mulai menerka kehidupan bagaimana yang dijalani oleh gadis di depannya itu.

"Gue udah biasa sendiri di rumah. Dijaga sama pelayan dan pengasuh gue," sambung gadis itu.

Sadewa menatap kasihan ke arah Isyana hingga gadis itu tersenyum kecut.

"Gue gak butuh rasa kasihan dari elo," ucap Isyana tegas.

Sadewa hanya diam, lalu dia mulai membuka buku matematika dan mengajari Isyana dari apa yang gadis itu tak ketahui.

Sadewa bisa menangkap perbedaan Isyana di sini dan di sekolah. Gadis itu menjadi sedikit pendiam dan tak banyak tingkah.

Hingga akhirnya sesi pelajaran itu berhenti sejenak karena para pelayan menyajikan cemilan dan minuman.

"Makan dulu, Wa!" ajak Isyana.

"Iya," sahut Dewa.

Sadewa menikmati cemilan berupa roti bolu coklat yang rasanya begitu nikmat di lidah Sadewa.

"Emmm enak," gumam Sadewa masih bisa didengar oleh Isyana.

"Serius?" tanya Isyana.

Sadewa mengangguk.

"Terus kalau bekal dari gue kemarin, gimana?" tanya Isyana penasaran.

"Enak juga," ungkap Sadewa jujur. 

"Serius?" Mata Isyana berbinar.

"Iya." 

"Berarti gue bakalan masakin terus buat elo," ucap Isyana senang.

"Ehh gak usah," tolak Sadewa.

"Loh kenapa?" Raut wajah Isyana langsung murung.

"Ya gak enak aja, sama yang lain." 

"Tapi gue seneng masakin elo. Apalagi percuma kalau gue masak dan gak gue bagi. Gak bakal ada yang makan kalau di sini." Isyana menunduk. Dia mengutarakan perasaannya yang begitu terlihat, jika dia selalu sendiri di rumah.

"Oke, terserah lo aja." 

Isyana mendongak dia bisa melihat keseriusan di wajah Sadewa. Dia menjadi senang karena Sadewa mau menerima bekal yang akan dia masak sendiri.

Karena waktu sudah memasuki magrib. Sadewa meminta izin melaksanakan sholat magrib di rumah Isyana. Tentu saja gadis itu mengijinkan dan memandu Sadewa menuju tempat sholat di rumahnya.

🌴🌴🌴

Isyana yang sudah berganti baju segera membantu Pak Sam menata makanan yang sudah disiapkan oleh para pelayan. Dia begitu terlihat senang, sampai para pelayan begitu bahagia melihat nona mudanya tak menyurutkan senyuman di bibir seksinya.

"Sudah, Nona. Anda panggil temen Nona saja!" pinta Pak Sam ketika melihat meja makan sudah rapi.

"Iya, Pak Sam. Aku panggil dia dulu." Isyana beranjak.

Gadis itu segera menuju ruang ibadah yang berada di dekat ruang tamu. Saat dia sampai, Sadewa sedang merapikan sajadah yang dia pakai.

"Ayo makan!" Ajak Isyana.

"Gak usah repot-repot, gue langsung pulang aja," ucap Sadewa.

"Tapi gue udah nyiapin buat elo." Suara Isyana sudah mulai serak seperti menahan tangis.

Lagi-lagi Sadewa hanya bisa menghela nafas berat dan menyetujui permintaan gadis itu. Dia baru tahu jika ternyata Isyana memiliki sikap lain yaitu gadis lemah dan rapuh ketika berada di rumah. Namun Sadewa bisa memahami, jika gadis di depannya ini adalah salah satu korban anak kurang kasih sayang.

Bagaimana Sadewa bisa tahu? Karena ketiga sahabatnya termasuk anak seperti Isyana ini. Orang tua mereka  lebih mengutamakan pekerjaan daripada menemani putra putri mereka di rumah.

Keduanya sudah berada di meja makan. Dengan senang Isyana menawarkan semua makanan yang ada di meja makan. Entah kenapa, melihat kebahagiaan gadis itu, membuat hati Sadewa menghangat. Bahkan ketika mengetahui sedikit kehidupan gadis di depannya itu, entah kenapa timbul perasaan ingin selalu membuat Isyana menjadi gadis yang selalu tersenyum seperti saat ini.

Saat keduanya asyik melahap makanan masing-masing. Suara Isyana memecah keheningan di meja makan.

"Dewa!" panggil Isyana.

"Hm." 

"Gue boleh tanya sama elo?" 

"Ya." 

"Lo suka pelajaran matematika?" 

"Suka."

"Lo suka makan nasi goreng?" 

"Suka." 

"Lo suka basket?" 

"Suka." 

"Lo suka gue?"

"Suka."

Ehhhh, Sadewa terdiam. Dia menelan ludahnya kasar saat mengingat pertanyaan apa yang baru saja dia jawab. Sedangkan Isyana, gadis itu tertawa senang ketika melihat lelaki yang dia cintai terjebak pertanyaan yang dia beri.

"Lo beneran suka ke gue?" goda Isyana.

"Nggak usah ge'er. Gue salah jawab," sahut Sadewa dengan wajah datarnya.

"Yang bener?"

"Iya." 

Isyana tertawa dalam hati. Kenapa menggoda lelaki di depannya begitu menyenangkan.

"Emm, Wa?" 

"Apa lagi?"

"Lo gak bisa yah, senyum dikit sama gue?" tanya Isyana.

Sadewa menoleh, dengan mengernyitkan alis tanda tak mengerti.

"Maksud gue, lo itu wajahnya flat mulu. Coba lo senyum sama gue kayak gini." Isyana memberikan senyuman manisnya.

Entah kenapa senyuman itu begitu membius hati Sadewa. Bahkan tanpa Sadewa sadari, jantungnya mulai berdebar kencang. Dia merasakan ada kupu-kupu yang bertebaran di dirinya.

Hingga pikiran Sadewa tersadar karena jentikan tangan Isyana.

"Lo kenapa?"

"Gak papa." Sadewa memalingkan wajahnya dan melanjutkan makan.

"Ya, Wa, bisa gak?" 

"Bisa apa?"

"Senyum sama gue," ucap Isyana.

"Gak bisa."

"Pliss." 

Mendengar rengekan Isyana, entah kenapa membuat Sadewa tak bisa untuk menolak.

Akhirnya Sadewa mencoba menarik kedua sudut bibirnya hingga menampilkan senyuman yang baru pertama kali dilihat oleh Isyana. 

"Ya tuhan, kalau senyum gini makin ganteng banget." Jerit hati Isyana.

~Bersambung~

Jangan lupa tekan star yah, dan tinggalkan komentar.

Kalau kalian cocok dengan cerita ini, masukkan ke perpustakaan dan daftar bacaan kalian.

Follow juga akun Je biar kalian dapet informasi terupdate.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro