Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 9 - Hijrah ke Mekkah

[Author P.O.V]

Sebelumnya, Ridho diajak Tama ke rumah sakit yang sama. Di sanalah lelaki yang sebaya dengan Sabila itu diajak ke ruang ICU oleh adik kecil itu. Ternyata, di dalamnya terdapat Sabila yang sedang terbaring lemah di sana. Terbesit rasa di antara empati atau bersalah yang terdapat pada diri Ridho. Dia mengharapkan Sabila bisa segera sadar kembali, sehingga mereka bisa menghabiskan sisa waktu di Mekkah nanti secara bersama-sama.

Tahu-tahunya, Ridho, Tama, dan para jamaah yang lain nanti akan diarahkan ke Mekkah, dan ternyata, jarak dari Madinah ke Mekkah itu lebih dekat daripada jarak dari Madinah ke Jeddah. Tentu saja para jamaah sudah sedari tadi menantikan perjalanan mereka ke Mekkah.

Meskipun demikian, tetap ada ketentuannya jika ingin ke Mekkah. Mereka harus memakai pakaian ihram. Bagi pria, mereka akan menggunakan beberapa helai kain dan tidak memakai kopiah. Sedangkan bagi wanita, mereka menggunakan jilbab dan baju yang mirip-mirip dengan pakaian ihram dari pria. Sebelum mereka pergi ke Mekkah, mereka akan diarahkan menuju Masjid Qiblatain untuk berziarah, barulah ke masjid Bir Ali, tempat miqat mereka nantinya.

Bagaimana dengan Sabila? Dia masih belum sadar juga.

Maka dari itu, Ridho merasa berat hati untuk berpisah dengan Sabila yang masih terbaring lemah. Gadis kecil itu tetap akan dibawa ke Mekkah, tetapi akan dibawa oleh tim medis, bukan oleh keluarganya dan juga Ridho. Seketika itulah, hal itu yang menyurutkan semangat yang ada pada diri Ridho. Dari yang awalnya ingin beribadah umrah di Mekkah, ternyata semangatnya surut hanya gara-gara Sabila.

Sepertinya sudah cukup pertemuan singkat tapi bermakna di antara Ridho dan Sabila. Setelah Ridho 'diusir' oleh ayahnya Sabila dari ruang ICU, kini, Ridho dan para jamaah lainnya bersiap untuk berziarah ke Masjid Qiblatain, sebelum akhirnya mereka memakai pakaian ihram menuju ke Mekkah.

***

Pada pukul setengah sembilan pagi waktu Arab Saudi, para jamaah yang hadir kecuali Sabila itupun sudah sampai di Masjid Qiblatain menggunakan beberapa bis seperti biasanya. Biasanya, Ridho membaca dulu informasi tentang tempat ziarah tersebut melalui buku panduan haji dan umrah. Berdasarkan yang Ridho baca di buku tersebut, ada sedikit informasi mengenai Masjid Qiblatain.

Menurut buku tersebut, secara singkatnya, Masjid Qiblatain itu letaknya di tepi jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq. Ya, masjid ini terletak dekat dengan kampus, tetapi mereka tidak diarahkan menuju ke kampus karena fokusnya ke ziarah dan sebentar lagi mereka harus dialihkan ke Mekkah.

Konon masjid tersebut mula-mula dikenal dengan nama Masjid Bani Salamah karena dibangun di atas tanah bekas rumah Bani Salamah. Pada permulaan Islam, orang melakukan shalat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa di Yerussalem, Palestina. Setelah pada tahun ke-2 Hijriyah hari Senin bulan Rajab, tiba-tiba saat Rasulullah menunaikan shalat zuhur pada rakaat ke-3 bersama para jamaahnya, beliau diarahkan untuk menghadap kiblat ke Masjidil Haram di Mekkah. Pernyataan tersebut sesuai dalam Surah Al-Baqarah ayat ke 144.

Begitulah kisahnya mengapa masjid ini disebut Masjid Qiblatain, karena memiliki 2 kiblat akibat dari perpindahan kiblat itu.

***

Setelah mereka masuk ke dalamnya, mereka merasakan indahnya berada di dalam masjid berkiblat dua itu. Tentu saja ada jamaah yang ingin beribadah di sana, misalnya ingin menunaikan shalat Dhuha atau hanya sekedar dzikir-doa dan mengaji. Para pengurus umrah tersebut sekaligus para ustadz dan ustadzah yang sedari tadi menemani perjalanan para jamaah itupun mempersilakan mereka untuk beribadah sebanyak-banyaknya di masjid ini, meskipun pahala yang mereka dapat nantinya itu tidak sebanding dengan beribadah di Masjid Nabawi ataupun Masjidil Haram.

Tetapi Ridho merasa tidak bersemangat untuk beribadah gara-gara memikirkan Sabila, teman sebayanya itu. Melihat raut muka Ridho yang sedari tadi menunjukkan kesedihan itu, Tama, si adik kecilnya Sabila itupun bertanya kepada Ridho, "Bang, mengapa Abang bersedih? Apa gara-gara kak Sabila?"

"Iya, Dek. Ini semua gara-gara Sabila. Aku tidak mengerti harus bagaimana lagi. Kalau sebentar lagi kita dialihkan ke Mekkah, bagaimana dengan Sabila? Apa dia ditinggalkan begitu saja?" ujar Ridho yang menunjukkan wajah kekhawatirannya.

"Tidak kok Bang. Kak Sabila tidak ditinggalkan oleh kita. Dia akan dialihkan oleh tim medis menuju ke Mekkah, jadi sebenarnya dia ikut bersama kita kok, Bang!" seru Tama sambil menunjukkan senyum yang terkesan dipaksakan itu. Tujuannya adalah membuat Ridho tidak khawatir lagi kepada Sabila.

"Sabila ...." Ridho tidak meneruskan perkataannya itu. Mendengar kata-katanya Ridho barusan, Tama langsung mengerti apa intinya yang akan ditanyakan oleh Ridho, yaitu tentang rahasia yang selama ini ditutupi oleh keluarganya Sabila itu dari Ridho. Seketika itulah, Tama ingin menceritakan semuanya kepada Ridho.

"Ah ... Bang. Pasti Abang ingin tahu yang sebenarnya tentang kondisinya kak Sabila, 'kan?" Tama menebak inti dari apa yang ingin dibicarakan oeh Ridho pada dirinya. Langsung saja si Ridho itu menganggukkan kepalanya, pertanda bahwa tebakannya Tama itu tepat dan apa adanya. "Sebentar, Bang ...." Tama meminta waktu kepada Ridho untuk berpikir sejenak, mengenai apa yang akan diceritakan olehnya tentang kakak kandungnya itu.

Ya ... Ridho akan tetap menunggu kepastian tentang kondisinya Sabila itu.

Waktu terus berjalan. Akhirnya, beberapa menit kemudian, Tama itupun mulai bercerita kepada Ridho mengenai kondisinya Sabila itu. "Jadi begini Bang ...." Tama itupun menghela nafasnya sejenak setelah selesai mengucapkan kata-kata pembuka cerita itu, dan Ridho itupun setia menunggu Tama mengeluarkan kata-katanya.

"Jadi apa yang terjadi pada Sabila, Tam?" tanya Ridho itu, mengulangi pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya karena sudah beberapa kali dia digantungkan oleh keluaganya Sabila itu. Tentu saja hal itu membuat Ridho harus bersabar ekstra untuk menunggu keluarganya Sabila itu membuka mulut mereka mengenai Sabila.

"Kak Sabila sedang mengalami koma, Bang. Katanya ... dia terlalu kecapekan karena aktivitas-aktivitas yang dilakukannya belakangan ini. Dia terlalu bersemangat, Bang, sampai-sampai dia harus mengalami kejadian yang seperti ini. Tama juga kaget kok, Bang. Mengapa tiba-tiba kak Sabila sampai pingsan pas dia mau naik ke dalam bis. Kaget kok, Bang. Sama dengan Tama."

Sejujurnya, perkataan yang diucapkan oleh Tama itu cukup terbelit-belit, tetapi Ridho sudah bisa menangkap inti dari cerita yang diceritakan oleh Tama mengenai Sabila. Akhirnya, dia sudah bisa menyimpulkan sendiri ceritanya. Kemudian Ridho itu berkata kepada Tama, "Jadi ... Sabila koma karena kelelahan?" Ridho ingin meyakinkan kembali inti cerita tersebut.

"Betul, Bang. Sebenarnya dia tidak mengidap penyakit yang membahayakan, hanya kelelahan dan kekurangan oksigen saja kok," ujar Tama lirih. Tama itupun kembali bersedih karena memikirkan kakak kandungnya yang sedang sakit dan terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu.

Ridho hanya menghela nafas berat dan tidak merespon dengan kata-kata apapun. Kembali air mata itu jatuh dari matanya Ridho, membasahi mukanya yang sedari tadi menunjukkan wajah kekhawatiran. Ridho kembali menangis karena Sabila. Dia berharap dengan lebih, semoga saja ada perkembangan tentang Sabila. Meskipun dia tidak sadar, paling tidak dia sudah meresponnya dengan gerakan atau sejenisnya, paling tidak perkembangan yang diharapkan oleh Ridho itu ya seperti itulah.

***

Setelah selesai membicarakan Sabila, Ridho, Tama, dan jamaah-jamaah lainnya yang telah memakai pakaian ihram itupun pergi ke tempat miqat mereka dari Madinah menuju ke Mekkah. Sudah ada suatu tempat yang merupakan tempat miqat yang khusus ditujukan untuk para jamaah haji asal Indonesia atau Jeddah, yaitu Bir Ali. Nantinya, ada masjid Bir Ali yang terletak cukup tidak jauh dari kota Madinah, sehingga para jamaah akan dialihkan ke situ terlebih dahulu, sebelum akhirnya mereka pergi ke Madinah.

"Assalamu'alaikum para jamaah sekalian!" seru si ustadz kepada seluruh yang hadir setelah mereka keluar dari Masjid Qiblatain.

"Wa'alaikumussalam ya Ustadz!" balas para jamaah dengan serempaknya.

"Kali ini, kita akan berangkat ke Mekkah. Bagi jamaah yang sedang berada di rumah sakit, tetap akan kita bawa dengan bantuan tim medis. Bagi jamaah yang sedang sakit semoga diangkat penyakitnya, semoga cepat sembuh dan sehat wal 'afiat," ujar ustadz itu lagi, yang kemudian di-'amin'-kan oleh para jamaah yang lainnya.

Semua jamaah yang hadir mendoakan yang terbaik untuk jamaah lain yang sedang sakit, termasuk Sabila, dimana Tama dan Ridho sangat bersedih atas hal itu. Si ustadz itu kemudian memimpin doa keselamatan sekaligus kesembuhan bagi jamaah-jamaah tertentu yang sedang di rumah sakit, yang kemudian diikuti oleh seluruh jamaah yang lain. Setelah selesai berdoa, barulah mereka siap untuk berangkat ke Mekkah, dengan memakai pakaian ihram dan berniat. Nantinya, setelah bis-bis tersebut hampir memasuki Mekkah, mereka akan berniat untuk umrah.

***

*skip*

Beberapa jam setelah perjalanan mereka dari Madinah melalui bis, pada malam hari waktu Arab Saudi, para ustadz dan ustadzah, para pengurus haji dan umrah, serta para jamaah yang berada di dalam bis-bis tersebut sama-sama melantunkan talbiyah, pertanda mereka hampir memasuki kota suci yang lain, Mekkah.

"Labbaik allahumma labbaik. Labbaik ala syariika labbaik. Innal hamda wa ni'mata. Laka wa mulk la syarikalah."

Begitulah talbiyah yang sering diucapkan oleh para jamaah pada umumnya, dan nanti mereka akan mengucapkan niat umrah ketika memasuki Mekkah. Setelah mengucapkan niat tersebut maka mereka siap untuk beribadah umrah di Mekkah, dimulai dari tawaf, sa'i, dan tahallul.

Tetapi sejujurnya ... mereka tidak tahu ... bahwa sejujurnya ... seorang jamaah yang sedang sakit itu juga mengikuti ibadah umrah.

Apa yang terjadi berikutnya?

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro