Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Les Privat

Semoga ilmu yang kudapatkan, bisa bermanfaat bagi semua orang. ~Sadewa Bagaskara~

****

Sadewa mengetuk pintu kelasnya, ketika melihat guru yang mengajar sudah memasuki ruang kelas.

"Maaf Bu, saya telat. Saya baru selesai dari Ruang Osis," ucap Sadewa sambil menunduk hormat.

Guru bernama Bu Ira itu, mengijinkan Sadewa masuk dan duduk di kursi miliknya.

Saat Bu Ira hendak menerangkan pelajaran. Tiba-tiba ketukan pintu lagi membuat Bu Ira mengurungkan niatnya.

"Oh Pak Adi. Silahkan masuk!"

Pak Adi mengucapkan terima kasih, lalu segera mengambil alih untuk menyampaikan tujuannya.

Sadewa yang saat itu hendak mengeluarkan bukunya menjadi urung. Ketika mendengar beberapa kata dari Kepala Sekolahnya.

Dengan segera dia mendongakkan kepalanya, matanya menyipit ketika melihat gadis yang sangat ia kenal berada di depan sana.

"Untuk apa dia pindah?" kata itu ada dibenak Sadewa.

Tapi seorang Sadewa tetaplah Sadewa. Dia tak menggubris. Setelah sesi perkenalan dan Kepala Sekolah pergi. Bu Ira meminta gadis yang tak lain Isyana itu, duduk di kursi samping meja Sadewa.

Bu Ira mulai melanjutkan pelajaran setelah melihat Isyana duduk di kursinya. Sadewa begitu teliti dan fokus menatap papan tulis dan penjelasan guru kesayangannya. Apalagi pelajaran Bu Ira adalah Matematika. Dia begitu mencintai pelajaran ini, hingga tak ingin sedikitpun pelajaran itu terlewati dari matanya.

Tanpa Sadewa tahu, bahwa sejak tadi ada seorang gadis yang selalu memperhatikannya dalam diam.

🌴🌴🌴

"Akhirnya pelajaran ini selesai juga," celetuk Bima sambil menyandarkan punggungnya.

"Lo bener banget. Bikin ngantuk matematika," sahut Juna.

"Kenapa gak pelajaran matematika diilangin yak?" tambah Pandu.

"Kalau matematika diilangin, lo, lo pada gak bakal bisa ngitung duit."

Skakmat.

Ketiga lelaki itu langsung terdiam. Ada benarnya yang dikatakan oleh Sadewa. Mereka tak akan bisa memegang duit jika tak tau angka.

Dalam keterdiaman keempatnya. Suara seorang gadis mengejutkan mereka.

"Hai, gue boleh gabung?"

Keempatnya segera menatap gadis yang duduk di samping kursi Sadewa.

"Boleh," sahut Juna senang.

Siapa yang bisa menolak seorang gadis cantik untuk berdekatan dengan mereka. Dengan senang, Isyana mendekat dan menarik kursinya.

"Kalian sedang bahas apa?" tanya Isyana.

"Gak ada sih. Kita lagi bahas matematika aja," jawab Pandu.

"Ohhh." Isyana mengangguk.

"Lo seneng pelajaran itu?" tanya Bima kepo.

Isyana menggeleng, "gue malah males kalau udah ngitung."

"Wah kita sama." Bima mengajak Isyana bersalaman dan gadis itu menerimanya.

Ketika Isyana mulai akrab dengan Juna, Bima dan Pandu. Tapi tidak dengan Sadewa, lelaki itu hanya diam dan menatap tak suka dengan gadis yang begitu SKSD dan agresif seperti Isyana.

Tanpa kata, Sadewa segera mengambil tasnya dan meninggalkan sahabatnya bersama gadis agresif itu.

"Gadis agresif," desis Sadewa setelah dia meninggalkan sahabatnya.

Ketiganya menjadi tak enak dengan Isyana. Apalagi gadis itu menampakkan raut wajah kecewa pada Sadewa.

Mereka bisa menangkap jika gadis di depannya ini, memiliki perasaan pada sahabatnya itu.

"Maafin Sadewa yah, dia emang gitu, gak suka sama orang baru," ujar Pandu.

Isyana hanya memaksakan senyum dan memilih pergi meninggalkan kelasnya yang baru.

Dia memang sedikit kecewa. Namun, rasa tertantangnya pada dirinya, semakin menjadi.

"Kita lihat aja. Gue bisa dapetin hati lo apa nggak, Sadewa," ucap Isyana dalam hati.

🌴🌴🌴

Setelah kejadian itu, Sadewa semakin menghindar untuk bersitatap atau mengobrol dengan Isyana. Gadis itu bahkan tanpa malu begitu memperlihatkan jika dia begitu ingin kenal dan dekat dengan Sadewa.

Tapi lagi-lagi, Sadewa yang memang tak suka gadis petakilan tetap kukuh dengan sifatnya. Dia bahkan sering meninggalkan ketiga sahabatnya yang semakin dekat dengan Isyana ke Perpustakaan.

Menurutnya, lebih baik dirinya membaca buku. Daripada harus meladeni ocehan Isyana yang tak jelas.

Dia sudah muak dan merasa jengah dengan sikap gadis itu. Tapi mau berkata apa? Dirinya sadar diri jika gadis itu adalah orang berpengaruh di sekolahnya.

Hingga mau tak mau, Sadewa harus bersabar dan menerima kehadiran Isyana yang begitu mengganggunya.

Seperti saat ini. Sadewa yang sedang membaca buku di depan kelas, dikejutkan dengan kehadiran Isyana yang sudah berdiri di sampingnya.

Dengan malas, lelaki itu menatap ke arah Isyana.

"Ada apa?" tanya Sadewa.

"Nih, gue bawa bekal buat lo." Isyana mengulurkan sebuah kotak bekal berwarna hitam biru.

"Untuk apa lo ngasih gue? Kita gak sedekat itu kali," sindir Sadewa dengan berdiri.

"Gue cuma pengen, lo ngasih pendapat masakan pertama gue." ungkap Isyana.

Sadewa masih diam. Dia menatap tajam gadis yang selalu mengganggunya itu. Melihat tangan yang masih setia terulur itu, akhirnya dengan terpaksa dia menerima.

"Dimakan yah, terus kasih tau gue, gimana menurut lo masakan gue."

Tanpa menunggu jawaban Sadewa. Isyana sudah pergi meninggalkan lelaki itu.

Sadewa masih diam menatap punggung gadis itu sampai lenyap dari pandangannya. Lalu dia berganti melihat kotak bekal itu.

🌴🌴🌴

Akhirnya pelajaran terakhir sudah selesai. Semua murid mulai merapikan peralatan belajar dan buku-bukunya.

Saat guru mulai meninggalkan kelas. Ketiga sahabatnya menatap Sadewa yang sedang memasukkan buku-bukunya.

"Sadewa!" panggil Juna.

Sadewa mendongak.

"Lo tetep buka les privat kan?" tanya Juna lagi.

"Iya, kenapa?" tanya Sadewa.

"Gue mau les dong ke elo. Gue udah kelas 3, jadi gue pengen lulus dengan nilai bagus. Jalan satu-satunya biar nilai gue bagus, yah belajar sama elo," ucap Juna serius.

Sadewa tersenyum tipis, dia begitu senang mendengar salah satu sahabatnya mau memikirkan masa depannya.

"Boleh, gue juga lagi butuh duit," ungkap Sadewa.

"Lah, emang buat apa'an, Wa?" tanya Pandu heran.

"Buat bantuin ayah gue, sambil untuk nabung lah, sisanya untuk bayar ujian nanti."

Ketiganya mengangguk paham. Mereka begitu paham bagaimana kondisi keluarga Sadewa. Apalagi, diantara keempatnya, hanya Sadewa yang dari keluarga sederhana. Tetapi, Juna, Pandu dan Bima adalah temen sejati Sadewa. Mereka tak pernah menilai Sadewa dari kekayaan. Ketiganya tulus mau berteman dengan Sadewa karena menganggap Sadewa adalah sosok teman yang begitu baik dan perhatian.

Ternyata obrolan mereka sejak tadi, begitu menarik perhatian seorang gadis. Ya, gadis itu adalah Isyana. Dia begitu bahagia, setelah mendapat ide untuk lebih mendekatkan dirinya dengan lelaki impiannya itu.

Perlahan siswa siswi kelas XII A mulai berhambur keluar kelas. Berjalan bersama sambil bercengkrama dengan sahabat dan teman didekatnya.

Hingga tiba-tiba, saat Sadewa berjalan, ada sebuah tangan halus menarik jemari tangan kanannya.

"Tunggu!"

Sadewa berbalik, dia menatap marah ke arah gadis yang dengan lancang memegang jemari tangannya. Dengan tegas, dia melepaskan tangan gadis itu.

"Ada apa Isyana?" tanya Bima yang saat itu berdiri di dekat Sadewa.

"Emm maaf, kalau gue lancang tadi denger pembicaraan kalian. Tapi, apa bener kalau Sadewa menerima les privat?"

"Nggak."

"Iya bener."

Kedua jawaban itu membuat Bima dan Sadewa saling berhadapan. Bisa dilihat kemarahan dari balik mata Sadewa. Namun Bima tetaplah Bima, jahil dan usil terhadap sahabat-sahabatnya.

"Iya bener. Emang kenapa?" tanya Bima lagi.

"Emmm apa boleh, gue daftar les privat sama Sadewa?"

"Ahh iya boleh," sahut Pandu cepat.

Lagi-lagi Sadewa menatap tak suka atas jawaban dari ketiga sahabatnya. Namun dia tetap menahan karena dia menghargai perasaan wanita di depannya itu.

"Buat kalian emang boleh, kalau buat Dewa sendiri, gimana?" tatapan Isyana begitu penuh harap.

Sadewa bisa melihat gadis itu memang begitu berharap. Dia juga tau jika Isyana memang tak terlalu pintar dan sering membolos ketika di kelas. Beberapa hari satu kelas dengan Isyana, membuat Sadewa tau betul sikap gadis itu dari balik matanya.

"Baiklah, gue mau ngelesin elo," ucap Sadewa akhirnya.

Dalam hati, dirinya juga butuh duit. Tabungan untuk kuliah dan ujiannya harus dia siapkan dari sekarang. Hingga mau tak mau, dia juga harus ikhlas dan merelakan gadis yang banyak tingkah itu les privat dengannya.

Mungkin dengan begini juga, Sadewa bisa memanfaatkan ilmunya dan mengamalkan dengan baik. Agar ilmu yang dia dapat tak terputus pada dirinya sendiri.

~Bersambung~

Jangan lupa tekan star yah, setelah baca bab ini.

Masukkan juga ke daftar bacaan dan perpustakaan kalau kalian suka.

Terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro