Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5 - Tentang Kurma

[Author P.O.V]

Hari berikutnya adalah hari bebas ziarah, maksudnya di sini para jamaah umrah akan refreshing ke tempat yang menyenangkan, satu di antaranya adalah kebun kurma. Kali ini, mereka akan diarahkan langsung ke kebun kurma.

"Kebun kurma? Aku tidak sabar untuk pergi ke sana oh ya ampun!" seru Sabila kemudian, ketika mendengar bahwa mereka, para jamaah haji, akan pergi ke sana.

Sejujurnya, gadis itu memang suka kemana-mana, tidak ingin berdiam diri di rumah ataupun hotel, kalau sudah seperti ini, maksudnya sampai di tanah suci baik Mekkah maupun Madinah. Awalnya ketika di kota asalnya, Sabila tidak diperbolehkan untuk keluar rumah dalam hal apapun. Ia jarang diperbolehkan untuk bermain ke rumah teman-temannya. Tetapi, ketika sudah sampai di tanah suci, dia harus diperlakukan berbeda dari ketika dia di rumahnya.

"Sabila, Sabila, Sabila!" seru Ridho yang memanggil nama Sabila sebanyak tiga kali.

"Ada apa sih, Ridho?" kesal si Sabila pada Ridho. Dia cukup risih ketika melihat Ridho lagi-lagi menghampirinya di depan kamar keluarganya di hotel.

"Begini Sab, kita pergi ke kebun kurma dan—" kata Ridho yang ingin menginformasikan sesuatu, tetapi dipotong oleh Sabila.

"Aku tahu soal itu, Ridho. Jangan pernah kau beritahukan informasi yang sudah diketahui orang banyak. Paham?" bantah Sabila itu kemudian.

"Baiklah, Sab. Sip, engkau sudah mengetahuinya sejak awal. Lalu, ngapain engkau berdiri di depan kamarmu? Sana masuk kamarmu, dan bersiap-siaplah," ujar Ridho itu lagi, yang terkesan mengusir Sabila dari hadapannya.

"Heh. Apa urusanmu mengusirku dari tempat ini? Lagipula, hotel ini juga bukan milikmu, 'kan?" protes gadis kecil itu lagi.

"Urusanku adalah menyuruhmu untuk bersiap-siap, wahai temanku. Nanti kau ditinggal para jamaah lho. Mau?"

"Ih iya iya! Aku pergi ah!" seru Sabila dengan kesalnya, kemudian dia pergi meninggalkan Ridho menuju ke kamar keluarganya yang sudah dipesan itu. Ridho yang melihat tingkah laku Sabila itupun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Sabila ... Sabila. Kau tidak pernah tahu deh apa yang sedang aku rasakan. Seandainya saja kita dapat bertemu lagi di kesempatan lainnya, karena aku belum pernah bertemu denganmu sebelumnya dan menjadi teman," kata Ridho pada dirinya sendiri.

Akhirnya, Ridho itupun kembali ke kamarnya juga, dan bersiap-siap untuk perjalanan mereka.

***

Ketika semua jamaah umrah telah bersiap-siap untuk berangkat, maka semua bis yang tersedia di depan hotel itu siap menumpangi mereka ke kebun kurma. Maka semua jamaah umrah yang hadir dan siap di depan hotel itu segera menaiki bis yang telah tersedia di pinggir jalan, dan ketika Sabila telah menaiki satu diantara bis yang tersedia, dia langsung mencari-cari tempat favoritnya untuk duduk di situ.

Ternyata tempat favoritnya itu lagi-lagi di pinggir dekat kaca bis. Mengapa dia memilih duduk di situ? Karena dia ingin melihat pemandangan-pemandangan di sekitar luar bis itu dengan lebih dekatnya, sehingga Sabila merasa bahwa di kota suci ini tidak hanya terdapat pemandangan seperti gurun pasir yang katanya itu membosankan bagi dirinya.

Sedangkan Ridho lebih suka menjauh dari pinggir itu, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di tempat duduk yang menjurus ke tengah-tengah di dekat lorong yang biasanya dilewati orang-orang untuk mencari tempat duduk masing-masing. Tetapi dia tidak berani untuk duduk di dekat Sabila karena sebenarnya mereka itu bukan muhrim dan tidak pantas bagi Ridho untuk mendekat ke arah Sabila. Akhirnya, di samping Sabila itu ada adiknya yang bernama Tama.

Akhirnya ... setelah mereka menunggu cukup lama, bis-bis yang menumpangi para jamaah itu akhirnya berangkat menuju kebun kurma.

"Mari kita baca do'a naik kendaraan dan lantunkan shalawat Nabi, para jamaah sekalian!" seru salah seorang pemimpin tur itu kepada seluruh jamaah yang hadir di dalam bis tersebut. Tanpa berkata-kata lagi, para jamaah yang ada di bis itu langsung mengikuti bacaan yang dilantunkan oleh pemimpin tersebut, kecuali Sabila yang asyik melihat pemandangan di luar bis tersebut, yaitu banyak toko, banyak orang, dan sebagainya. Sedangkan Tama mengikuti saja bacaan-bacaan tersebut meskipun dia sendiri awalnya tidak tahu bacaan tersebut.

***

Ketika para jamaah telah menghentikan lantunan bacaan yang bermanfaat itu setelah seorang pemimpin tur tersebut juga menghentikan bacaannya, itu pertanda bahwa mereka sudah hampir sampai di kebun kurma. Akhirnya, para jamaah yang ada di bis tersebut segera turun dari bis masing-masing, dimana nantinya mereka akan langsung berjumpa dengan pohon-pohon kurma di sana.

Setelah para jamaah semuanya sudah turun dari bis masing-masing, respon mereka berbeda-beda mengenai pohon-pohon kurma yang ada. Ada yang terkagum-kagum, ada yang hanya tersenyum—mungkin dipaksakan atau memang tulus, ada yang biasa saja, dan sebagainya. Sabila dan Ridho—dua insan itu ternyata berespon yang luar biasa. Mereka bersyukur atas pohon-pohon tersebut, mungkin saja karena mereka baru pertama kali melihat pohon yang luar biasa ini.

"Ridho! Aku senang kalau kita sudah sampai di pohon kurma! Selama ini 'kan kita hanya sekedar makan kurma-nya saja. Sekarang kita sudah melihat pohonnya. Ini luar biasa!"

Sabila itupun langsung berseru gembira ketika melihat pohon-pohon kurma itu. Ridho itupun juga mengangguk tanda setuju pada Sabila. "Iya, Sab. Aku juga terkagum-kagum ketika melihat pohon-pohon ini. Luar biasa," ujar Ridho itu.

"Tetapi, Sabila ... Ridho .... Ada satu hal penting yang akan kalian dapatkan nanti," ujar ibunya Ridho yang tiba-tiba berada di belakang mereka tanpa diundang sebelumnya. Seketika itulah yang membuat Sabila dan Ridho sama-sama mengernyitkan dahinya alias bingung. Mereka kemudian bertanya pada ibunya Ridho itu secara bersamaan. "Apa itu, Bu?"

Ibunya Ridho itupun tersenyum terlebih dahulu kemudian berkata, "Proses pembuatan kurma. Itulah yang akan kalian dapatkan."

"Wah, aku jadi makin senang! Hore!" seru Sabila bersorak gembira, yang kemudian diikuti oleh Ridho. "Terimakasih, Bu. Berkat Ibu, nantinya kita juga lebih tahu soal kurma di Arab Saudi ini," ujar Ridho yang bersyukur atas karunia yang diberikanNya kepada lelaki dan gadis kecil itu.

"Tidak usah berterimakasih kepada Ibu, tapi berterimakasihlah pada pemimpin tur kita hari ini, oke?" balas ibunya Ridho itu, yang kemudian dibalas anggukan kepala oleh Ridho dan Sabila seraya berkata, "Nanti kami akan berterimakasih padanya, Bu."

Ibunya Ridho itu langsung mengelus kepalanya Ridho dan Sabila secara bersamaan, kemudian memuji mereka, "Anak-anak pintar dan sholeh-sholehah." Seketika itulah yang membuat Ridho dan Sabila tersenyum manis pada ibu itu.

***

Sampailah mereka di pusat pengolahan kurma ....

"Seperti yang kita tahu, kurma disini memiliki banyak manfaat yang tentu saja menguntungkan bagi kita. Ada yang memanfaatkannya hanya untuk dimakan oleh konsumen, ada yang diolah menjadi makanan yang enak nantinya. Menurut saya, lebih baik kurma dimakan secara langsung oleh konsumen seperti kalian karena yang kita tahu, kurma memiliki banyak kandungan baik di dalamnya," jelas pemilik tempat pengolahan kurma itu kepada seluruh jamaah haji ditambah pengurus-pengurus haji dan umrah serta pemimpin tur tersebut.

"Nah, Pak, mungkin pasti ada orang yang belum tahu apa itu kurma. Bagaimana cara Bapak menjelaskan kurma itu secara umum bagi seluruh jamaah yang hadir di sini?" tanya pemimpin tur yang berada di dekat salah seoang pekerja di pusat pengolahan kurma tersebut.

"Kurma itu ciri-ciri utamanya adalah warna buahnya itu cokelat kehitam-hitaman seperti ini," ujar orang itu lagi sambil menunjukkan kurma yang sudah dipegang oleh kedua tangannya yang telah diberi sarung tangan tersebut. Para jamaah umrah itupun memperhatikan buah tersebut dengan saksama. Kemudian orang itu melanjutkan penjelasannya lagi, "Bentuknya lebih besar, daging buahnya kenyal dan kering, serta rasanya manis. Kurma yang terkenal di Madinah ini adalah kurma Ajwa atau Nabi karena inilah kurma kesukaan Nabi SAW."

"Pak, apa saja yang bisa diolah dari kurma ini? Apakah bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan?" tanya Ridho setelah dia mengangkat tangannya itu.

"Tentu saja bisa. Kalau kalian pergi ke Madinah Dates Market, di situ banyak tersedia aneka makanan olahan kurma, seperti cokelat isi kurma yang biasa dibungkus dalam bentuk permen, ada juga kurma isi kacang, kismis, biskuit selai kurma, dan sebagainya. Pengolahannya itupun juga beragam. Selain dikeringkan, kurma juga diolah dengan campuran coklat, madu, almond, kenari dan sebagainya sehingga dihasilkan komposisi dan cita rasa yang bervariasi, dengan kemasan warna-warni yang sangat memikat. Karena kalian berkunjung ke pusat pengolahan kurma ini, kalian dapat membeli oleh-oleh apapun yang berkaitan dengan kurma, karena di sebelah tempat ini pasti ada toko khusus olahan dari kurma. Di tempat itulah kalian bisa membeli apapun, paham?" jelas pekerja di pusat pengolahan kurma itu dengan panjang lebar.

"Paham, Pak! Sekarang beritahukan kepada kami, bagaimana cara mengolah kurma menjadi berbagai olahan yang mempunyai cita rasa tinggi," ujar salah seorang jamaah haji yang lainnya.

***

Setelah menyaksikan proses pengolahan kurma itu, para jamaah haji kini dialihkan ke toko kurma, dimana mereka bisa membeli oleh-oleh olahan kurma itu sepuasnya. Apalagi si Sabila yang sangat menyukai permen, sehingga dia membeli banyak permen coklat berisi kurma tersebut. Ridho yang melihat tingkah laku Sabila itupun langsung berkata sekaligus mengejek, "Awas Sab, berhati-hatilah jika kau memakan coklat. Ntar gigimu keropos dan cepat gendut lho!"

"Ih apaan sih, Ridho. Tidak baik mengejekku seperti itu, tahu!" seru Sabila yang menolak ejekan itu, yang sayangnya hanya dibalas kekehan oleh Ridho.

Setelah beberapa menit para jamaah berkeliling toko untuk membeli oleh-oleh di sana, tiba-tiba ada pengumuman dari sang pemimpin tur yang tadi. "Perhatian jamaah sekalian. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 lebih 15 menit. Silakan kembali ke bis masing-masing, karena kita akan mempersiapkan shalat Zuhur. Waktu belanja kalian sudah habis," imbau si pemimpin tur itu. Akhirnya, para jamaah yang masih berbelanja di toko itu segera membayar ke kasir kemudian naik ke bis masing-masing.

Tetapi ketika Sabila ingin menaiki bis yang tadi, tiba-tiba ...

Sesuatu terjadi pada Sabila.

To be Continued.

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro