Hasil Dari Semua Perjuangan
Tak ada yang lebih membahagiakan kami, kecuali restu sudah kami dapatkan dari orang tua dan semesta untuk bersatu. ~Sadewa Bagaskara and Isyana Queen Samboja~
****
Di dalam sebuah ruangan, terdapat tiga orang lelaki dengan satu orang berbeda usia. Lelaki paruh baya dengan sikap angkuhnya duduk tenang di kursi kerjanya. Sedangkan dua orang lelaki yang lebih muda itu, berdiri tenang di depan lelaki paruh baya.
"Bagaimana?"
"Usaha Cafenya berjalan lancar, Tuan. Bahkan minggu depan, dia akan membuka cabang Cafenya dua sekaligus," ucap lelaki berambut hitam legam.
"Terus?"
"Keuntungan dan penjualan Cafe utamanya semakin meningkat, Tuan," lapor lelaki berambut pirang.
"Bagus, terus pantau dia!"
Setelah urusan kedua lelaki muda itu selesai. Mereka mulai membungkuk hormat dan pergi meninggalkan lelaki paruh baya yang sudah membalikkan kursi kerjanya menghadap ke jendela ruangan.
Matanya yang tajam, menatap tanaman yang bisa dia lihat dari balik jendela. Langit gelap tak mengurangi penglihatannya untuk menatap keindahan di taman itu.
Tiba-tiba, pikirannya berkelana mengingat masa lalunya. Dia tak akan melakukan ini, jika lelaki paruh baya itu tak belajar dari masa-masa kelamnya.
Ya, lelaki itu adalah Mahesa. Siapa sangka, jika masa lalunya dia hanya seorang lelaki miskin yang bekerja luntang luntung. Hingga akhirnya, dia mencintai seorang gadis kaya raya yang tak lain istrinya yaitu, Ayara.
Mendapatkan restu mertuanya dulu seperti meminta bintang agar jatuh. Sulit digapai, namun dia tak pernah menyerah. Mertuanya yang begitu tegas dan sayang pada Ayara. Membuat Mahesa begitu sulit mendapatkan restu.
Dia masih ingat, penolakan mertuanya saat dia datang ke rumah kekasihnya, Ayara. Hingga penghinaan dan penolakan yang didapat. Membuat Mahesa bangkit. Laki-laki itu bekerja dengan keras hingga dia menemukan seorang teman sejati yang keberadaannya masih dia cari.
Teman seperjuangannya yang selalu membantu seorang Mahesa, hingga dia bisa bekerja di perkantoran. Dengan bermodalkan kejeniusan dan kepintarannya, Mahesa bisa dengan cepat naik jabatan dan sukses meningkatkan kualitas dirinya.
Saat dirinya sudah mulai merasa pantas, Mahesa datang dan langsung melamar sang kekasih, Ayara. Dengan bermodal kualitas dan dirinya yang sudah lebih baik. Akhirnya kedua mertuanya menerima dia menjadi menantu dan diberikan tanggung jawab mengurus perusahaan milik Papa Ayara.
Dari sana, dia tak ingin Sadewa, kekasih putrinya mendapatkan penghinaan dari keluarga besar istrinya. Dia menguji kekasih Isyana agar memiliki mental kuat dan berubah seperti dirinya dulu.
Lalu sekarang, mendapatkan laporan dari bawahannya. Hati Mahesa menjadi lega. Dia menjadi bangga pada lelaki muda yang begitu dicintai putrinya itu.
Dia patut mengacungi jempol pada Sadewa. Jiwanya masih muda namun semangatnya tak luntur. Jika dibandingkan dirinya dulu, dia mengakui Sadewa lebih baik dan lebih muda meraih kesuksesannya.
Perlahan mata milik Mahesa terpejam. Terdengar helaan nafas yang begitu lega dari hatinya. Dia menjadi lebih tenang untuk hubungan putrinya itu. Saat Mahesa hendak terlelap. Sebuah usapan lembut di rambutnya membuat mata lelaki paruh baya itu terbuka.
Disana, istri yang begitu dia cintai, sedang tersenyum ke arahnya. Ditariknya perlahan tangan Ayara, hingga wanita itu terjatuh di pangkuannya.
"Ada apa, Mas?" tanya Ayara mengusap wajah suaminya dengan lembut.
Ditatapnya wajah yang masih terlihat cantik itu dengan penuh cinta.
"Maafkan aku," ucap Mahesa dengan lembut.
Ayara tersenyum sambil menenggelamkan wajahnya di dada suaminya.
"Aku tau apa yang mas pikirkan, tapi tolong mas. Jangan mengambil kebahagiaan putri kita satu-satunya," pinta Ayara dengan nada memohon.
Siapa ibu yang tega melihat anaknya selalu menangis. Apalagi sang putri harus diam di rumah selama beberapa bulan.
Ayara juga bisa melihat raut wajah sedih pada putrinya itu. Namun tetap saja, dia tak bisa melakukan apapun. Karena apa? Semua keputusan yang diambil suaminya, pasti sudah dipikirkan baik-baik.
"Aku tak akan tega mengambilnya sayang. Aku hanya ingin putri kita tak mendapatkan perilaku saat kita dulu."
🌴🌴🌴
Pagi hari, Isyana baru saja keluar dari kamarnya. Hari ini, dia berencana kabur dari rumahnya untuk mendatangi pembukaan Cafe cabang milik kekasihnya itu.
Cukup sudah dia menahan rindu beberapa bulan dari Sadewa. Saat ini, dia akan melakukan segala cara. Bagaimana pun caranya, dia harus bisa bertemu, pikir Isyana.
Gadis yang baru saja lulus sekolah itu, segera melangkahkan kakinya menuju meja makan. Seperti biasa, dia hanya akan diam dan mengambil makanan untuknya sarapan.
Papa Mahesa hanya menatap putrinya dengan wajah sendu. Dia bisa menangkap kesedihan di wajah putri kesayangannya itu. Naluri seorang ayah tetap ada di hati lelaki paruh baya seperti Mahesa. Tetapi dia melakukan ini semua, untuk kebaikan putri dan kekasihnya.
"Queen!" panggil Mahesa pelan.
Putrinya itu diam tak menggubris panggilannya. Mahesa menghela nafas berat lalu menatap jemarinya yang digenggam erat oleh sang istri.
"Maafkan Papa nak, Papa gak bermaksud menghalangi kebahagiaan kamu. Tapi, Papa hanya tak ingin kamu merasakan apa yang pernah Papa dan Mama rasakan," ucap Mahesa pelan.
Isyana masih diam, namun sepertinya gadis itu tetap mendengarkan perkataan papanya. Dengan kekuatan hati, Papa Mahesa mulai membuka luka lamanya. Dia menceritakan segalanya pada sang putri. Perjuangan dan pengorbanannya untuk mendapatkan sang mama.
Tak ada yang ditutupi oleh lelaki yang sudah berumur 50 an itu. Dia ceritakan dengan jujur dan detail hingga akhirnya sang putri menatapnya.
Mata Isyana sudah memerah dan berkaca-kaca. Gadis itu tak menyangka jika kisah mama dan papanya begitu tragis. Segera dia menghambur ke pelukan sang papa dan memeluknya begitu erat.
Jujur, meski kedua orang tuanya tak pernah pulang. Namun sang mama selalu menanyakan kabar dirinya melalui telepon. Dari cerita papanya juga, dia jadi tahu kenapa kedua orang tuanya menggila dalam hal bekerja.
Isyana semakin mengeratkan pelukan pada papanya sambil menangis sesegukan.
"Maafkan Isyana pa," lirih gadis itu dengan wajah sudah memerah.
Mahesa hanya bisa mengusap punggung sang putri dengan sayang.
"Seharusnya Papa yang minta maaf sama kamu, Nak," ucap Papa Mahesa dengan mendaratkan kecupan sayang di puncak kepala putrinya.
Merasa putrinya sudah tenang, perlahan Mahesa melepaskan pelukan sang putri. Mengusap air mata dari mata indah Isyana dan memberikan kecupan sayang di dahi gadis muda itu.
"Papa merestui hubungan kalian, Queen."
Deg.
Degup jantung Isyana berpacu cepat. Gadis itu menatap kedua mata papanya untuk mencari kebohongan. Namun disana hanya ada rasa yakin yang dapat dia tangkap dari mata dan raut wajah Mahesa.
"Beneran, Pa?"
"Iya beneran sayang. Queen dan Sadewa berhak mendapatkan kebahagiaan kalian."
"Terima kasih, Pa." Isyana segera memeluk papanya kembali.
Ucapan terima kasih selalu dia loloskan dari bibir pinknya itu. Tak ada yang lebih istimewa lagi selain mendapatkan restu papa untuk hubungannya ini.
Dia patut bersyukur pada Tuhan yang masih berpihak pada keduanya. Memberikan kesempatan untuk semesta dan kedua orang tuanya merestui hubungan dirinya bersama orang yang tak pernah Isyana duga.
🌴🌴🌴
Sepasang kaki berlari dengan begitu cepat. Tujuannya hanya satu, menemukan keberadaan kekasih yang begitu dia rindukan. Manik hitamnya begitu jeli mencari sosok pria yang selalu datang dalam mimpinya.
Disana, Isyana melihat kekasihnya sedang mengobrol dengan gengnya, Pandawa.
"Dewa!" teriak Isyana begitu kencang.
Tentu saja hal itu membuat perhatian semua orang tertuju pada Isyana. Gadis cantik dengan senyum mengembang menatap wajah lelaki yang begitu dia rindukan. Segera keduanya melangkah mendekat dan Isyana menghambur ke pelukan lelaki itu. Lelaki yang membantunya merubah diri dan sikapnya. Lelaki yang dengan tegas memperjuangkan hubungannya, meski badai restu dari papanya tak dia dapatkan.
"Bagaimana kamu bisa berada di sini, hm?" tanya Sadewa saat pelukan keduanya terlepas.
"Pasti bisa, aku merindukanmu."
Kedua manik mata itu saling memancarkan rasa rindu yang membuncah. Hingga tanpa sadar, mata Isyana mulai menggenang oleh air mata. Gadis itu sudah siap meluruhkan untuk kesekian kalinya.
"Please, jangan menangis, Queen!"
Isyana menggeleng.
"Aku menangis karena bahagia," ucapnya tanpa ragu.
Sadewa mengusap air mata Isyana yang masih mengalir deras. Lelaki itu menggeleng tanda agar kekasihnya itu menghentikan air mata yang terus menetes.
"Wa!"
"Hm," sahut Sadewa dengan senyuman yang terus menghiasi bibir lelaki itu.
"Papa sudah merestui kita."
Raut terkejut muncul di wajah tampan Sadewa. Lelaki itu merasakan aliran darahnya tiba-tiba berhenti. Telinganya tak salah mendengar kan? Apa benar, apa benar jika Mahesa sudah merestui hubungan keduanya. Sadewa mencari kebenaran di mata kekasihnya itu.
Namun yang dia dapat, Isyana menggenggam kedua tangan Sadewa dan memberikan anggukan kepalanya. Segera Sadewa meraih tubuh Isyana ke dalam pelukannya itu. Keduanya begitu bahagia dan tak dapat menggambarkan sebahagia apa hati mereka.
Sadewa dan Isyana hanya bisa berdoa semoga tak ada lagi badai yang akan menerjang hubungan keduanya lagi. Keduanya sudah berusaha untuk selalu melewati segala hal bersama-sama tanpa melepaskan genggaman tangan mereka.
~TAMAT~
🌴🌴🌴
Alhamdulillah, akhirnya Je bisa menyelesaikan tugas TDWC ini dengan lancar dan sukses.
Terima kasih pada seluruh teman TDWC rasi 2, yang selalu mendukung dan menyemangati hingga Je sampai di titik ini.
Terima kasih juga pada pembimbing, Bootis, dan Centaury yang selalu membimbing, memberikan ilmu dan memberikan support pada kita.
Dan juga tak lupa, terima kasih banyak pada semua pembaca yang sudah mau membaca karya saya pertama ini. Saya sadar masih ada kekurangan dan kekhilafan disaat saya menulis ini. Saya senang baca komen, support dan semangat kalian dengan karya saya ini.
Doakan semoga saya bisa membuat karya selanjutnya di Wattpad yah.
Jangan lupa mampir di karya saya yang ada di platform lain. Cari nama pena di Noveltoon/Mangatoon dengan nama "JBlack" disana sudah ada dua novel tamat dan satu novel on going. Di Novelme juga ada satu novel on going dengan nama pena sama "JBlack"
Saya tunggu kehadiran kalian di karya ku semua.
Tak ada lagi yang dapat saya katakan, hanya banyak terima kasih dan I Love You, kecup jauh.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro