Bukan Friendzone pt. 2 [YG]
Hari beranjak sore ketika Geca dan Yoongi menyelesaikan tournya mengelilingi museum dan anjungan daerah di TMII. Mereka bahkan sempat juga menonton di teater Keong Mas setelah makan siang dengan Geca yang terus berdecak kagum setelahnya.
Hari itu begitu melelahkan untuk Yoongi yang memang tidak menyukai kegiatan outdoor dan lebih memilih tidur untuk mengisi hari liburnya. Tetapi rasa lelahnya seolah terbayar lunas dengan keceriaan Geca di sebelahnya.
Yoongi bukan orang bodoh yang tidak menyadari perasaannya sendiri untuk Geca yang sudah sejak lama berbeda dan bukan lagi perasaan terhadap sahabat. Tetapi ada beberapa alasan yang membuat Yoongi tidak juga beraksi atas perasaannya tersebut. Bahkan Yoongi tidak juga beraksi saat Geca sempat dekat dan berkencan dengan orang lain.
Mereka tengah berjalan keluar dari anjungan Papua--tempat terakhir yang mereka kunjungi dan hendak pulang saat tiba-tiba Yoongi menahan ransel Geca hingga gadis itu tertarik ke belakang.
"Apasih Gi?"
"Naik kereta gantung, yuk?" Yoongi menunjuk ke kabel kereta gantung atau gondola yang ada di atas mereka.
Geca berkedip, seolah tidak percaya apa yang baru saja dia dengar dari mulut sahabatnya itu. "Seorang Yoongi ngajak naik kereta gantung? Gue nggak habis salah denger, kan?" tanya Geca memastikan dengan nada setengah mengejek. Pasalnya ia begitu mengenal Yoongi hingga sudah hafal watak sahabatnya tersebut. Seorang Yoongi dalam kepala Geca tentu saja tidak mau membuang-buang waktu untuk naik wahana seperti kereta gantung.
"Yaudah gue naik aja sendiri." Yoongi mengabaikan pertanyaan Geca dan justru berjalan meninggalkan Geca menuju stasiun yang letaknya ada di seberang anjungan.
Geca pun bergegas mengejar Yoongi yang entah kenapa hari itu berjalan sangat cepat dan tidak malas-malasan seperti biasanya. "Gi, ih, tungguin dong!" Geca hendak mengeluarkan uang untuk membeli tiket untuknya saat Yoongi sudah memegang dua buah tiket pertanda Yoongi tidak benar-benar akan naik sendirian.
Mereka akan berada di kereta berwarna hijau itu selama 20 menit kedepan, memutari TMII dari ketinggian berlatarkan langit sore. Kebetulan sekali mereka naik ke kloter terakhir sebelum loket ditutup. Keduanya duduk bersebrangan dalam diam.
Geca tidak banyak bicara karena Yoongi pun memilih diam saat mereka menaiki kereta. Entah kenapa meskipun bukan hal baru bagi Geca mengetahui bahwa Yoongi memang pendiam, hari ini Geca merasa ada yang berbeda dari sahabatnya itu. Seperti ada sesuatu yang ingin Yoongi katakan tetapi hanya dalam kepalanya saja.
"Lo tau nggak sih, Gi, gue selalu pingin tau apa yang ada dalam pikiran lo kalau lo lagi diem kayak gitu." Geca akhirnya bersuara, tidak tahan dengan keheningan yang membelenggu mereka pada sepuluh menit pertama perjalanan mereka. Mereka masih punya sepuluh menit lagi dan Geca tidak mau dihabiskan dengan saling diam saja. "Tapi kadang gue juga mikir, mungkin, mungkin lo memang lagi nggak memikirkan apa-apa dalam diam lo."
Yoongi akhirnya menghela napas, perhatiannya yang semula berada di pemandangan luar jendela kini tertuju untuk sahabatnya sejak SMA. Alasan yang juga kenapa membawanya duduk di atas kereta gantung berwarna hijau tersebut. Sepuluh menit Yoongi habiskan untuk berpikir dan memutuskan apakah sudah saatnya ia beraksi atas perasaannya selama ini terhadap Geca atau haruskah ia menanti lebih lama lagi untuk waktu yang ia tidak tau kapan saatnya.
Yoongi mulai berpikir kalau penantiannya selama ini bukan berdasarkan siap tidak siap melainkan mau atau tidak.
Yoongi selalu punya moment untuk menyatakan perasaannya. Selalu punya waktu karena Geca bahkan selalu single selama bersahabat dengannya. Hanya sekali Geca pernah memiliki kekasih, itu pun tidak bertahan lebih dari sebulan saat ia masih jadi maba dan tidak bisa menolak senior yang menyatakan cinta padanya karena tidak enak.
Yoongi tidak pernah tau isi kepala Geca. Tapi Yoongi sadar kalau Geca punya tempat tersendiri untuk Yoongi. Meskipun Geca juga bersahabat dengan Namjoon dan Hoseok, Yoongi selalu menjadi yang pertama Geca cari bukan hanya saat gadis itu senang atau sedih tetapi juga aat gadis itu bahkan tidak memiliki sesuatu yang spesial di hari-harinya, hanya sekedar ingin bicara dengan Yoongi serandom mengirimkan sticker line tidak penting atau bombardir meme terbaru dari twitter.
Dari sekian kesadaran Yoongi akan 'kesempatan' yang sebenarnya selalu Geca berikan untuknya, Yoongi terlalu takut untuk memilih mau untuk bertindak dan memilih tidak lalu kembali ke zona nyamannya.
"Ca, dari sekian waktu yang udah kita habisin bareng, buat lo yang paling berkesan yang mana?"
Geca mengerjap. Dia memang menginginkan Yoongi bersuara setelah sepuluh menit hanya diam melamun seperti manekin, tetapi Geca tidak berekspetasi Yoongi akan melontarkan pertanyaan demikian.
"Uhm... yang malu-maluin atau yang indah?" Geca lalu tertawa sendiri dengan pertanyaannya. "Indah apaan coba, ngaco ya gue? Bentar gue mikir dulu..."
Yoongi tidak mendelik atau memutar bola matanya seperti reaksi yang sering ia berikan saat Geca bicara tidak jelas atau non-sense. Ia hanya menatap Geca lurus, serius membuat sedikitnya Geca gugup.
"Gue permudah, deh. Moment yang selalu mengingatkan lo akan gue hanya dengan melihat hal yang berkaitan sama itu."
Geca mengernyit. Kenapa level pertanyaannya jadi semakin sulit? Tetapi Geca masih mencoba berpikir. Kalau boleh jujur, semua hal selalu mengingatkannya dengan Yoongi. Karena Yoongi memang selalu ada di hidupnya selama hampir enam tahun belakangan hingga semuanya terasa seperti Yoongi selalu menjadi bagian dari hari-harinya. Bagaimana Geca harus memilih satu dari sekian banyak moment yang mereka buat?
Yoongi tiba-tiba tersenyum. Senyum yang membuat sesuatu di hati Geca berdesir hangat. "Buat gue, semua hal selalu mengingatkan gue sama lo, Ca. Bahkan buat hal-hal yang belum pernah kita lakuin bareng, yang terlintas di kepala gue pasti 'Kapan-kapan gue bakal ngajak Geca ke sini.' atau 'Kalau gue sama Geca lakuin ini gimana ya?'. Selalu, Ca."
"Lo bukan cuma udah jadi sahabat gue, Ca, tapi jadi bagian dari hari-hari gue selama hampir enam tahun ini. Bahkan ketika kita terpisah jarak atau berantem, lo tetap jadi bagian dari hari gue dengan muncul di kepala gue. Lo tuh kayak kegiatan tidur di dalam kehidupan seseorang. Yang setiap harinya pasti dilakuin sama setiap orang, bahkan di saat mereka mencoba menghindarinya karena punya pekerjaan penting yang harus selesai hari itu juga semenit atau dua menit mereka akan tetap tidur sadar atau tidak sadar. Sama kayak lo, sadar atau nggak sadar selalu muncul di hari-hari gue, butuh nggak butuh tapi tetap gue cari."
Geca entah harus terharu atau tertawa karena Yoongi menganalogikannya dengan 'tidur' yang mana adalah kegiatan favorit Yoongi. Gadis itu tetapi merasa kalau jawaban Yoongi hampir sama dengan yang ia rasakan. Yoongi juga merupakan bagian dari hari-harinya, dari hidupnya.
Geca menunggu--dan berharap--Yoongi mengatakan kata-kata lanjutan, yang mungkin akan mengubah hubungan mereka secara resmi. Tetapi sampai kereta hijau itu berhenti di stasiun terakhir di mana mereka harus turun dari kereta gantung karena wahana sudah selesai, Yoongi tidak juga mengatakan apa-apa lagi.
Apa Yoongi hanya ingin menjelaskan pada Geca bahwa Geca memang menjadi bagian dari hari-harinya tetapi hanya sebatas itu. Hanya karena mereka bersahabat dan bukannya lebih. Kepala Geca tertunduk, bahunya merosot tanpa ia sadari dan gumpalan awan hitam berkerubung di kepalanya. Hari yang semula menyenangkan bagi Geca berubah menjadi hari melelahkan yang ingin ia akhiri segera.
***
Sudah dua minggu sejak Geca dan Yoongi pergi ke TMII dan sampai hari ini Yoongi tidak menunjukkan batang hidungnya. Tidak di notifikasi chat, tidak juga secara fisik.
Apakah kata-kata Yoongi di kereta gantung sengaja untuk mempertegas bahwa hubungan mereka tidak akan pernah berubah? Apakah Geca sudah salah sangka selama ini untuk merasa spesial karena menjadi satu-satunya perempuan yang ada di hidup Yoongi selain keluarganya?
Geca harusnya sudah tau kalau sejak awal Yoongi tidak punya perasaan yang sama dengannya. Bahkan saat Geca menerima kakak senior untuk menjadi pacarnya, reaksi dari Yoongi nyaris tidak ada.
Geca sadar perasaannya, tetapi dia hanya membiarkannya bertumbuh atau layu seiring waktu berjalan tanpa menyiramnya atau mematikannya. Geca selalu takut bahwa jika ia menunjukkan perasaannya akan ada yang berubah dan apa yang ia miliki dengan Yoongi bisa hilang tak bersisa. Bukankah sudah banyak kisah persahabatan yang rusak karena cipratan cinta di antaranya?
Sebuah pesan memasuki ponsel Geca membuat gadis itu langsung melompat bangun. Hal yang belakangan ini kerap gadis itu lakukan sambil harap-harap cemas akan notifikasi pesan yang masuk. Hanya satu nama yang ia nanti karena dua minggu belakangan ini hari-harinya terasa begitu kosong tanpa kehadirannya. Kehadiran sahabatnya.
Yoongi S Ardiwilaga
Ca, besok gue sidang.
Hati Geca merasa lega sekaligus sakit di saat yang bersamaan. Lega karena akhirnya sahabatnya telah kembali, tapi sakit karena Geca baru tau kalau dua minggu belakangan ini Yoongi sedang struggling dengan tugas akhirnya itu dan yang Geca pikirkan hanya tentang bagaimana Yoongi tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Geca merasa egois sebagai sahabat.
Gesha Kania
Gilsss sahabat gue dua minggu ilang tau2 tinggal selangkah menuju sarjanaaaa! Good luck ya, Gi! Gue selalu doain lo dari sini.
***
Yoongi keluar dari ruang sidang dengan wajah lega dan beban yang sepenuhnya terangkat dari pundaknya. Ia menghampiri teman-temannya yang sudah berkumpul menungguinya sidang sambil menggulung lengan kemeja putihnya, memperlihatkan lengannya yang berkulit pucat.
"AKHIRNYA SARJANA JUGA LU BAAANG!" sambut Hoseok heboh sambil memeluk Yoongi begitu ia tiba.
Semua anak bangtan bergantian memeluk Yoongi dan mengucapkan selamat. Mereka bahkan dengan niat membawa buket bunga dan snack untuk Yoongi lengkap dengan selempang bertuliskan nama Yoongi dan gelar yang belum sejam yang lalu ia dapatkan. Semuanya disiapkan oleh anak-anak bangtan atas inisiatif Jimin yang memang paling aktif memberikan surprise setiap ada hari spesial untuk anak bangtan.
Mata Yoongi diam-diam mencari keberadaan sahabatnya yang lain, satu-satunya sahabat perempuan yang ia punya. Dan gadis itu berdiri tidak jauh dari Namjoon tersenyum dengan ekspresi ceria khasnya.
Yoongi menghampiri Geca yang hari itu mengenakan terusan rok hingga betis berwarna hitam dan dalaman berlengan panjang warna maroon. Ia memeluk sesuatu berbentuk persegi yang tidak Yoongi kenali.
Geca mengulurkan tangannya mengajak Yoongi berjabat tangan. "Selamat ya, Gi!" Geca berujar riang. Jelas sekali ia senang dan juga bangga akan pencapaian sahabatnya tersebut meski itu berarti Yoongi akan meninggalkannya lebih dulu untuk lulus.
Yoongi adalah salah satu mahasiswa beruntung yang bisa merampungkan studinya dalam waktu 3,5 tahun. Dan di antara Yoongi, Namjoon, Hoseok serta Geca hanya Yoongi yang akan wisuda lebih dulu.
Mereka bertiga memang menggarap skripsinya di waktu yang sama, tetapi tidak berhasil mengejar deadline untuk bisa ikut wisuda di semester itu juga yang berarti mereka harus ikut satu semester lagi.
Meskipun Yoongi sibuk dengan pekerjaannya sebagai produser, Yoongi sejak awal sudah bertekad dan bekerja keras untuk berhasil lulus di semester tujuh. Dan syukurlah ia berhasil mendapatkan apa yang ia kejar. Ini bukan soal siap tidak siap tetapi mau atau tidak.
Yoongi menerima uluran tangan Geca namun bukannya untuk menyalami tetapi menggenggam tangan itu dan menariknya pergi. "Guys, beli makanan apapun yang kalian pengen bawa ke bangtan gue sama Geca ada urusan dulu. Nanti uangnya gue ganti, gue traktir."
Semuanya bersorak, terutama ketiga penghuni termuda di Bangtan. Kapan lagi makan enak gratis, dengan heboh mereka langsung berebut untuk menyebutkan makanan yang diinginkan sedangkan Yoongi dan Geca sudah berlalu meninggalkan mereka lebih dulu ke arah parkiran.
Geca hanya mengernyit tetapi memutuskan diam saja saat Yoongi menariknya dan menyuruhnya naik ke boncengan. Bahkan sampai akhirnya mereka sampai ke rumah kontrakan tempat Yoongi tinggal bersama enam penghuni lainnya yang menyebut rumah tersebut rumah bangtan.
"Eh, gue diundang ikut acara pesta kalian nih?"
"Ada yang mau gue tunjukkin, Ca." Yoongi melepas helmnya di atas spion lalu membimbing Geca masuk. Ini bukan kali pertamanya Geca masuk tetapi batas Geca masuk hanyalah sampai dapur. Namun kini Geca dibimbing Yoongi untuk masuk ke sebuah pintu yang ia kenali sebagai studio pribadinya.
Kamar yang sebelumnya adalah sebuah gudang itu resmi menjadi studio tempat Yoongi menciptakan musik sejak ia bekerja menjadi produser. Dari uang hasil gajinya magang, Yoongi membeli alat-alat membuat musik yang lebih profesional daripada sekedar software remix musik di laptop.
"Selain anak bangtan, nggak ada yang pernah masuk ke sini." Sebelum Geca menyanggah dengan kata-kata 'Ya kan temen lo emang cuma anak bangtan sama gue' Yoongi langsung menambahkan, "Bahkan kalaupun gue punya temen lain selain kalian, cuma kalian yang boleh masuk ke sini. Karena studio ini adalah sebagian dunia gue."
"Ca, lo tau kan gue cinta pake banget sama musik?" tanya Yoongi saat Geca sudah duduk di sofa kecil namun nyaman yang juga sering beralih fungsi sebagai tempat Yoongi tidur saat ia bekerja semalaman di sana.
Geca mengangguk, matanya masih menelusuri studio Yoongi sambil mencoba mengingat setiap detailnya. Studio ini benar-benar bagian dari hidup Yoongi karena cukup dengan melihatnya, semua orang akan tau ini miliknya. Dari design sampai tata letak.
"Dan lo selalu jadi orang pertama yang dengerin demo lagu ciptaan gue."
Untuk itu, Geca tidak tau. Ada Namjoon dan Hoseok yang juga suka musik sama seperti Yoongi dan lebih mengerti daripada Geca.
"Lo tau kan Ca, gue payah berkata-kata atau mengekspresikan perasaan gue. Berapa kali orang bahkan temen-temen deket gue sendiri salah tangkep maksud gue karena gue terlalu expression-less." Yoongi lalu menekan-nekan sesuatu di laptopnya dan tiba-tiba sebuah musik mengalun memenuhi seantero studio.
Geca tidak kenal nada lagu ini sebelumnya. Itu berarti lagu ini Yoongi ciptakan tanpa melibatkannya, bahkan untuk sekedar mendengar demo tracknya.
If only I had just one day
I want to peacefully fall asleep intoxicated with your sweet scent
If there’s a chance in my busy schedule
I want to put my body in your warm and deep eyes
I like that, your long, straight hair
Your breathtaking neck when you put it up and the strands that fall out
Wherever we go, my handbag is your waist
Yo ma honey
Whenever I see you I run out of breath like the streets of Myungdong
Our BGM is the sound of breathing
Your voice when you say my name
I wanna be locked in you and swim in you
I want to know you more, an explorer venturing through your deep forest of mystery
I appreciate the masterpiece that is you because your existence alone is art
I imagine this all night every day
Because it’s a meaningless dream anyway
If only I could do that, how nice would it be
If only we could go anywhere
To eat and watch a movie comfortably
I would do anything girl
I’m sorry
Maybe I’m too rational
But still, if you see me some day, smile
Maybe you resent me a little or no, a lot
I know, I couldn’t look at you more because of my dream
Then just give me one day
Even if it’s in my dream, just one day
Out of all those words I had to swallow
Because of the excuse of reality
I’ll pick one and tell it to you for sure
You are standing in the center of my life
[BTS - Just A One Day Eng Trans ]
Geca tidak sadar bahwa matanya berkaca saat mendengar lagu itu secara full. Lagu itu bukan demo track dengan lirik asal. Bahkan lagu itu dinyanyikan oleh Yoongi dengan slow rap yang bisa dicerna secara jelas olehnya.
"Gi, ini..."
Yoongi memutar kursi kerjanya menatap Geca, kini bahkan mereka duduk begitu dekat hingga lutut mereka beradu. "Ca, I'm not good at words, so I just confess with the one I'm good at." Yoongi mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Geca mengusap lembut ibu jarinya di sana.
"Gue sayang lo, Ca." Yoongi menatap lurus ke manik Geca hingga hati gadis itu menghangat. "Sebagai sahabat ataupun perempuan. It's always been you, Ca, bahkan sejak kita SMA. Gue nggak pernah bertindak sebelum ini karena memang cinta bukan prioritas gue. Gue bakal sangat egois kalau gue ngekeep lo jadi pacar gue tapi gue nggak bisa ngasih lo waktu. Gue punya mimpi dan ambisi, Ca. Waktu itu gue berambisi lulus tepat waktu dan dapat pekerjaan jadi produser. Untuk meraih itu gue harus memilih 'mau' atau 'tidak' untuk merubah hubungan kita."
Geca tersenyum mengerti. Yoongi pun melanjutkan.
"Tetapi ternyata tanpa gue sadari gue juga egois, Ca. Gue ngekeep lo jadi sahabat bertahun-tahun karena gue cuma nggak mau kehilangan lo di hari-hari gue."
"Jadi selama ini kita emang kejebak friendzone ya, Gi?" tanya Geca sambil tertawa setelah Yoongi menyelesaikan pengakuannya.
"Nggak tau, Ca. Tapi daripada friendzone gue lebih suka istilah 'I'm in love with my bestfriend'. Friendzone kadang dipakai orang saat mereka memang nggak bisa bersama dan cuma bisa jadi temen. Tapi kalau gue, gue jatuh cinta sama sahabat gue. Bukan sahabatan sama orang yang gue cinta."
Geca tertawa lagi. Yoongi memang seringnya diam dan tidak banyak bicara. Tetapi saat lelaki itu bicara, seringnya kalimat-kalimat tidak terduga yang keluar dari bibirnya itu.
"Jadi kita sekarang apa, Gi? Lo nggak nanya apapun sama gue lo cuma...menyatakan?"
"Gue seneng kalau kita tetep sahabatan, Ca. Sahabat yang jatuh cinta sama sahabatnya. Tapi gue udah menahan terlalu lama. Gue mau lebih egois dan rakus, sedikit. Lagian gue juga udah meraih mimpi gue, gue mau punya mimpi yang lain sama lo Ca."
Geca tidak tau harus bagaimana menghadapi sahabatnya yang ternyata bisa mengatakan kata-kata semanis dan semeaningful itu. "Kamu tuh pelit ngomong tapi sekalinya ngomong malah bikin orang lain speechless."
"'Kamu'?" Yoongi mengangkat sebelah alisnya.
Pipi Geca memerah. "Eh--maksudnya kan kita udah... eum jadi canggung ya?" tanya Geca mendadak malu-malu.
Yoongi menggeleng. "Nggak. Aku suka."
Mereka berdua pun sama-sama tersenyum dengan tangan yang tertaut.
"Mohon maaf nih bang mengganggu sesi romantis apapun yang sedang kalian lakukan di dalam, tapi makanan udah mau abis nih kalau kalian nggak gabung sama kita sekarang!" Suara Hoseok dari luar studio membuat Yoongi dan Geca tertawa kikuk lalu akhirnya mereka berdua keluar dari studio dan bergabung dengan anggota bangtan yang sedang berkumpul melingkar di ruang tengah dengan berbagai makanan yang memenuhi coffee table.
"Sebelum makan, alangkah baiknya abang ganti dulu ini uang beli makanan biar lebih nikmat makannya " Jimin menyodorkan struk dan bon berisi pengeluaran membeli makanan mereka yang mencapai lima lembar. Struk alfamart yang paling panjang karena berisi aneka ragam snack sampai shampoo dan sabun membuat mata Yoongi yang sipit melotot.
"Apa-apaan kok ada shampoonya segala?" tanya Yoongi galak saat melihat struk alfa.
Jungkook menunjuk Seokjin yang sepulang kantor langsung ikut berkumpul untuk merayakan Yoongi yang sudah selesai sidang. "Punya Mas Seokjin tuh Baaang!"
"Ya kan Mas nggak sempet ikut nitip makanan jadi Mas nitip shampoo aja!"
"Lah emang sekarang Mas nggak lagi ikut makan, apa?" Jungkook berdecak. Padahal jelas-jelas Seokjin sedang memegang sepotong pizza di tangannya setelah melahap dua potong sosis dan mozarella stick.
Seokjin hanya nyengir saat tertangkap basah.
Yoongi hanya bisa menggeleng. Tetapi akhirnya dia mengeluarkan dompet untuk mengganti pengeluaran tersebut. "Gue emang nyuruh beli apa aja tapi nggak beneran 'apa aja' kayak gini juga sih."
"Udah deh Bang, lagian masih syukur kita cuma beli segini harusnya kan double dari ini."
Yoongi duduk di sebelah Jimin sedangkan Geca duduk di sebrangnya bersebelahan dengan Namjoon.
"Maksudnya?" tanya Yoongi sambil menggigit sepotong pizza dan menerima uluran sebotol cola untuk dari Geca karena gadis itu tidak bisa membuka tutupnya sendiri.
"Ya kan harusnya double sama pajak jadian!"
"Pffttt---" Taehyung menyemburkan sprite yang sedang ia minum dan dengan sigap Seokjin melindungi makanan dari semburan Taehyung. "SIAPA JADIAN?" tanya Taehyung heboh.
"Ya emang siapa lagi yang mau jadian sama Bang Yoongi?" tanya Jimin dengan nada sarkas dan meledek.
Geca pura-pura tidak dengar dan lebih memilih membuka bungkusan lays. Sedangkan Yoongi salah tingkah sambil menyodorkan botol cola yang sudah ia buka tutupnya pada Geca.
Taehyung yang langsung paham dengan maksud Jimin langsung mencolek-colek pipi Yoongi, menggoda. "Cieee udah nggak jomblo lagi, cieee."
"Hey! Apa salahnya jadi jomblo!" seru Hoseok tidak terima sebagai satu-satunya jomblo di antara anggota tertua. Bahkan Yoongi yang jarang keluar rumah bisa punya pacar.
"Nggak ada yang salah, Bang. Single kan pilihan." Jungkook membela.
"Tuh! Denger tuh kata Jeykey!" seru Hoseok karena merasa senang ada yang berada di pihaknya.
"Ya memang nggak salah. Tapi kasian abang nanti pas wisuda nggak punya gandengan. Itu mau wisuda atau terima rapot datengnya cuma sama orang tua!" Ledek Taehyung membela Jimin.
"Sialan!"
Dan malam itu terus berlanjut dipenuhi canda tawa dan kehangatan. Sehangat dua hati yang kini telah menemukan rumahnya.
Alexa, play lucky by Jason Mraz. Ada yang baru jadian dengan sahabatnya.
***
HUAHH TEMBUS 3K UNTUK YOONGI😂 AYO RAMAIKAN YAAA KOLOM KOMENTAR. kalau ada kritik saran boleh banget disampaikan ya! Selanjutnya antara cerita Jimin atau Hoseok, ditunggu ya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro