Chapter 1
Akaba Yamato atau biasa disapa Yamato, atlit american football yang bisa dibilang atlit dengan bakat alami dan juga ketekunan untuk mencapai puncak. Remaja umur 16 tahun dengan paket komplit (ganteng, tinggi, berkarisma, penampilan menarik, memiliki bakat alami, cerdas/jenius, dijuluki kaisar romawi) ini memiliki seseorang yang disukai sejak SD dan sampai menginjak SMA masih belum ada perubahan. Mereka dari SD sampai SMA satu sekolah, dan sekelas, entah karena Tuhan berencana untuk memberikan bumbu drama dalam hidup Yamato atau Yamato diam-diam minta untuk sekelas dengan teman masa kecilnya itu.
Teman masa kecilnya ini dari dulu senang berkutat dengan buku, kadang pesona seorang Yamato kalah dengan buku bacaannya. Kaisar ini meskipun jenius kalau masalah cinta atau mendapatkan hati seseorang tidak pernah mulus.
Yamato sering terlihat bodoh demi bisa mendapatkan cinta dari Taka dan sahabatnya, Karin hanya bisa menonton opera sabun keduanya. Karin meyakini bahwa kaisar jenius Akaba Yamato payah dalam hal percintaan.
Semangat Yamato, seru Karin dalam hati.
"Selamat pagi!" sapanya pada seluruh murid di kelas, semua murid yang berada di kelas termasuk Karin langsung menengok ke arahnya dan menyapa balik Yamato.
Suara Yamato bagaikan sihir di telinga sebagian orang, suara penuh kekuatan, percaya diri, dan selalu mempunyai pikiran bahwa dirinyalah yang terkuat dan akan menang di segala tantangan disanjung tinggi oleh orang-orang sekitar.
Jangan heran jika Yamato seperti penguasa di sekolah dan semua perempuan jatuh cinta pada sosok lelaki tinggi 190cm berwajah tampan ini. Yamato juga mudah beradaptasi dengan sekitarnya, bisa dibilang fleksibel/friendly, kalau pun ada yang menantangnya dia akan senang hati melawan mereka. Ya, dia senang sekali bertarung.
Menerima segala tantangan dan membuat pernyataan absolut bahwa dialah pemenangnya.
Yamato mendatangi meja Taka setelah menaruh tasnya.
"Taka, pagi," sapanya sembari tersenyum.
"Pagi," balas Taka tanpa mengalihkan pandangannya dari novel yang sedang dibacanya.
"Taka sedang baca apa?"
"Novel buatan Karin."
Karin tentu terkejut hebat atas pernyataan Taka, dia baru sadar sampul buku itu persis yang digambarnya dua minggu lalu.
Yamato mengintip sedikit. "Ilustrasi karakternya mirip aku dan Taka! Atau Karin memang menggunakan kita sebagai karakter untuk novelnya?"
Taka melirik tajam Yamato. "Jangan kegeeran, mana mungkin Karin membuat novel dengan kita sebagai aktornya, ini novel romansa."
"Hahahaha ...." Karin tidak bisa bilang lahirnya novel itu dari menonton Yamato yang bersikeras untuk menarik perhatian Taka dari buku novel.
"Lagipula karakter dalam novel ini sangat bodoh, tidak peka, dan maniak tantangan," sindir Taka sembari menutup bukunya dan memukul kepala Yamato menggunakan novel tersebut.
Yamato mengelus kepalanya yang terkena pukulan lalu tersenyum.
"Sudah-sudah, ayo kita berdamai, sebentar lagi bel masuk."
Karin tidak suka melihat Yamato dan Taka berantem, mungkin tidak visa dibilang berantem, soalnya kegiatan itu sudah seperti kegiatan sehari-hari dan pasti akan ditonton Karin selama masih bersama dengan mereka.
"Kalau Karin sudah bilang begitu berarti satu menit lagi bel akan berbunyi."
Tepat setelah Yamato setelah berbicara lonceng Akademi Skyland berbunyi, suara lonceng penanda pembelajaran akan segera dimulai, Akademi ini sangat menjunjung tinggi kedisplinan dan juga kekuatan. Kekuatan yang dimaksud adalah kemampuan murid-murid di akademi ini, akademi ini bagai kompetisi menuju puncak, hanya murid-murid yang mengincar untuk menjadi yang paling atas yang bisa bertahan di akademi ini.
Gedung sekolahnya pun sedikit bercampur dengan arsitek bangunan romawi kuno.
"Ahh ... jangan berbicara seperti itu Yamato, aku hanya mengecek jam tanganku dan sebentar lagi jam 7 ...." Suara kecil Karin gemetar, Karin paling tidak suka kalau ucapannya berubah menjadi pernyataan absolut Yamato.
"Memangnya kenapa? Kan itu memang benar?"
Tangan kanan Karin mengibas dengan cepat di depan wajahnya. "Sudah-sudah Yamato." Tipe orang yang seperti Yamato sangat Karin tidak ingin hadapi.
"Hah ... Yamato sudahlah, jangan menjahili Karin terus." Sekali lagi gadis berambut perak sepunggungmemukul kepala Yamato menggunakan buku novelnya. "Duduk sana di kursimu." Nada bicara Taka terdengar menyindir Yamato.
"Baik, baik. Aku tidak menjahilinya."
Yamato dan Taka saling pandang.
"Apa? Cepat duduk."
Yamato melihat ke arah lain. "Tidak apa."
Yamato beranjak ke kursinya yang terletak bersampingan dengan milik Karin, Karin sendiri berada di deretan kedua dekat dengan jendela, depannya Taka. Pintu kelas terbuka, semua murid yang masih berdiri dan mengobrol dengan temannya berlari menuju kursi masing-masing. Selama pembelajaran berlangsung Yamato paling aktif dari semua murid, seakan semangatnya untuk menjadi nomor satu, semua pertanyaan yang dilontarkan guru semuanya dijawab dengan tepat.
Karin menghela nafas panjang, padahal pertanyaan terakhir dia ingin sekali menjawabnya tetapi didahului Yamato, Karin tidak menganggap Yamato sebagai pengganggu karena sifat alami Yamato memang sudah seperti itu, lagipula akademi ini dari awal memang tempat orang-orang yang hebat.
Taka melirik Yamato, seperti biasa tidak ada ampun.
Pembelajaran terasa begitu singkat karena Yamato, aktifnya Yamato di kelas terkadang bagaikan sihir untuk teman-teman sekelasnya, kelas sebosan apapun waktu seakan berjalan lebih cepat dan tiba-tiba saja berakhir begitu saja, berganti dengan guru pelajaran selanjutnya. Jeda pergantian kelas terasa cukup panjang, karena sudah lima menit setelah guru sejarah keluar kelas, belum ada yang memasuki kelas lagi. Kelas yang tadinya hening perlahan menjadi ramai terutama murid laki-laki yang berbicara dengan teman-temannya menggunakan suara yang cukup keras.
Saat jeda ini, biasanya Yamato akan mengajak bicara Karin atau Taka tetapi kali ini tidak, mata kaisar akademi ini tertuju pada Taka. Taka sebenarnya merasa risih ditatap terus menerus namun karena tidak ingin berpikir bahwa Yamato kini menatapnya melainkan menatap keluar jendela. Saat itu juga Taka memutar tubuhnya ke kiri.
"Karin, apakah kamu punya novel lain? Aku ingin membacanya, aku tidak peduli dengan nama karakter dalam novelnya, tenang saja," kata Taka dalam satu napas.
Karin kembali panik dan menggelengkan kepalanya dengan cepat, rambutnya yang "Hiii~ ... aku belum ... membuat yang baru, sebenarnya ... masih on-progress, aku sedang buru-buru mengerjakannya ... untuk dijual saat Comic and Novel Frontier nanti!"
"Begitu ya, kalau sudah selesai bukunya, aku ingin pre-order, buku bacaanku sudah habis."
"Ya."
"Hei, Taka."
Karin dan Taka bersamaan menengok pada Yamato
"Pulang sekolah ada waktu? Atau harus berlatih baseball?"
Otsukimi Taka, gadis berambut perak sepunggung, memiliki mata dingin, tinggi 176cm, teman dekat Karin gemar membaca buku, mengikuti ekstrakulikuler baseball sebagai fielder yang memiliki lompatan tertinggi. Namanya terdengar seperti laki-laki tetapi dia adalah seorang perempuan kelas satu SMA, beberapa teman sekelasnya memanggil Taka dengan "Tsukimi", alasannya agar lebih terdengar seperti perempuan, Taka sendiri tidak terlalu suka dengan nama panggilan itu, dia lebih suka dipanggl "Taka". Taka pernah beratanya pada ayahnya mengapa mengenai namanya, ayahnya menjawab, "Biar kamu bisa melompat tinggi bagaikan elang yang terbang", jawaban itu berhasil membuat Taka takjub dan berpikir ayahnya bodoh.
"Hm? Mau kemana?"
Yamato yang sedang menumpu kepala dengan tangan Kanan, memperlihatkan ekspresi berpikir, ekspresi bodohnya sangat terlihat, seketika membuat Karin mendapatkan sebuah ide untuk kelanjutan komik buatannya.
"Jalan-jalan saja, sepulang sekolah layaknya murid pada umumnya."
"Sama Karin?"
Rasa panik tidak akan bisa hilang dari diri Karin, padahal Karin berharap mereka jalan berdua tanpa dirinya. Untuk kali ini saja.
"Ya."
Jawaban penuh semangat Yamato dan kesedihan berat seorang Karin, tetapi kalau dia tidak bersama mereka tingkah aneh Yamato tidak bisa dihentikan. Karin tahu 100% kalau Yamato menyukai Taka, tetapi Taka tidak kelihatan suka balik, dia sibuk mencari buku bacaan baru.
"Eh? Kenapa aku ikut?" Karin bertanya.
Yamato hanya tersenyum padanya, lalu Karin menundukkan kepalanya.
Tanpa ditanya pun Karin sudah tahu. Yamato ingin Karin membantunya.
Membantu apa? Yamato sudah terlampaui perfect dari setiap sudut, Karin yang hanyalah murid perempuan biasa yang bisa bermain piano dan gambar lalu terseret masuk klub american football harus membantu Yamato apa?
Menjadi pilar penyangga kesempurnaan Yamato? Atau jadi tumbal proyek agar rencana Yamato selalu lancar jaya sentosa?
"Ahhh ... begitu ya ... aku harus siap untuk pertanyaannya nanti," gumamnya, setidaknya ada timbal balik untuknya setiap kali menolong Yamato.
"Karin, kenapa kamu gemetar? Sakit?"
Karin menggeleng, tidak bisa mengatakan yang sebenarnya.
"Karin hanya tidak sabar untuk sepulang sekolah nanti."
Sebelah alis Taka naik, dia mencium bau-bau tidak enak dari rencana Yamato.
Jangan dijawab seperti itu dong~ ..., batin Karin.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro