Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Bertemu lagi

Note :
Untuk setting tempat dan waktu, aku memilih di Korea dan waktu antara 2016-2018. Tetapi aku mikirnya ini di daerah yang masih banyak kealamiannya dan jarang yang ke sana.

🐚🐚🐚

Luna kembali berjalan sepanjang pesisir pantai ditemani semilir angin yang menerpa rambutnya yang tergerai ke bawah tanpa diikat. Sejak semalam, dia memikirkan nasib Jaemin, laki-laki yang hampir mati karenanya. Rasa bersalah masih ada, namun Luna ingin menghindari Jaemin karena dia membuatnya terus teriang-iang sepanjang malam.

Tidak, Luna tidak boleh suka, terpesona atau jatuh cinta pada manusia. Ia sudah berjanji pada sang kakak, Jerry, untuk tidak menyukai bangsa manusia. Mereka sangat berbahaya kalau sampai mengetahui bahwa di dunia ini ada siren.

Jerry Lee, dia kakak Luna yang hidup di dasar lautan yang terletak di dekat pulau Jeju. Beberapa kali siren laki-laki itu datang menjenguknya hanya untuk memastikan kalau sang adik dalam kondisi baik. Terakhir Jerry mengunjungi Luna adalah sepuluh tahun yang lalu. Mungkin tahun ini Jerry akan kembali mengunjunginya.

Berbeda dengan Jerry, Luna sebetulnya tinggal di dunia manusia karena bangsa siren lain sangat iri dengan kecantikan yang ia miliki. Mereka terus memberi cemohan hingga Luna memutuskan untuk tinggal di daratan daripada hidup dengan sesama bangsa siren yang sangat menyebalkan.

"Kakak, aku sangat merindukanmu. Maukah kamu datang saat bulan purnama bulan depan nanti?" Luna mencoba berkomunikasi dengan telepati.

Tidak lama kemudian Jerry membalasnya, "Tentu saja. Ayo segera bertemu. Aku juga ingin membicarakan sesuatu yang penting untukmu. Datanglah di dekat terumbu karang rumahmu saat jam 12 malam. Aku ingin melihat kembali wujudmu."

"Baiklah."

Luna menghela napasnya, dia kembali menatap lautan berwarna biru itu terhampar luas dengan indahnya. Bagaimana bisa takdir terus membuatnya seperti ini?

Tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya yang membuat dia terjengit kaget. Astaga, mengagetkannya saja, Luna bahkan harus mengontrol napasnya. Tangan itu milik Jaemin yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya.

"Eh, maaf membuatmu terkejut. Aku tidak bermaksud seperti itu," kata Jaemin.

Luna menghela napas, lalu dia menuliskan sesuatu pada kertas yang ia bawa. "Sejak kapan kamu di sini? Kenapa kamu bisa tau kalau ini aku?"

Dua pertanyaan yang ditanyakan pada Jaemin membuat laki-laki tersebut memberikan cengiran lalu menunjuk pada anak kecil di ujung yang sedang duduk dan merapikan jaring untuk menangkap ikan-ikan di lautan. Itu Wooshin.

Aish, Luna memijat pelipisnya karena sudah menduga. Di sekitar sini yang sering terlihat adalah anak itu. Dasar Wooshin, batin Luna sambil menggelangkan kepala pelan.

"Dan aku baru saja di sini. Apa kamu tidak mendengar langkah kaki seseorang yang mendekatimu?" Luna mengangguk.

"Aku ke sini untuk mengucapkan terima kasih sekali lagi padamu dan sekaligus ingin mengajakmu berteman denganku," kata Jaemin lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Jadi, apa kamu mau menjadi temanku?"

Sebuah gelengan diberikan sebagai jawaban. Luna menuliskan sesuatu di kertasnya kembali. "Maaf, tapi aku tidak bisa menjadi temanmu. Kita tidak boleh jadi teman."

"Kenapa?"

"Alasannya aku tidak bisa memberitahumu. Terdengar tidak masuk akal dan berbahaya juga. Kamu juga tidak perlu tau siapa aku."

Jaemin membaca kalimat terakhir Luna sebelum gadis itu memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Karena Luna yakin Jaemin akan terus menanyakan pertanyaan lebih dalam mengenainya. Tidak, identitas Luna tidak boleh terbongkar.

Saat baru sempat mengejar Luna, sepertinya sudah terlambat bagi laki-laki itu karena pintu rumah sudah ditutup.

"Hah, dia gadis aneh."

Kakinya menelusuri jalanan yang dilaluinya tadi untuk kembali. Ajakan pertamanya tidak berhasil, dia bingung untuk melakukan apa agar Luna mau berteman dengannya. Jaemin sangat serius ingin menjadikannya seorang teman. Karena selama ini dia memang tidak punya sosok teman, kecuali Jeno, tapi dia sedang berkuliah diluar negeri dan mereka sedang jarang berkomunikasi.

Ketika melewati Wooshin yang masih membereskan jaring-jaring itu, teriakan kecil dari anak tersebut membuat Jaemin menoleh. "Kak!"

"Apa? Kamu panggil aku?" Wooshin mengangguk, lalu menepuk bangku sampingnya yang masih kosong —bermaksud agar Jaemin duduk dengannya dan mengobrol.

Jaemin mendekat dan duduk. "Udah, kamu mau bilang apa?"

"Kalau mau berteman dengan Kak Luna, jangan langsung memintanya berteman. Kakak harus mendekatinya terlebih dahulu!" seru Wooshin masih asik dengan jaring berikutnya.

"Apa memang dia susah didekati?"

"Begitulah."

Karena ingin lebih tahu, Jaemin menggeser tubuhnya merapat lagi. "Hei, anak kecil. Ceritakan padaku lebih banyak tentang Luna," pinta Jaemin.

"Aku sibuk sebenarnya, tapi aku ceritakan setahuku saja deh. Jangan ganggu aku saat merapikan jaring-jaring milik Ayah yang sangat menyebalkan ini," kata Wooshin.

Jaemin setuju, dia akan duduk diam dan mendengarkan saja. Anak kecil ini rupanya sangat galak, seperti tatapan Luna yang terakhir. Sampai Jaemin pikir Wooshin ini adik Luna, tapi Luna hidup sendirian tanpa siapapun.

"Kak Luna tinggal disini sudah satu tahun, tapi aku baru akrab dengannya tiga bulan yang lalu. Dia.. agak aneh pada awalnya. Jangan beri dia makanan laut atau Kakak akan diamuk. Tapi masakan dia enak, aku sering makan di rumah kak Luna daripada di rumah sendiri. Gak ada yang tau juga asal kak Luna darimana, dia cuman bilang dari daerah yang jauh. Tapi, gak tau sih. Oh iya, kata orang-orang disini bilang, kak Luna seperti bukan manusia soalnya cantik banget kayak putri duyung. Dan juga—"

"WOOSHIN! Cepat ke sini!" Teriakan lantang itu memotong penjelasan bocah tersebut.

"Aish, Ibuku sudah memanggil. Aku harus pergi, Kak." Wooshin memasukan semua jaring yang sudah rapi ke pundaknya dan sisanya dia taruh di samping badan. "Semisterius apapun Kak Luna, tapi dia adalah orang baik bagi aku. Jadi jangan mencurigainya, ya? Aku pergi."

Bocah tersebut akhirnya meninggalkan Jaemin sambil membawa jaring-jaring itu menuju ke sang ibu yang mulai terlihat marah padanya. Karena sudah diceritakan seperti itu justru membuat Jaemin menjadi semakin penasaran.

Penduduk sini tidak ada yang tau asal Luna? Apa memang dia berasal dari pulau terpencil di Korea? Tetapi, Luna nampak bukan seperti dari daerah yang sangat terpelosok. Kulit bersih nan cerah itu sangat tidak cocok jika tinggal di daerah pedalaman yang harus mencari makan dengan berburu ke hutan.

Jaemin menatap ke arah rumah Luna yang terdapat jendela kecil. Tak sengaja matanya menangkap Luna yang sedang memperhatikkannya lalu menghilangkan sosoknya dari pandangan lelaki itu.

Sungguh, jika sudah seperti ini Jaemin sepertinya tidak bisa menahan diri untuk mencari lebih tahu mengenai Luna. Informasi yang Wooshin berikan memanglah terlihat sudah cukup, namun masih saja ada yang kurang dan mengganjal dalam hatinya. Dia butuh yang lebih.

Mungkin dia akan ke sini lagi nanti— setelah mencari uang untuk membayar hutangnya pada Taejin. Walaupun dalam keadaan susah begini, Jaemin masih terlihat tenang. Padahal dia sudah pasrah jika pun rumahnya harus dijual demi membayar hutang. Rumah satu-satunya peninggalan kedua orangtuanya yang sudah meninggal.

Demi kematian mereka, Jaemin bersumpah akan membalaskan dendam pada Taejin karena laki-laki tua itulah yang menyebabkan Jaemin tak memiliki siapa-siapa lagi.

Tak sadar, semua yang Jaemin katakan dalam hati dan pikirannya bisa dibaca oleh Luna dari jarak yang lumayan itu. Inilah salah satu kemampuan lain siren itu yaitu mampu membaca pikiran orang lain. Hatinya turut sedih mendengar cerita dari Jaemin.

Dia ingin membantu tapi tak ingin membuat mereka semakin dekat. Sepertinya, kali ini pun Luna harus menggunakan keistimewaan dari setiap Siren san Duyung yang juga menjadi incaran para pelaut jaman dahulu. Yaitu air mata yang dapat berubah menjadi mutiara-mutiara dan emas.

🐚🐚🐚

"Seharusnya memang laki-laki itu mati saja agar dosanya bisa langsung membawanya ke neraka," celetuk Renjun, kawan Jaemin yang sedang berkunjung ke sana bersama anak-anak lain.

Sudah lama mereka tak bertemu. Karena Jeno sedang di luar negeri, hanya dia satu-satunya yang sulit berjumpa dengan teman-temannya di Korea. Dia hanya pulang setiap liburan musim panas dan musim dingin di sana. Selebihnya, sibuk mengejar IPK.

Renjun membawa kawan Jaemin lainnya. Diantaranya yaitu Eric, Sunwoo, Bomin, Sanha, Felix dan Hyunjin. Mereka semua temannya dari sekolah menengah.

"Kalau aku bisa membuatnya menderita lebih dahulu, pasti akan kulakukan dulu daripada langsung membunuhnya," balas Jaemin menggaruk kepalanya yang mulai frustasi. "Dia semakin gila harta dan terus memalakiku. Padahal hutangku sudah lunas! Dua kali lipat. Dan dia masih meminta bunganya sampai sekarang."

"Laki-laki tua sinting," umpat Sunwoo.

"Mungkin dia berencana ingin mendapatkan azab dan otaknya sudah gila," Eric ikut menambahkan sekaligus mencibir.

"Kalau dipikir-pikir, keluargamu memang gila harta semua, Jaemin. Kemarin aku bertemu Minyoung di jalanan dan dia sedang pesta pizza dengan teman-temannya," tutur Sanha.

Memang, Jaemin juga mengakui kegilaan keluarga besarnya. Sampai semuanya telah menutup mata pada kondisi Jaemin yang sekarang sedang krisis keuangan. Teman-temannya tak bisa membantu banyak. Beberapa hanya mampu membawa makanan instan untuk kebutuhan Jaemin atau memberikan uang seadanya.

Bukan sebuah bentuk kasihan, tapi ketulusan. Dimana rasa kasihan ketika semua yang berkumpul di sana adalah sahabat Jaemin? Bukan satu dua tahun, tapi mereka semua sudah berteman lama dengannya.

"Apa rencanamu untuk melunasi utang-utangnya?" tanya Hyunjin, karena dia tau Jaemin hanyalah seorang pengangguran.

"Rencananya aku akan mencari mutiara di lautan. Kalau berhasil mendapatkan beberapa mutiara dan menjualnya, aku bisa membayar hutang dan juga memenuhi kebutuhanku yang semakin menipis ini. Harga mutiara sedang naik, ini bisa menjadi sebuah kesempatan berharga untukku."

Teman-temannya mengangguk paham dan memuji bagaimana Jaemin bisa menjelaskan dengan tenangnya.

Hanya saja raut wajah Bomin menunjukan sesuatu yang tidak enak. Dia seperti tau akan sesuatu. Haruskah dia memberitahu Jaemin mengenai lautan pada minggu ini? Karena feeling Bomin biasanya tidak pernah meleset sedikit pun.

"Jaemin, kamu yakin mau mencari mutiara?" tanya Bomin sedikit ragu-ragu.

"Iya. Mau tidak mau. Hanya itu satu-satunya mendapatkan uang banyak dalam waktu dekat," jawab Jaemin. "Ada apa memangnya?"

"Lautan pada minggu ini— ah tidak, tiga bulan ini sangat tidak bersahabat pada nelayan kecil. Ombak di lautan kudengar sedang ganas dan tidak cocok melaut dengan kapal kecil," jelas Bomin membuat suasana menjadi sangat serius.

Tidak cocok untuk nelayan kecil? Jaemin jadi teringat Wooshin, bocah laki-laki kemarin. Bukankah anak itu juga terlihat seperti nelayan kecil? Karena penduduk sana hanya menggunakan perahu, bukan kapal kecil maupun kapal penangkap ikan yang besar. Sepertinya mereka bisa menangkap ikan pada ombak besar, Jaemin akan tetap mencari mutiara.

"Kali ini aku akan tetap pergi."

"Ish, jangan nekat. Ini beneran. Bahkan, ombaknya tercipta seperti ketika poseidon marah," kata Bomin.

Poseidon. Hei, kenapa Jaemin jadi teringat Luna? Maksudnya —Luna dengan Siren. Dua hal yang Jaemin ingin tahu. Karena kebetulan ada Felix dan Eric, mereka tau hal-hal berbau supranatural dan mitologi.

Jaemin sedikit membetulkan posisi duduknya dan berdehem kecil. "Apa kalian ada yang tau mengenai siren atau duyung?"

"Woah, ada apa nih tanya tentang itu?" Sunwoo tercengang.

"Hanya ingin tahu. Mendengar kata poseidon membuatku jadi bertanya-tanya tentang makhluk dalam mitologi dunia itu. Kalian pasti gak asing mendengar kata siren ataupun duyung kan?" jelas Jaemin, dia tidak ingin banyak berkata.

Kebetulan sekali, semalam Eric sedang membaca beberapa artikel mengenai siren gara-gara kakaknya menonton film tentang siren. Dan memang sang kakak juga suka hal-hal berbau mitologi dewa dan lautan. Beberapa buku tebal yang berhasil Eric pinjam juga menambah wawasannya mengenai makhluk setengah manusia dan setengah ikan tersebut.

Eric mengangkat tangannya. "Aku akan menjelaskan dari apa yang kubaca. Tidak banyak, karena aku juga tidak terlalu bisa mendeskripsikan rinciannya."

"Tidak apa, jelaskanlah."

"Siren, dia adalah bangsa yang kejam. Mereka selalu pergi ke permukaan setiap ada pelaut yang datang ke kawasannya. Dengan suara indahnya, mereka dapat menghipnotis para pelaut untuk melompat ke laut dan tewas tenggelam. Sementara duyung, mereka tidak memiliki suara bagus tetapi paras mereka sangat cantik dibandingkan dengan siren yang terlihat menakutkan. Beberapa juga kejam, memanfaatkan kecantikan dan membuat para pelaut mati tenggelam. Kudengar, siren maupun duyung juga memiliki kekuatan masing-masing. Hanya saja aku tidak tau kekuatan apa yang dimaksudkan. Yeah, begitulah yang aku baca."

Wow, semuanya nampak merinding mendengarkan penjelasan dari sang maknae. Bahkan, Felix yang awalnya mau menceritakan kisah putri duyung yang mati menjadi buih tidak jadi diceritakan.

Daripada dongeng putri duyung yang diceritakan kepada anak-anak dimana putri duyung dan pangeran akhirnya menikah, kisah duyung dan siren pada aslinya memang semenakutkan itu. Eric juga melihat gambaran siren dalam buku milik kakaknya, tampak sangat menyeramkan dengan sirip di punggung dan sisik di kulit selain di bagian bawah.

Setelah cerita tentang siren itu, Jaemin terdiam sejenak. Kalau tidak salah saat sebelum dia bertemu Luna, ada suara indah yang menghipnotisnya sampai-sampai dia bisa menceburkan diri ke lautan. Luna datang dan menyelamatkannya memiliki rupa yang sangat cantik, bisa menghipnotis siapapun yang memandangnya dalam satu kali pertemuan.

Kalau itu benar.. Jaemin tidak mau memikirkan lebih lanjut mengenai Luna. Namun, akal dan hatinya sangat bertolak belakang. Jaemin berpikir satu hal; mungkinkah Luna adalah siren dan duyung? Dan berbohong mengenai dia merupakan orang yang bisu demi menutupi sesuatu?

Semakin dipikir, Jaemin semakin penasaran. Tampaknya pun lelaki itu akan menjadi stalker selama beberapa waktu untuk mencari tau siapa Luna sebenarnya.

¤¤¤

Alurnya cepat-lambat gitu ya
Fanfiction-Mythology ini gak bakal sebanyak UH chapternya, mentok palingan 15 chapter
Soalnya konflik di cerita ini cuman satu nanti —eh, bisa lebih sih tapi penyelesaian konfliknya berbarengan gitu

Maafkeun, ini gak serame di UH
Dan tahapan sequel UH udah jalan beberapa chapter, akhir Juli aku update chapter satunya ya🙂

Oh iya, aku juga usahain FF ini tamat di bulan Agustus juga. Aku pengin nanti fokusin ke sequel UH. Soalnya karakter Jeno bakal mulai berubah di sana + kecerdasan dan kelucuan Leo bakal aku tampilin. Banyak momen bapak-anak deh pokoknya😭 gemes sendiri pas nulis huhuhu

Udah ya :)

Semoga hari kalian menyenangkan!

an : yesterday, I'm officially 18 y.o! ㅋㅋㅋㅋ

Salam

• Matcha-Shin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro