Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 2

"Ma..-afkan ak-ku.." mata hitam Arfa yang menawan itu seketika berubah menjadi puppy eyes, namun sayangnya itu tidak mengubah wajah Hira apalagi keadaan.

"T..tolong..-" suara Arfa tercekat.

"Tamat dah lo Arfa," kata Azra terkekeh, matanya yang berwarna coklat karamel menatap sinis.

"Eh, Hir, notif lo jadi mau gue ganti ga? Sini ponsel lo," La berusaha mengalihkan perhatian Hira.

"Biar aku bereskan dulu pembuat masalah ini," kata Hira menggeleng, kakinya perlahan melangkah ke arah Arfa, mukanya merah padam menahan amarah.

La menggigit bibir, berharap ada keajaiban. Dia tak ingin acara mabar hari ini berantakan.

Tiiinn...Tiiiiiinnn....! Suara klakson mobil membuat keempat orang dibalik gerbang itu menoleh, Hira menghembuskan nafas, meninggalkan Arfa, keluar gerbang, melihat siapa yang datang.

La menjulurkan tangannya pada Arfa, "Lo cari masalah sih."

Arfa meringis, menepuk-nepuk bagian belakang celananya, membersihkan tanah yang menempel di sana. Di dekat La, Azra melengos kesal, mengacak-acak rambutnya sendiri dengan kasar, membuat La menoleh.

La menatap Azra aneh, "Kayaknya lo kesel liat Arfa selamat. Sini ponsel lo, gue benerin," La menjulurkan tangannya.

Azra menatap La kesal, merogoh saku celananya, menyodorkan ponselnya pada La. La mengambil ponsel itu, merogoh saku jaketnya, mengambil ponselnya, La mulai mengotak-atik kedua benda pipih yang ada di tangannya, membereskan kekacauan yang dibuat Arfa, jarinya lincah mengetikkan sesuatu di atas kedua benda pipih itu.

"Kabar baiknya ponsel lo masih bisa balik kayak semula," La menghembuskan nafas lega.

Azra mengangguk sekilas, "Makasih."

La menanggapinya malas, "Hm, ya."

Kini mata biru La melirik ke arah Hira yang masuk ke dalam gerbang, wajah Hira tidak semengerikan tadi, di belakangnya menyusul dua orang masuk, terlihat tidak asing bagi La.

'Siapa?' ujar La dalam hati, menatap kedua orang itu.

La mengamati dua orang yang ada di belakang Hira, memasang wajah tanpa ekspresi, memperhatikan warna mata, dan bentuk wajah kedua orang itu, mencoba mengingat-ingat siapa kedua orang itu.

Yang satu seorang laki-laki bermata jingga, hidung mancung, postur tubuh tinggi dan gagah, dan rambut coklat tersisir rapi, laki-laki itu tersenyum ke arah La, namun La tidak menggubris hal itu, beralih menatap perempuan di sebelahnya, perempuan itu bermata pink, hidung mancung, bibir sedikit dipoles dengan lipstik, rambut hitam panjang sebahu, tubuhnya langsing dan tinggi seperti model.

"Hey La, Arfa, Azra, inget kami?" ucap perempuan itu menyapa La, tersenyum menyadari La mengamatinya.

La menaikkan satu alisnya, masih berusaha mengingat, "Ah! Aku ingat!" La bertepuk tangan, bibirnya membentuk senyuman lebar, "Ini Hoshi," La menunjuk laki-laki bermata jingga itu, dan kemudian beralih menunjuk perempuan di sebelahnya, "dan ini Rae!"

"Hey, kukira kau tidak akan ingat kami, La si Pelupa," kata Hoshi menampakkan deretan giginya yang rapi.

La meresponnya dengan mengubah wajahnya menjadi datar, dingin mengerikan, membuat Hoshi dan Rae tertawa.

"Hei, ayo masuk, kalian mau berdiri di sini berapa lama lagi?" tanya Hira menatap kelima kawannya bergantian, "Oh iya, untuk kau Arfa, kau selamat kali ini, jangan pernah sekalipun kau ulangi," ujar Hira ketika tatapannya sampai pada Arfa, membuat yang ditatap menunduk merasa bersalah.

•~•~•~•~•

"Hira terlalu pro!" seru Hoshi memukul sofa, kesal.

Hira hanya tersenyum tipis, matanya tak beralih dari benda pipih di tangannya.

"La, run for your life! Hira ada di belakangmu!" ujar Rae panik, jarinya lincah mengetuk layar ponselnya.

La menahan nafas tegang, mengerti benar maksud Rae, Hira sedang membidik La dalam game. La memencet tombol di layar ponselnya, 'berlari' menghindari kejaran Hira.

"Run for your life, La!" ujar Rae makin panik melihat kawan setimnya kewalahan lari dari kejaran Hira dalam game.

La menggertakkan gigi, dia melompat, melakukan parkour dalam game, membuat Hira kehilangan kesempatan untuk menyerang La dengan senjatanya.

"Setidaknya gue aman sekarang," ujar La pelan, tersenyum tipis, tangannya tak berhenti mengetuk ponsel, itu berarti dia masih terus bergerak dalam game.

"Tidak semudah itu, La!" seru Azra, "Gamer tag-mu terlihat!"

"Kau harus mengkhawatirkan dirimu sendiri, Zra!" La mengangkat satu sisi bibirnya, tersenyum licik.

Satu detik kemudian, tulisan 'WASTED' terpampang besar di layar ponsel Azra, membuat pemilik menggerutu kesal.

"Wey, kalian ada yang skinnya Entity 303?" tanya Arfa, membuat semuanya menjawab serempak, "Enggak."

"Terus yang gue liat siapa?" suara Arfa mencicit.

"Salah liat lo paling," ujar Rae ringan.

"Enggak wey, beneran, ini ada Entity 303 ngintip gue dari balik pohon, gue males kalau mati entar," Arfa berkata serius, membuat semua yang sebelumnya menatap ponsel menatap Arfa.

"Kao pasti salah lihat," Hira mendengus pelan, dia masih kesal dengan kejadian pot yang pecah.

"Beneran," Arfa masih berusaha meyakinkan.

La kembali menatap ponselnya, "Bisa aja, ini map, bukan?"

"Terserah apa kata kalian, gue mau lari dulu, kalau kalian ketemu pokoknya..-" kata-kata Arfa tiba-tiba terhenti, suaranya tercekat, "RUN FOR YOUR LIFE....!" teriaknya mengetuk ponsel panik.

La yang sedang menatap serius ponselnya terperanjat melihat Arfa dalam game mendekat ke arahnya, dibelakangmya ada sesuatu mengejar, apalagi kalau bukan Entity 303.

Melihat itu La membulatkan matanya, "RUN! RUN FOR YOUR LIFE...!" La ikut berteriak panik, mengetuk ganas layar ponselnya.

Hira menatap La yang panik di dunia nyata, "Ngapa La, tumben ikut heboh. Jangan bilang kao percaya Entity 303 itu."

"LO LIAT AJA SENDIRI, POKOKNYA RUN FOR YOUR LIFE!" ujar La masih terus mengetuk layar ponselnya dengan ganas.

"APA-APAAN...?!" suara Hoshi yang lantang terdengar memekakan telinga, membuat Azra yang duduk di sampingnya langsung menjitak Hoshi kesal, namun sayangnya Hoshi tidak mengindahkan hal itu, jarinya mengetuk layar ponselnya panik, tangannya gemetar membuat pegangannya pada ponsel tidak stabil.

"WHATTT...?!" Rae memekik kaget, sama seperti lainnya yang telah melihat Entity 303, dia mengetuk panik layar ponselnya.

"Apaan sih sebenernya?! Entity 303 kan udah dihapus, sama kayak Herobrine!" Azra berseru kesal, sejak tadi dia tidak fokus karena mendengar teriakan teman-temannya.

"Ssss..si.. Alan....," Hira mengumpat pelan, sepertinya telah bertemu dengan Entity 303.

"RUN FOR YOUR LIFE..........!!!" teriak Azra lantang, sepertinya terdengar hingga seluruh penjuru rumah Hira.

"Apa kalian sudah selesai berteriak?? Mengapa kalian begitu tidak sopan berteriak di rumah orang lain?" seseorang berseru marah, terdengar sangat mengerikan, suara langkah kakinya terdengar, membuat semua menghentikan permainan, menoleh ke arah sumber suara, terperanjat, terlebih Azra, berhubung dia yang paling terakhir berteriak.

"Ini rumah, bukan hutan. Tolong jaga sopan santun kalian. Kalian tamu di sini!"

"Maaf, Paman..," ujar La, Rae, Azra, Arfa dan Hoshi serentak, merasa bersalah.

"Kalian keluar saja dari sini," ujar orang itu dingin. Itu Tuan Carl, Ayah Hira, dan beliau memang terkenal tegas dan mengerikan. Dia orang yang sangat kaku, tidak akan ada toleransi bagi siapapun yang melanggar peraturan miliknya.

"Ma-afkan.. K..kami.. Pa-man... Ka-kami menyesal," ujar La dengan suara bergetar. Tidak, La sama sekali tidak takut, dia justru sedang menahan amarahnya, baru kali ini ada yang berani mengusirnya.

"Bermainlah di tempat lain, ini bukan tempat untuk berteriak seperti yang dilakukan kuli di pasar," ujar Tuan Carl masih dengan nada datar, membuat siapapun yang tidak terbiasa bergidik ngeri, namun tidak dengan La, dia justru menggertakkan giginya.

Hira hanya menghela nafas panjang, dia tidak pernah bisa, dan tidak pernah mau, membantah ayahnya.

La menarik nafas panjang, wajahnya sudah seperti kepiting rebus, menahan amarah. Rae yang duduk di sebelahnya mengelus pelan punggung La, menenangkan gadis itu.

"Baik, Tuan. Saya pergi dari sini," ujar La segera bangkit, dia tidak bisa menahan amarahnya lebih lama lagi, "saya permisi."

La membuka pintu kasar, memakai sepatunya cepat, berlari ke arah gerbang, membuka gerbang itu dengan penuh kemarahan, membuat satpam yang tertidur di pos jaga terperanjat bangun.

La tidak peduli dengan sekitarnya, kemarahan menyelimuti hatinya, dia pergi tanpa menutup pintu apalagi gerbang.

Di rumah Hira semuanya menjadi hening, semuanya menahan nafas, beberapa detik kemudian pamit satu persatu.

Hira menatap ayahnya tanpa ekspresi, "Kenapa Ayah mengusir mereka?"

"Karena mereka berteriak seperti tarzan dan kuli pasar. Mereka tidak mengerti sopan santun," rahang Tuan Carl mengeras, "terutama gadis berjaket hitam itu, siapa dia?"

"Ayah, dia La, apa Ayah tidak ingat?"

"La? Siapa itu?" Tuan Carl bertanya sambil berlalu.

"Lupakan saja, Ayah," Hira mengusap wajahnya kasar, "tapi aku yakin Ayah tidak akan lupa Paman Zraf menitipkan anaknya pada Ayah untuk dirawat dengan baik. La adalah anak Paman Zraf, Ayah."

Tuan Carl mematung, Hira tanpa mempedulikan ayahnya beranjak pergi ke luar rumah, menyusul teman-temannya.

•~•~•~•~•

La P.O.V

Aku mengepalkan tinjuku menahan amarah yang memuncak, tidak percaya apa yang kudengar, baru kali ini ada orang yang mengusirku hanya karena sebuah seruan semangat bermain game.

"APA-APAAN....?!" teriak hatiku marah, tidak terima, "DIA TERLIHAT SANGAT MARAH PADAKU, TAPI KENAPA?! HEI, AZRA YANG PALING KERAS BERTERIAK, KENAPA JUSTRU AKU YANG SEPERTINYA PALING TIDAK DISUKAINYA..?!"

Aku melangkahkan kakiku lebar-lebar, berharap bisa segera sampai ke rumah, meluapkan segala kemarahanku.

•~•~•~•~•

Hai...! Gimana episode kali ini? Aneh? Kependekan? Kurang seru?
Pokoknya author minta maaf ya kalau kurang seru.. Kasih tau aja mana yang harus diperbaiki..

Oh iya, maaf kalau ada typo bertebaran..
Harap maklum karena ini cerita pertama author..
Oh iya kalau nemu typo tolong segera kasih tau author di komentar..

Tolong berikan vote dan komentar kalian ya, dan jangan lupa untuk sekalian follow akun wattpad author..

Kalau ada saran buat nama tokoh plis tulis ya di komentar.. Soalnya author sering bingung buat nama.. 😶

Terima kasih banyak😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro