Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3

Yamato berjalan beriringan dengan Karin dan Taka, arah jalan pulang mereka memang sama tetapi akan ada dua jalan yang berbeda menjadi perpisahan Yamato dengan kedua sahabatnya.

Yamato akan mengambil jalan lurus sementara Karin dan Taka berbelok ke kiri. Seperti biasa Yamato mendahului Karin dan Taka untuk mengucapkan, "Sampai jumpa besok" sembari menampilkan senyum lebar dan lambaian tangan.

"Sampai jumpa." Karin membalas dengan bungkukkan badan.

"Ya." Taka mengangkat tangan kanannya.

Yamato mulai berjalan menyusuri jalan menuju rumahnya setelah berpamitan, hembusan nafas pelan keliar dari mulutnya, pundaknya terasa sangat berat padahal tas miliknya dijinjing. Kepalanya mendongak ke atas menatap langit berbintang, bintang-bintang di langit bersinar terang.

"Fuh ... sangat indah, rasanya malam ini mempunyai melodi bagus ya--" saat sadar apa yang sudah dia ucapkan tangan kirinya langsung menutup mulut. "--bahasa musik ayah menular padaku," katanya panik, seumur-umur Yamato tidak pernah menggunakan bahasa aneh itu. Di keluarganya hanya ibu dan dirinya saja yang tidak menggunakan bahasa alien.

Langkah kaki Yamato menjadi lebih cepat dari sebelumnya, sepertinya dia harus mendinginkan kepala agar bahasa aneh ini tidak keluar dari mulutnya lagi. Kalau sampai keceplosan di sekolah akan terjadi hal merepotkan. Jangan sampai merasa tertekan dengan masalah sepele atau bahasa aneh itu akan muncul lagi.

"Aku pulang~!" ucap Yamato sembari memasuki genkan, melepas sepatu dan berjalan masuk ke ruang utama.

Seorang anak perempuan berumur 8 tahun, berambut biru gelap bercampur merah diikat twintail, memiliki sepasang mata merah cerah bak permata ruby, mengenakan gaun biru muda berlari menghampiri Yamato dengan kedua tangan terangkat tinggi.

"Selamat datang Kak Yamato!" sambut anak perempuannya itu. "Kak Yamato ada masalah? Hati kakak sedang tidak harmonis," tambahnya sembari memiringkan kepala.

Mata Yamato memicing, adik perempuannya ini bisa dibilang benar-benar perpaduan kedua orang tuanya, rambutnya warna biru gelap dari sang ibu bercampur merah dari ayah, sepasang mata merah menyala, suka menggunakan bahasa musik, tinggi, lebih tinggi dari anak 8 tahun pada umumnya. Ya, adik perempuannya paling tinggi di sekolahnya.

"Aku biasa saja kok, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan."

Yamato pura-pura tidak mengerti, bahasa musik adiknya masih lebih mudah dimengerti tetapi Yamato tidak ingin membuat adiknya berpikir tebakannya itu benar.

"Ibu! Kak Yamato berbohong."

"Aku tidak!" elak Yamato.

"Fuh ... Yamato, ritmemu berantakan, lebih baik cepat istirahat jadi saat nanti live kamu sudah kembali siap."

Live? Maksudnya saat aku bertanding? Atau latihan? sebelah alis Yamato naik, inilah kenapa Yamato tidak ingin berhadapan sama ayahnya, kepalanya mumet sama bahasa unik keluarganya ini.

"Yamato, lebih baik kamu istirahat, pasti capek 'kan? (Pasti tambah pusing kalau ngobrol dengan ayahmu itu)," katanya ibunya sembari memasang ekspresi khawatir.

Sudah cukup sekolah saja yang membuat Yamato pusing jangan sampai ayahnya ikut menambahkan beban pikiran.

"Ah ... iya," balasnya lirih.

"Kak Yamato ga sakit 'kan?"

"Tidak, hanya capek jalan dari sekolah ke rumah, Lula juga jangan lupa istirahat yang cukup biar semangat terus."

"Siap kak!" Lula memberi hormat pada Yamato.

Yamato berjalan gontai menaiki tangga dan jalan menuju kamarnya yang terletak berhadapan dengan tangga. Tangannya membuka pintu kamar, menutupnya dengan kaki, tubuhnya pun dilempar ke atas kasur.

"Ah iya ... sekarang aku tau kenapa Lula kalau ngomong pake bahasa musik ... nama lengkapnya Akaba Lullaby ... pasti ayah yang ngasih nama."

Habis itu Yamato tertidur tanpa mengganti baju.

--🗡️🦅--

Ketika Yamato membuka kedua matanya, kedua tangannya langsung mendorong naik tubuhnya, dia harus segera pergi ke sekolah, ada jadwal latihan pagi.

Telat! jeritnya dalam hati, seragam sekolahnya yang kemarin langsung dilepas, masuk ke kemara mandi untuk membersihkan diri, dan memakai satu stel seragam yang baru. Buku yang ada di tasnya pun langsung dikeluarkan semuanya dan memasukan buku pelajaran hari ini.

Yamato langsung berlari keluar kamar, menuruni tangga dan langsung duduk di meja makan roti bakar berselai coklat, dia makan dengan lahap, tepatnya seperti orang kelaparan.

"Pelan-pelan makannya Yamato," saran Ibunya, dia melihat anaknya ini seperti orang baru pertama kali makan roti.

Ayahnya menambahkan, "Fuh ... nanti kamu tersedak."

Yamato menelan bulat-bulat roti yang sudah masuk mulutnya, glek. "Aku ada latihan pagi, dan sekarang sudah telat."

"Kak Yamato hari ini lagi mode allegro, semangat kak!"

Yamato menengok ke adik perempuannya dengan mulut penuh, bingung dengan yang dimaksud allegro, Yamato ini atlit bukan musisi, pagi-pagi diajak mikir istilah dunia musik, tidak smart.

"Fuh ... jangan lupa minum."

Yamato seketika mengangguk dan langsung menegak segelas susu vanila sampai tak tersisa, ibunya terkejut, susunya itu bukan untuk Yamato tapi untuk Lula, helaan nafas panjang keluar dari mulut ibunya.

"Itu untuk Lula."

Yamato melihat ke ibunya, lalu tersenyum tanpa dosa. "Maaf bu, Yamato berangkat dulu ya." Yamato beranjak dari kursi ke genkan, namun setelah sadar lupa membawa tas olahraganya dia kembali berlari menuju tangga untuk mengambil tas olahraganya yang tertinggal di kamar, setelah mendapatkan tas olahraganya dia langsung keluar dari rumah.

"Kak Yamato larinya cepat sekali!"

"Lula lebih baik kamu sekarang sarapan dulu."

"Baik Ma~."

--🗡️🦅--

Yamato terus berlari tanpa mengurangi kecepatannya sama sekali, diujung jalan Yamato bertemu dengan Karin, ternyata Karin sama dengannya, telat bangun dan harus rela berlari menuju Akademi Skyland untuk latihan pagi. Terjadilah perbincangan kecil antara Karin dan Yamato sembari berlari.

"Selamat pagi Karin."

"Pagi Yama--bukan waktunya untuk saling sapa, ini sudah telat~."

"Karin, bagaimana kalau kita berlomba, yang menang harus mentraktir yang kalah."

Alis Karin naik sebelah, baru tahu ada taruhan seperti itu, biasanya yang kalah yang mentraktir yang menang, Karin sempat lupa dia sedang berbicara dengan siapa, Karin menebak alasan dibalik taruhan itu karena Yamato sudah percaya diri akan menang akan lomba lari dadakan ini. Karin yakin kalau Yamato tidak mengajaknya berbicara, Yamato sudah jauh berada di depannya.

"Bagaimana Karin?"

"Terserah Yamato deh." Karin menyerah, dia tidak bisa mengelak dari Yamato.

"Kalau begitu ayok!"

"Heee?!"

Setelah itu posisi Yamato dan Karin mulai berjarak cukup jauh, Yamato mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk berlari lebih cepat dari sebelumnya, semakin lama Yamato berlari kecepatannya semakin bertambah, Karin pun pasrah ditinggal jauh oleh Yamato.

Jarak rumah Yamato ke Akademi Skyland tidak terlalu jauh, untuk jalan kaki hanya menghabiskan 30 menit, namun dengan kekuatan kakinya dan juga kegigihannya waktu 30 menit itu bisa ditepis jadi 9 menit, meskipun kedengarannya tidak mungkin.

Setelah Yamato berhasil melewati gerbang, arah larinya langsung berubah ke kiri menuju lapangan american football.

"Maaf aku telat!"

Yamato berteriak dari kejauhan.

"Tumben telat," kata Achilles, temannya yang berkepala botak kinclong dengan anting warna hitam.

Yamato menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hahahaha ... ketiduran."

Achilles membalas, "Tidak biasanya, kamu ada masalah? Apa karena temanmu itu si Taka?"

Yamato tertawa pelan. "Mana mungkin, aku dan Taka tidak ada masalah."

"Benarkah?" tanyanya curiga. "Siapa tahu, soalnya Taka akhir-akhir kelihatan lebih kaku dari biasanya."

Heracles nyeletuk, "Achilles, kamu kaya dekat saja dengan cewe itu."

Achilles mendengus, "Aku memang tidak dekat dengannya tapi 'kan dia suka kesini menanyakan soal Karin." Achilles kembali menengok ke Yamato. "Ah! Jangan-jangan kamu galau Taka menyukai Karin ya?" tebaknya asal.

Bugh! sebuah pukulan telak di punggung Achilles pemberian Heracles membuat Achilles langsung menyembur Heracles dengan hujan asam.

"Hera sakit tahuk!" serunya penuh amarah pada temannya yang berambut pendek blond dan tubuhnya cukup berotot.

"Bahaha! Habisnya kamu bilang seperti itu, Taka memang nama cowo tapi dia itu cewe tulen."

"Itu hanya dugaanku, bukan berarti aku ingin Taka menyukai Karin, mending Karin sama aku saja."

Heracles membalasnya lagi dengan nada bercanda. "Hahaha! Tapi ga berani pedekate keburu Karin suka dengan Yamato."

Tatapan tajam pun melayang ke Yamato yang sedang mengganti baju.

"Tenang saja Achilles, aku tidak akan merebut Karin," ucapnya santai sembari memakai rib protector.

"Iya, karena kamu menyukai Taka," cibir Achilles.

"Aku tidak menyukainya kok."

Seketika lapangan american football hening, mempertanyakan kenapa Yamato bisa mengatakan hal itu dengan keyakinan tingkat tinggi. Padahal semuanya sudah bisa melihat dengan jelas kalau kaisar ini suka dengan teman masa kecilnya, atau memang kesadaran seorang Yamato itu selalu telat dalam hal percintaan seperti ini? Terakhir Achilles bertanya perihal lebih prioritas cinta atau american football, Yamato menjawab dia akan menomorsatukan olahraga kesukaannya ini daripada yang lain.

Jawaban itu membuat Achilles menyuruh Yamato ke dokter.

"Maaf teman-teman aku telat~ ... hah ... hah ... eh kok pada diem?" Karin heran dengan teman-temannya yang masih diam sambil melihat ke arah Yamato dengan wajah bodoh.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro