Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 6 - Gadis Kecil yang Malang

[Author P.O.V]

Setelah para jamaah haji menyaksikan proses pengolahan kurma dan sekaligus berbelanja di toko khusus olahan kurma, para jamaah yang masih berbelanja di toko itu segera membayar ke kasir kemudian naik ke bis masing-masing.

Tetapi ketika Sabila ingin menaiki bis yang tadi, tiba-tiba ... pandangannya kabur seketika, setelah itu dia langsung terjatuh dari tangga yang menuju bis itu. Tubuhnya ambruk ke tanah tetapi sebelum tubuhnya benar-benar ambruk ke tanah, tubuhnya Sabila itu berhasil dipegang oleh Ridho.

Lelaki itupun terkejut setengah mati ketika melihat Sabila pingsan dengan hidungnya mengeluarkan darah. "Sabila!!! Kau kenapa?!" teriak Ridho secara histeris. Ridho tidak terima atas apa yang terjadi pada teman kecilnya itu.

Seketika itulah setiap jamaah haji yang masih berada di luar bis maupun yang sudah duduk di tempat duduknya masing-masing itu mengalihkan pandangan mereka ke arah Ridho dan Sabila. Ridho yang memegang tubuh ambruknya Sabila itu. Setelah si pemimpin tur hari itu menyadari bahwa ada seorang anak kecil yang pingsan dan mengalami mimisan itu segera meminta bantuan kepada pihak medis, agar Sabila bisa segera dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa keadaannya.

Maka dari itu, Ridho menyerahkan Sabila kepada pihak pengurus tur haji dan umrah untuk diperiksa oleh bagian medis. Orang tuanya Sabila itupun sempat syok ketika melihat kondisi putri sulung mereka yang kini kondisinya sedang dalam keadaan tidak berdaya.

Tama, si adiknya Sabila itupun juga menangis histeris ketika mendengar kabar tersebut. Ridho yang merasa iba terhadap anak kecil yang baru masuk di bangku SD itupun langsung menenangi Tama dengan elusan lembut dari tangan si Ridho, kemudian berujar dengan nada yang lembut, "Tama ... sabar ya. Kakakmu itu pasti akan segera sadar. Mungkin dia terlalu kelelahan saking semangatnya dia itu. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan ya, Sayang."

Tama yang tidak menerima perkataan dari Ridho yang dianggapnya orang asing itupun langsung menyahut, "Kakak siapa? Mengapa Kakak tiba-tiba menasehati dan bicara sama saya? Kok Kakak tahu tentang aku dan Sabila?"

Ridho itupun langsung tersenyum manis seraya berkata, "Aku Ridho, teman sebayanya Sabila sejak kita sama-sama sampai di tanah suci ini. Maafkan Kakak, jika seandainya engkau tidak menerima keberadaan kakak yang tiba-tiba ini."

Tama kemudian memandang Ridho dengan penuh kecurigaan, adik kecil itu hampir menuduh Ridho sebagai penyebab dari celakanya kakak sulungnya itu. Dia langsung berkata pada Ridho, "Apakah kakak penyebab kak Sabila celaka?"

"Astaghfirullah ... Tama. Bukan kakak yang membuat Sabila begini. Dia langsung pingsan sendiri, Sayang. Kakak tidak bohong padamu, kok," ujar Ridho pada Tama itu.

"Kak Ridho berbohong padaku!" seru Tama dengan nada kesalnya pada Ridho. Seketika itulah, kedua orang tuanya Ridho dan kedua orang tuanya Tama itu langsung melerai keduanya.

"Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba Ridho berkelahi dengan anak kecil?" tanya ibunya Ridho dengan kebingungan yang meliputi dirinya. Ibu dan ayahnya Ridho itu tidak menginginkan terjadinya cek-cok di antara keluarga mereka dengan keluarga yang lainnya.

"Tante. Coba Tante tanya sendiri tuh sama kak Ridho. Mungkin dia penyebab kak Sabila pingsan tadi!" seru Tama yang tetap pada pendiriannya yaitu menuduh Ridho tanpa bukti. Ibunya Ridho itupun langsung bertanya pada anaknya, "Ridho, benarkah apa yang dikatakan anak itu padamu?"

Ridho langsung membantah apa yang diucapkan ibunya tadi. "Tidak, Bu. Itu bukan salahku! Tadi saja tiba-tiba Sabila itu pingsan dan aku menangkap tubuhnya, Bu. Lagipula, siapa yang menyebabkan hidungnya Sabila itu keluar, Bu? Tidak ada! Semua itu terjadi secara tiba-tiba, Bu. Aku serius, aku tidak berbohong, Bu," jelas Ridho atas segala klarifikasi atau tuduhan palsu yang dilontarkan oleh Tama kepada dirinya.

"Mengapa Sabila bisa pingsan seperti itu, Ridho?" tanya ayahnya itu secara giliran.

"Tidak tau, Yah. Itu semua bukan salahku, Yah! Bukan salahku!" seru Ridho yang membantah tuduhan itu. Karena kejadian Sabila pingsan itu secara murni bukan kesalahannya tetapi karena cobaan yang ditimpakan secara tiba-tiba kepada Sabila.

"Ya sudah. Tama, jangan menuduh anak kami secara sembarangan, oke?" nasihat ibunya Ridho kepada Tama, yang akhirnya hanya dibalas dengan anggukan pelan dari Tama. Anak kecil itu kini sudah mengerti bahwa apa yang terjadi pada kakak satu-satunya itu bukan disebabkan oleh Ridho—orang asing yang dianggap oleh Tama, tetapi murni karena cobaan dari Allah SWT.

***

Ridho, Tama, beserta keluarga mereka itu mengikuti arah tujuannya pengurus-pengurus haji dan umrah beserta tim medis menuju suatu rumah sakit terbesar di Madinah. Di situlah nanti, Sabila akan dirawat oleh tim medis di sana, sampai dia sembuh nanti.

Sesampainya di rumah sakit di Madinah, Sabila langsung dialihkan ke ruang UGD atau Unit Gawat Darurat. Di situlah, Sabila akan diperiksa secara spontan, apa yang terjadi sebenarnya pada dirinya. Apakah dia mengalami pendarahan atau apapun, semuanya akan jelas nantinya, setelah pemeriksaan selesai.

Kini, orang yang terlibat di kehidupan Sabila itupun hanya bisa pasrah menunggu hasilnya di ruang tunggu, mengenai kondisinya Sabila nanti. Apakah kondisinya Sabila itu baik-baik saja, atau justru semakin memburuk.

Sabila ... semoga engkau sadar secepatnya. Aku kangen bermain denganmu, ujar Ridho dalam hatinya, mengharapkan Sabila kembali padanya.

"Sabila kenapa, Ridho?" tanya bundanya Sabila yang terlalu khawatir pada anak sulungnya itu. Ridho yang merasa mengetahui kondisi teman sebayanya itupun kemudian menjawab dengan lirihnya, "Dia ... pingsan, Tante. Tidak diketahui apa penyebabnya, tetapi Ridho hanya melihat tanda-tandanya, yaitu hidungnya berdarah, Tante."

"Sepertinya dia mimisan karena kelelahan, Bu. Makanya dia mengalami hal yang seperti itu. Sabar ya, Bu. Cobaan pasti akan datang dan berlalu jika kita bersabar atas semua ini," ujar ibunya Ridho sambil menepuk-nepuk bahunya orang tuanya si Sabila yang sedari tadi menangis itu. Menangis karena kondisinya Sabila yang tidak kunjung membaik itu.

Setelah beberapa menit suasana terdiam karena tidak satupun dari mereka yang berbicara apapun tentang Sabila, akhirnya seorang dokter keluar dari ruangan UGD dan menghampiri keluarganya Sabila yang berada di tengah-tengah keluarganya Ridho itu. "Maaf, apakah kalian keluarganya si pasien?" tanya dokter pada semua yang menunggu kepastian mengenai Sabila.

Seketika itu pula, ibunya Ridho langsung menunjuk ayahnya Sabila, bundanya Sabila, dan juga Tama, kemudian memberitahukannya kepada dokter, "Mereka keluarganya si pasien yang barusan ke sini, Dok."

"Baiklah. Orang tuanya si pasien bisa ikut saya sebentar?" titah si Dokter pada kedua orang tuanya Sabila. Maka dari itu, orang tuanya Sabila segera mengikuti langkahnya dokter menuju ke tempat lain, meninggalkan keluarganya Ridho. Dimana Ridho harusnya juga mengetahui kepastian mengenai kondisinya Sabila itu.

***

Di tempat lain, si dokter itu hanya bisa berkata secara lirih, mungkin itu pertanda bahwa terjadi hal yang buruk pada Sabila. "Jadi begini, Bapak dan Ibu ...."

"Ada apa, Dokter?" tanya bundanya Sabila yang sedari tadi menunggu kepastian tersebut.

Sejujurnya si Dokter tidak mau untuk memberitahukan kabar buruk mengenai Sabila itu kepada kedua orang tuanya, tetapi mereka harus mengetahui kabar tersebut, karena mereka tidak bisa bersabar jika harus menunggu terlalu lama. Akhirnya .... Dokter itupun mengatakan yang sebenarnya kepada kedua orang tuanya itu.

"Sabila mengalami kelelahan yang cukup berat. Katanya ... dia perlu banyak oksigen, tetapi karena dia kekurangan oksigen, dia pingsan, dan akhirnya ...." Dokter itupun tidak melanjutkan perkataannya lagi. Mesti berat bagi si dokter itu untuk memberitahukan segalanya kepada kedua orang tua di hadapannya.

"Apa, Dok? Jangan membuat kami tergantung atas perkataan-perkataan Anda mengenai anak kami!" seru ayahnya Sabila yang sudah tidak sabar ketika si Dokter itu menggantungkan pernyataan tentang kondisi anaknya itu. "Jangan membuat kami makin penasaran pada Anda mengenai Sabila, Dok!"

"Mohon maaf, Pak, Bu .... Dia ... mengalami ... koma."

Akhirnya si Dokter itu mengatakan yang sebenarnya dan itu tentu saja membuat kedua orang tuanya menjadi syok atas apa yang dialami Sabila saat ini. Ketika mereka sudah mengetahui yang sebenarnya, tentu saja mereka kebingungan, apa yang harus mereka lakukan untuk Sabila. Bisakah mereka membawa Sabila ke Mekkah jika ini sudah waktunya mereka pindah ke kota suci itu?

Sungguh nasibnya Sabila saat ini sedang tidak baik alias buruk. Meskipun umurnya masih terbilang cukup muda, bukan berarti dia bisa bebas dalam menikmati hari-harinya sebagai seorang anak-anak yang layak untuk mendapatkan kebahagiaan di hidupnya. Tetapi dia sudah menanggung cobaan yang begitu berat. Lihatlah, tiba-tiba saja ketika dia menaiki bisnya ketika ingin kembali ke penginapan saja dia langsung pingsan dengan tidak terduga.

Akhirnya, kedua orang tuanya Sabila itu pergi meninggalkan si Dokter dan kembali menghampiri keluarganya Ridho di ruang tunggu untuk membicarakan sesuatu yang akan dilakukan untuk Sabila.

"Ridho ... engkau pulang saja ke penginapan. Nanti fisikmu tiba-tiba jatuh karena mendengar kabar tentang anak kami nanti," kata bundanya Sabila kepada Ridho sambil mengelus kepalanya dengan pelan.

"Tetapi mengapa aku harus pulang ke penginapan, Tante?" tanya Ridho dengan bingungnya kepada orang tuanya Sabila itu.

"Karena Sabila tidak ingin dijenguk olehmu. Jadi ... engkau harus pulang ke penginapan. Ikutilah kedua orang tuamu, oke?" titah bundanya Sabila itu lagi, yang akhirnya dibalas oleh helaan nafas yang berat oleh Ridho. Akhirnya, dengan berat hati, Ridho pergi meninggalkan kedua orang tuanya Sabila, menyisakan kepastian tentang Sabila yang belum diketahui oleh Ridho, dan itulah pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab bagi Ridho, si lelaki yang menjadi temannya Sabila di tanah suci.

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro