Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4

Keheningan yang sempat melanda satu Tim Skyland Ajax perlahan hilang dengan adanya Karin, Karin berhasil mencairkan suasana dan menerjemahkan jawaban Yamato yang sempat membuat seluruh tim terbengong-bengong.

Karin menghela nafas panjang, cukup sulit memiliki teman seperti Yamato, masalahnya Yamato bukan orang yang mudah menarik ucapannya --mau salah atau benar-- jadi kehadiran seorang Karin yang lumayan bisa menerjemahkan maksud perkataannya itu sangat bagus.

"Ah iya Yamato minggu depan kita bakal ada tanding dengan SMU Yunan."

"Eh?" nampak Yamato langsung mengalihkan pandangannya dari Karin ke Heracles.

Heracles menepuk punggung Yamato pelan, tawa ringan keluar dari mulutnya. "Haha, kamu sudah menunggu lama bukan untuk latihan tanding dengan mereka? Sebenarnya minggu depan akan ada dua latihan tanding, SMU Yunan dan SMU Akuma, kamu minggu depan pasti tidak ada jadwal lain 'kan?"

Sebelum Yamato menjawab Karin langsung menarik lengan baju Yamato, dan menampilkan ekspresi sedih, kebiasaan Karin kalau sudah meragukan perkataan yang ingin dilontarkannya dia memilih untuk berkomunikasi lewat ekspresi wajah. Selain Yamato yang mencoba untuk membaca maksud dari ekspresi Karin, Heracles juga.

"Kelihatannya kalian berdua sudah mempunyai janji ya? Kalau begitu kamu tidak usah ikut Yamato."

Yamato menengok ke Heracles sembari tersenyum. "Tidak kok, waktuku setiap hari kosong, jadi tenang saja Heracles, aku akan datang pada latihan tanding itu, aku sudah menantikan latihan tanding dengan dua SMU terkuat."

"Hahaha! Kamu suka sekali bertarung ya, walaupun tim kita masih yang lebih kuat daripada mereka.".

"Tentu saja, Tim Skyland Ajax adalah pemenangnya, mereka tidak akan bisa mencetak touchdown satu kali pun." Yamato telah menyatakan kemenangan telak untuk minggu depan.

Karin memandang Yamato, apakah Yamato sudah lupa dengan janjinya pada Taka? Atau memang sengaja? Karena Yamato senang bertarung dengan yang lebih kuat janji sebelumnya menguap begitu saja dari kepalanya.

"Yamato ...," panggil Karin lirih.

"Ada apa Karin? Tenang saja."

Bugh, punggung Karin ditepuk pelan oleh Yamato dari belakang, kaki kanan Karin sampai bergerak ke depan untuk menumpu tubuhnya yang hampir kehilangan keseimbangan dan tangan kanannya segera menutup mulut, sarapannya tadi pagi hampir keluar dari mulut.

"Aku akan menjadi tamengmu, tidak akan ada orang yang berhasil mendorongmu jatuh sebelum melempar pass."

Bukan begitu Yamato bodoh! jerit Karin dalam hati, bisa-bisanya dia berbicara dengan murid bodoh hobi bertarung di lapangan seperti Yamato, dia juga aneh pada dirinya sendiri mau-mau saja relain diri untuk nyomblangin Taka dan Yamato. Keinginannya untuk bertindak seperti itu karena sudah gemas melihat dua sahabatnya ini saling suka dalam diam tanpa memberitahu satu sama lain, ditambah dengan draft komik miliknya yang banyak sekali berkat dua temannya ini. Dari draft romansa-komedi sampai genre NTR pun Karin buat saking gemasnya.

"Baguslah kalau begitu."

"Sebentar Kak Heracles ... hari apa ya latihan tandingnya? Sepertinya aku ... tidak bisa," kata Karin sembari melirik ke kiri dan kanan, suaranya terdengar takut-takut untuk mengucapkan ketidakbisaannya untuk hadir.

"Minggu depan kamu mau izin tidak ikut latihan tanding?"

Karin mengangguk. "Minggu depan Taka bertanding dengan SMU Akuma ... jadi ... jadi ... aku mau menonton Taka bermain."

"Jadi Karin juga akan izin tidak masuk sekolah?"

Karin menundukkan kepalanya. "I ... iya ... kalau pertandingannya dilaksanakan pagi atau siang ...."

"Ma ... maaf," tambahnya.

"Baiklah kalau begitu," Heracles melihat ke Yamato, "Kamu tidak akan menonton pertandingan baseball Taka?"

"Soal itu--"

"Kalau kamu mau menontonnya, tonton saja," kata Achilles, nadanya seperti mengusir Yamato.

"Benar kata Achilles, kamu tidak pernah menonton Taka bertanding bukan? Kamu sangat ingin menontonnya 'kan?"

"Tidak juga." Yamato membalas langsung seperti tidak dipikirkan terlebih dahulu.

"Eh?"

Dalam sekejap Karin bisa melihat Yamato mengigit bibir bawahnya seperti menyesal mengucapkan jawaban tadi namun ditutupi dengan senyuman miliknya, sekarang Karin mengerti Yamato hanya tidak ingin melepas ambisinya untuk menjadi nomor 1, sebenarnya selama ini sudah banyak kesempatan untuk menyatakan perasaannya pada Taka atau menyempatkan diri sekedar menonton pertandingan baseball. Yamato fokus dengan tujuannya dan menghempaskan apapun yang menghalangi.

"Latihan tanding lebih penting daripada itu."

"Kamu yakin Yamato?" tanya Achilles tidak percaya.

"Yamato nanti Taka sakit hati lho kalau mendengarnya," timpal Heracles.

"Begitu 'kah? Tapi disini 'kan hanya ada kita saja, Taka berada di tempat lain."

Latihan pun kembali berjalan sampai jam 6.30, sisa waktu sebelum masuk kelas dimanfaatkan untuk berganti baju dan mempersiapkan diri untuk menghadapi guru pelajaran pertama.

"Selamat pagi Taka!"

Kelas yang tadinya ramai penuh dengan suara orang berbicara tiba-tiba saja senyap saat suara Yamato terdengar, menjadi sorotan mata banyak orang dalam hitungan detik, hal yang paling tidak disukai Karin.

Inilah kenapa aku tidak ingin memasuki kelas bersama Yamato ..., ucapnya dalam hati.

Kegiatan Yamato setiap kali memasuki kelas adalah menyapa sahabatnya, Taka tidak menyapanya balik, tetap fokus dengan buku bacaannya, kali ini dia sedang membaca novel buatan Karin yang kedua. Karin menyadari novelnya tengah dibaca Taka, kakinya langsung melemas, buku dengan sampul warna biru dihiasi payung besar adalah buku kedua miliknya.

Wajah Karin pucat pasi. "Ta ... Taka! darimana kamu mendapatkan buku ini?!"

"Dari toko buku tentu saja Karin, penulisannya rapi, plotnya ringan dan tidak membosankan, aku suka, sudah kubaca juga seris sebelumnya."

HIIIII! Karin menjerit dalam hati, buku yang terinspirasi dari mereka berdua saat musim hujan!

"Karin kenapa kamu kelihatan ketakutan begitu? Bukankah bagus bukumu ini dijual di toko buku?"

"Bukan begitu Yamato, anu itu anu ... aku hanya merasa malu saja."

"Tidak usah malu Karin, jika Taka sudah membacanya, berarti novelmu sangat bagus," ucapnya sembari mengacungkan jempol.

Tubuh gemetar Karin tidak berhenti, tubuhnya makin bergetar dan melihat ke sekelilingnya, ah iya, Karin bisa mendengar sayup-sayup percakapan teman sekelasnya ingin membeli novel buatannya terutama perempuan, kedengarannya menyeramkan, keberadaan Yamato sangat menyeramkan untuk Karin yang hanya ingin hidup damai.

"Sudah-sudah, novelku tidak sebagus itu kok Yamato, lagipula Taka 'kan emang suka membaca saja, apapun dia baca ...," suara Karin perlahan seiring berbicara, lalu lirikan matanya bergerak ke kanan, " ... termasuk membaca komikku tentang kalian ...," racaunya dengan suara kecil dan bibirnya saat berucap mengecil jadi tidak terlalu terdengar jelas.

Tep, satu tangan Yamato mendarat di pundak Karin. "Novelmu sudah bagus Karin, tingkatkan lagi."

"Te-terima kasih Yamato, hahaha ...."

Teng ... teng ... teng ... saat lonceng berbunyi, otomatis Karin menyingkirkan tangan Yamato dari pundaknya dan langsung duduk di kursinya sembari memasang pose sikap siaga.

Yamato tersenyum lalu duduk di kursinya.

Pelajaran pun dimulai, pelajaran pertama adalah matematika, pelajaran yang paling dihindari oleh semua murid yang tidak memiliki otak yang cukup kuat untuk memproses rumus bercampur dengan huruf. DI tengah pelajaran, Taka memundurkan kursinya, kepalanya bergerak ke belakang sembar melirik dikit untuk melihat Karin.

"Ada yang ingin kamu katakan Karin?"

Pensil mekanik Karin lepas dari genggamannya. "K-kok Taka bisa tau?"

"Tingkahmu."

"Ah ... hahaha ...." tangan Karin lanjut menulis di buku catatan, agar tidak kelihatan oleh gurunya kalau mereka sedang ngobrol. "Itu ... minggu depan Taka bertanding hari apa dan jam berapa? Aku dan Yamato akan menonton," bisiknya sembari mencuri pandang pada Yamato.

"Hari rabu jam 4 sore."

"Baiklah, terima kasih Taka."

"Hanya itu saja?"

"Ya." Karin mengangguk kuat, pensil mekanik di tangannya digenggam dengan erat, aku akan menyeret Yamato ke lapangan baseball untukmu Taka! teriaknya dalam hati. Kalau Karin sudah memiliki niat dan motivasi yang kuat, gadis yang selalu gugup ini akan melakukannya.

🗡️🦅

Waktu istirahat pun datang Yamato pergi menuju kantin, Karin berkutat kembali dengan ide baru yang ada di otaknya, dia akan membuat komik yonkoma dengan Yamato dan Taka sebagai tokoh utama seperti biasa, Taka kembali membaca novel Karin. Taka sangat fokus membaca novelnya sampai tidak merasakan kalau rambut perak panjangnya kini sedang dimainkan oleh sahabatnya.

Tangan kanan yang memegang pensil mekanik terus bergerak membuat banyak garis dalam sekali tarik sesekali menghapus garis-garis tersebut, perjalanannya membuat komik yonkoma tidak akan mulus seperti rambut Taka, pasti akan ada yang membuat Karin meremas kertas yang sedang dicorat-coret asal menjadi bola.

"Karin, aku membelikan roti isi daging untukmu."

Tepat setelah suara cerah itu terdengar tangan kiri Karin berpindah dari rambut Taka untuk meremas kertas HVS. Jantung Karin berdetak dengan kencang, terkadang dia bepikir Yamato itu manusia atau hantu, tiba-tiba muncul, tiba-tiba menghilang atau yang lebih parahnya tiba-tiba bertindak aneh yang bisa membuat Karin melongo.

"Eh? Kok? Padahal tidak usah lho~Yamato ...," ucapnya takut-takut, takut kalau Yamato sempat melihat gambarannya tadi, Karin sudah menggambar chibi Taka mencium pipi chibi Yamato.

"Janji adalah janji, tadi pagi aku menang jadi aku membelikan roti ini."

"Ehhh? ... Taka mau?!" tawarnya dengan suara panik.

"Tidak, aku tidak lapar, aku sudah memakan bekal tadi."

"Oh begitu ya."

"Karin, tadi kamu sedang gambar apa?"

Karin menghela nafas lega, Yamato tidak melihat gambarannya tetapi dia bingung mau menjawab apa, tidak mungkin Karin dengan lantangnya jawab, "Aku gambar Taka cium pipimu!" itu jawaban yang bisa menggali lubang kuburnya sendiri.

Karin pun menjawab dengan gugup. "Ka ... maksudku sketching untuk pesenan klien ... hahaha ...."

"Semangat Karin."

"Makasih ...."

Fokus Yamato pun berpindah pada Taka, Yamato sedang membicarakan sesuatu pada Taka dan kelihatannya Taka tidak terganggu dengan itu, di mata Karin Taka seperti sedang mendengarkan Yamato dengan ikhlas dan lapang dada, sangat sabar. Kertas HVS lecek itu mulai dibuka lagi lalu Karin pun mulai menggambar sambil makan roti.

Detik selanjutnyalah yang akan mengejutkan calon komikus tercinta kita ini.

"Taka, rambutmu dari dulu bagus banget, halus lagi, kamu biasa menggunakan sampo apa? Pasti perawatan juga ya?"

Taka mengangkat kepalanya, mengibas rambut perak ala model iklan sampo, setelahnya menatap Yamato datar. "Hanya pakai sampo doang kok."

"Beneran? Habisnya Taka makin hari makin cantik saja," ucapnya sembari tersenyum.

"Ohok ... ohok." Karin menepuk dadanya pelan, mendengar ucapan tadi gadis blonde ini keselek roti yang sedang dimakannya, baru kali ini dia mendengar Yamato menggoda Taka dengan penuh percaya diri, senyum berkilau dan aura yang memancarkan sinar menyilaukan mata. Saat itu juga komik yonkoma Karin hancur akibat insiden tersebut.

Karin sangat berterima kasih pada Yamato dan juga tingkah absurdnya, sudahlah yang terpenting Yamato tidak mempermalukan diri lagi untuk mendapatkan perhatian Taka. Karin belum cerita pada kalian? Yamato waktu umurnya 7 tahun pernah melakukan banyak hal dari jungkir balik, main kode morse sampai membuat tandu dari dua bambu dan tali tambang untuk mengalihkan perhatian Taka dari buku yang sedang dibacanya.

Kenapa Karin tahu? Sumbernya bercerita langsung pada Karin.

Kalian mau tahu apa reaksi Taka setelah dipuji oleh sang kaisar? Taka hanya menatap Yamato, lalu pandangannya kembali ke novel dan mengeluarkan suara. "Oh ...."

Karin dengan instingnya menyimpulkan Taka tersipu malu dengan gombalan Yamato. Kesimpulannya itu membuat Karin berpikir dialah gadis terpintar di dunia ini.

🗡️🦅

Sepulang sekolah masih ada jadwal latihan american football. Karin dan Yamato berpisah dengan Taka. Mereka harus berpisah, lapangan american football dan lapangan baseball letaknya berbeda, Yamato menatap punggung Taka sampai hilang dari pandangannya. Karin bisa merasakannya. Sang kaisar tengah galau dan memikirkan Taka.

Taka ada latihan baseball sementara Yamato berlatih american football, keduanya bisa berlatih sampai malam hari.

"Yamato?"

"A ... ah iya, ayo kita ke ruang klub untuk ganti."

"Yamato kalau kamu sakit jangan dipaksakan untuk latihan."

"Aku tidak sakit Karin, aku hanya memikirkan PR matematika yang tadi."

Yamato tidak pandai berbohong, timpal Karin dalam hati.

Karin seperti tahu apa yang membuat Yamato makin galau, saat latihan pagi Heracles bilang akan ada latihan gabungan di SMU Yunan, selanjutnya di pertengahan hari ada pesan dari Heracles kalau latihan tanding dengan SMU Yunan pada hari rabu sore hari. Karin jadi khawatir.

Kalau sang kaisar tengah galau, latihannya pun akan memiliki pola yang aneh, tetapi kegalauannya itu tidak akan membuat sang kaisar menjadi lemah.

Yamato masih berlatih di lapangan american football, anggota tim 10 sampai tim 1 tak ada yang bisa mengalahkannya. Stamina, body balance dan juga tinggi badan memang beda dari yang lain. Yamato adalah sosok yang mencerminkan orang yang tekun untuk mencapai puncak. Selau berlatih tanpa kenal puas dengan apa yang sudah dicapainya.

"Karin, bisa bicara sebentar?"

Punggung Karin seketika merinding, takut-takut ditembak dengan pertanyaan sakral.

Karin memutar badan kaku. "Apa ya?"

"Biasanya Taka latihan sampai jam berapa? Apakah dia masih berlatih?"

"Sepertinya, aku tidak tau pasti soal itu, bisa saja dia masih berlatih." Karin menengok ke kiri dan kanan cepat. "Biasanya ... biasanya nih ya, saat aku mau pulang dia masih ada di lapangan baseball, latihan catch."

"Yamato! Masih mau lanjut latihan?" tanya Heracles.

"Maaf, sepertinya aku sampai sini saja latihannya, ada PR yang harus dikerjakan!" balasnya dengan buru-buru, Yamato pun menghilang menuju ruang ganti.

"Karin."

"Ah ... iya, ada apa Kak Achilles?"

"Pulang bareng yuk."

"Eh?"

Soal PR itu hanyalah kebohongan, aslinya Yamato ingin ke lapangan baseball untuk melihat Taka berlatih. Yamato tidak bisa bilang pada temannya kalau dia ingin melihat Taka berlatih, karena ada Achilles yang mungkin saja akan heboh dan iri dengan Yamato.

Setelah berganti baju, Yamato keluar dari ruang klub seperti pencuri, takut ketahuan dan sesampainya di lapangan baseball. Yamato bisa melihat seorang gadis tengah melompat tinggi untuk mengambil bola yang dilempar oleh sebuah mesin.

Taka kelihatan berjuang keras agar semua bola yang terlempar bisa ditangkap, mau sejauh apapun atau setinggi apapun bola melambung Taka akan menangkapnya.

Yamato tersenyum simpul, dia benar-benar rajin, tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam menangkap bola.

Tiba-tiba saja sebuah bola baseball menuju ke wajah Yamato dengan cepat layaknya peluru. Bola itu menabrak pagar kawat dan jatuh.

"Apa yang kamu lakukan disini, Yamato?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro