Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Hai, Luna

Lautan luas begitu indah dipandang, hamparan pasir putih beserta air laut berwarna biru menjadi sebuah perpaduan yang begitu sempurna. Tak ada sampah di sana, hanya ada kerang dan binatang laut yang terdampar di tepi pantai. Sungguh, rasanya begitu damai begitu tak ada orang yang datang ke sana —karena pemerintah ingin menjaga pantai yang indah ini.

Alluna Maria, dia duduk di depan rumahnya yang memang terletak di dekat pantai tersebut. Dia sedang menyantap makanan yang baru saja dia buat, dan tentu saja masih hangat.

Dia hidup sendirian di rumah itu, baru saja pindah satu tahun yang lalu dan dikenal oleh penduduk sekitar begitu baik. Beberapa kali juga dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan untuk menghasilkan uang, tidak mungkin dia hanya diam saja. Zaman sekarang tidak bisa apa-apa secara gratis.

"Kak Lunaaaaaa!" teriakan seorang remaja laki-laki yang tengah berlari ke arahnya, dia membawa sebuah papan selancar yang cukup besar.

Luna bingung. "Kamu kenapa, Shin?"

"Mau minta itu," Dia menunjuk apa yang sedang dimakan oleh Luna. Lalu sebuah cengiran diperlihatkan, "boleh kan, Kak?"

Luna mengangguk lalu bergeser untuk memberikan anak itu, Wooshin, ruang untuk duduk di sampingnya. Dia mengambil sendok lain dan memberikan kepadanya. Keduanya makan cukup banyak apalagi Wooshin ini sangat suka apapun masakan Luna, itu sangat sangat lezat.

"Kak Luna, kapan pergi ke luar kotanya?" tanya Wooshin.

"Dua minggu lagi," Luna menunjukan dua jarinya.

Semua orang hanya tau kalau Luna adalah gadis yang bisu, padahal dia ini normal seperti yang lain. Alasan dia memilih untuk terus berpura-pura bisu adalah karena suara indah yang ia miliki. Luna merupakan seorang siren yang hidup lama di daratan karena ia sedikit ditentang dan diasingkan oleh siren di lautannya.

Suara Luna ketika menyanyi bisa menghipnotis siapapun yang mendengarkan lagu itu, lalu dia akan otomatis berjalan tanpa sadar dan itu akan membahayakan orang tersebut. Sudah dua orang tewas karena suaranya. Maka dari itu, Luna ingin menyembunyikan suara ini dari siapapun.

"Masih lama. Shin boleh sering ke sini kan nanti? Aku ajak Nami juga sekalian," ucap Wooshin meminta izin.

Luna mengangguk sebagai tanda setuju lalu dia mengacak rambut Wooshin dan masuk ke dalam rumahnya yang dibuat hanya dengan batang kayu saja. Itulah menandakan ciri khasnya juga, bahkan lantai rumah pun dia menggunakan kayu yang berkualitas.

"Shin, pulanglah. Kamu harus membantu ibumu," kata Luna dengan bahasa isyaratnya.

"Okey, Kak." Untung saja Wooshin ini cepat belajar jadi dia paham dengan seluruh bahasa isyarat dari Luna.

Anak itu langsung kembali berlari menuju ke rumahnya dengan papan selancar dia bawa di atas kepala. Luna menggeleng kala mengingat tingkah Wooshin ini tidak selayaknya remaja laki-laki biasanya. Dia lebih suka melakukan hal aneh seperti nongkrong di pohon kelapa, cari ubur-ubur atau melihat bulan.

Luna memegangi lehernya, dia rindu ingin menyanyi setelah lama tidak melakukannya. Tiga tahun terakhir dia hanya mengucapkan dua kata terakhir saja yaitu 'cahaya bulan' lalu mulutnya kembali mengunci suara di pita suara tenggorokannya.

Dia pun harus mencari waktu dan tempat yang tepat. Nanti malam adalah bulan purnama sempurna. Para siren sangat suka ketika nyanyian mereka terdengar oleh para pelaut hingga kapalnya terombang ambing dan tenggelam tanpa jejak.

Suara Luna sangat istimewa, dia bukan sembarang siren. Alluna Maria merupakan siren yang masih satu keturunan dengan bangsa duyung (mermaid). Dua klan yang sebenarnya bermusuhan ini bisa bersatu ketika beberapa dari mereka memutuskan untuk hidup bersama. Jadi ketika Luna berubah wujud menjadi aslinya, ekor dan tubuhnya tak seseram siren lain dan kecantikan miliknya ini begitu luar biasa. Sebab itulah dia dikaruniai dua hal; suara yang indah dan kecantikan tiada habisnya.

Jam sepuluh malam, para pelaut pasti sudah berangkat. Aku akan pergi ke tebing untuk bernyanyi di sana.

Hari itu, Luna bertekad untuk kembali bernyanyi. Bagaimanapun, ia adalah bangsa siren yang tidak tahan untuk menyanyikan lagu andalan mereka. Meskipun tujuan menyanyinya bukan untuk menenggelamkan para nelayan, tetapi Luna harus tetap berhati-hati saat bernyanyi nanti.

Ia tidak mau menjadi seorang pembunuh untuk ketiga kalinya hanya karena sebuah nyanyian. Cukup memori dua manusia yang mati karena sihir dalam lagu dan suaranya, jangan sampai ada yang menjadi korban selanjutnya.

🐚🐚🐚

"Bayar hutang kamu, Jaemin!"

Nafsu makan Jaemin menurun saat seorang laki-laki --kakak sepupunya yang bernama Taejin menagih hutang yang belum dia bayar.

Padahal hutang itu sudah tiga perempat dibayar, dan Jaemin sendiri juga sedang mengalami kesulitan dalam ekonomi. Bisa-bisanya sepupu yang suka mabuk ini terus menerus menagih hutang, sudah begitu hutangnya diberi bunga lagi.

"Nanti, gue belum ada duit." Jaemin melanjutkan acara makannya meski tanpa selera.

BRAK!

"Bayar sekarang, bangsat!" gertak Taejin sambil menggebrak meja tempat Jaemin sedang makan hingga vas plastik di sana pun terjatuh.

Sungguh, Jaemin tidak habis pikir dengan pikiran lelaki yang lebih tua delapan tahun darinya ini. Sudah kaya raya, tukang mabuk, punya istri banyak, kerja malas-malasan masih saja pelit terhadap keluarga. Bahkan setelah kematian orang tua Jaemin, lelaki itu tak ada rasa kasihan padanya.

Dia tetap mengacuhkan tatapan kesal itu, justru kini Jaemin membalas dengan santainya. "Lo itu gak ada otak ya. Aslinya hutang gue ke lo udah lunas, dan bisa-bisanya malah hutangnya pake bunga. Emang ya lo tuh jelmaan monyet banget."

Taejin semakin marah. Dia melempar ke samping sebuah piring yang sedikit tersisa makanan yang sedang Jaemin gunakan.

"Bayar hutang lo anak gak guna! Gue kasih waktu satu minggu atau gue bakal ambil sertifikat rumah ini!" kata Taejin dengan ancaman sebelum kakinya melangkah keluar dari rumah Jaemin yang begitu kecil itu.

Tangan Jaemin mengepal erat, dirinya bangkit dan mengambil piring tadi serta membereskan makanan yang berceceran di lantainya. Dia benci lelaki itu dan ingin membunuhnya saja kalau dia tidak ingat Taejin ini adik dari mendiang Ibunya. Sifat dia sangatlah jauh berbeda, dia seperti campuran setan dan manusia.

Selesai membereskan yang ada di lantai, dia mencuci piring dan lanjut untuk berbaring di kamar. Dilihatnya sebuah buku tabungan yang ia miliki, saldo itu hanya cukup untuk makan kesehariannya. Pekerjaan sekarang pun tidak menjanjikannya mendapat uang banyak.

Nasib yang tidak bagus selalu datang padanya. Sebelumnya kehidupan Jaemin begitu sempurna sampai sebelum kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan —yang terjadi akibat keteledoran Taejin juga. Jaemin ingin menuntut tetapi tak ada bukti yang kuat. Dia pun saat itu hanya seorang bocah berusia 13 tahun yang tengah merasakan masa remajanya.

Rasa kesedihan yang begitu mendalam dan kerinduan pada kedua orangtuanya menjadi makanan sehari-harinya.

Malam hari telah tiba, Jaemin terbangun sudah hampir larut malam setelah tidur lama sejak tadi siang. Dia langsung mencuci muka dan menaiki motornya menuju ke pantai yang terletak di sebelah timur, letaknya tak jauh dari pusat kota. Ia ingin mengobati rasa rindunya, dimana pantai menjadi tempat kesukaan mereka bertiga dulu.

"Hahhh, ini jauh lebih menenangkan daripada mendengarkan ocehan pria tua itu," monolog Jaemin saat sedikit jauh dari tepi tebing. Dia duduk di sana sambil menatap laut dan pantulan cahaya bulan purnama yang begitu indah.

Malam itu sedikit lebih dingin dari biasanya namun Jaemin justru mengenakan kaos tipis tanpa lengan yang membuat kulitnya terasa tertusuk udara dingin tersebut.

🎶🎶~🎶🎶~🎶🎶~

Jaemin mendengar suara nyanyian yang begitu indah di telinganya. Nada yang begitu masuk dan menenangkan dari seorang perempuan yang dia tak lihat rupanya. Dia terhanyut dalam lagu tersebut sampai tidak sadar dia sudah berdiri dan berjalan menuju tepi tebing.

Oh tidak, Jaemin telah mendengar nyanyian dari seorang siren yang tak lain adalah Luna di balik bebatuan tinggi yang menghalangi keduanya.

Saat Luna sudah menyelesaikan nyanyiaannya, Jaemin masih belum tersadar dari sihir lagu itu. Kakinya masih berjalan dengan lamban dan semakin mendekat denhan tepi tebing yang sedikit curam.

Luna membelalak matanya ketika dia baru sadar ada seorang manusia yang mendengarkan lagunya, dan kaki Jaemin tinggal tiga langkah lagi ada di tepi tebing. Dengan cepat Luna berlari untuk menyelamatkan manusia itu. Namun, dia terlambat beberapa saat.

"Astaga. Dia terjatuh!"

Tanpa berpikir lagi, Luna melompatkan diri ke dalam lautan dari atas tebing itu untuk menyelamatkan Jaemin yang terbawa arus ombak yang begitu besar malam itu. Wujud sirennya pun muncul secara perlahan saat dia lupa memakai kalung kerang —kalung keramat yang membuatnya bisa tetap menjadi menusia meskipun menyentuh air.

Luna berenang dengan cepat dan membawa Jaemin yang sudah dia cengkram ke daratan. Dia mencari tempat dimana tak ada seorang manusia pun akan melihatnya.

"Hei, bangunlah. Jangan mati." Pipi Jaemin dia tepuk-tepuk beberapa kali saat kepalanya berada di atas ekor Luna.

Sebenarnya Luna sedikit ragu untuk melakukan ini tetapi demi menyelamatkan seorang manusia agar tidak menjadi korbannya lagi akhirnya dia harus melakukannya. Bibir Luna bersentuhan dengan bibir Jaemin untuk memberikan napas buatan pada lelaki itu. Beberapa kali namun masih belum tersadar.

Wujud Luna kembali berubah beberapa saat karena angin mengeringkan badannya perlahan-lahan, tepat saat itu Jaemin terbatuk dan mengeluarkan air yang menyangkut di mulutnya. Luna lega melihatnya.

Jaemin terduduk dengan memegangi kepalanya yang terasa pusing karena terlalu banyak meminum air laut. Ekor matanya melirik seorang gadis dengan rambut sedikit basah tengah menatapnya juga.

"Kamu yang menolongku?" tanya Jaemin padanya. Luna mengangguk. "Terima kasih, apa yang sebenarnya terjadi? Apa aku terjatuh dan tenggelam? Karena rasanya tadi aku ada di atas tebing.." Jaemin menatap ke arah atas, tebing yang tadi ia berada sebelumnya.

Oke, Luna merasa gugup dan bersalah sekarang. Namun, bibirnya sudah dia kunci rapat untuk tidak bersuara. Dia tidak boleh berbicara dengan manusia.

"Jawablah. Aku bingung," pinta Jaemin.

Merasa kembali didiamkan oleh gadis ini akhirnya Jaemin memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Dia ubah pertanyaannya.

"Oke, kalau begitu siapa namamu?"

Bukannya langsung menjawab, Luna malah mencari potongan ranting yang ada di dekatnya. Kemudian dia mendekati Jaemin dan dia membentuk sebuah kata di atas pasir itu yang ia dijadikan sebagai jawaban untuk lelaki di depannya.

Luna

"Luna? Nama yang bagus."

"Terima kasih," balas Luna dalam bahasa isyarat.

Kening Jaemin mengernyit. "Tunggu, apakah kamu.. bisu? Makanya tadi tidak menjawab pertanyaanku sebelumnya?" Luna mengangguk yakin. "Astaga, maafkan aku. Aku tidak tau."

"Tidak, tidak apa-apa."

Untung saja Jaemin paham beberapa isyarat sehingga dia tau arti gestur yang Luna berikan padanya.

"Sekali lagi terima kasih sudah menolongku, Luna. Meskipun aku juga ingin mati, tetapi menjadi hidup adalah jalan yang harus aku lakukan sekarang ini. Ternyata Tuhan masih baik memberikanku nyawa," ungkap Jaemin.

"Ah, iya sampai lupa untuk berkenalan." Jaemin mengulurkan tangan kanannya ke Luna. "Perkenalkan, namaku Na Jaemin. Panggil saja Jaemin."

Luna membalas uluran itu dan tersenyum kecil padanya. Sungguh, Jaemin merasakan hatinya berdebar kala melihatnya. Kecantikan Luna tidak dapat dia tolak, dia berbeda dari wanita lainnya. Garis wajahnya tidak terlalu tegas, ada perpaduan Korea dengan negara barat.

Di bawah sinar bulan purnama, Jaemin pun ikut tersenyum memandang wajah cantik itu. Ombak masih besar di lautan, angin semakin kencang dan udara pun tambah dingin.

Untuk pertama kali setelah patah hati berulang kali, Jaemin bisa mengatakan satu hal; Dia jatuh cinta dengan Alluna.

¤¤¤

Hai, ini first fanfiction aku yang juga bergenre mitologi dan fantasy. Dimana terinspirasi dari kisah Siren dan Mermaid di dunia.

Ide cerita ini murni. So, jangan berusaha untuk memplagiati ya. Semoga kalian suka dengan cerita Jaemin ini walaupun mungkin gak akan serame FF Jeno sebelumnya ♡

Update seminggu sekali, dan diusahakan juga panjang per chapter biar kalian gak ngerasa gak puas kalau update lama tapi ternyata dikit per chapternya. Aku bakal berusaha sebaik mungkin bikin cerita yang alurnya gak ngebosenin ya

Salam,
Matcha-Shin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro