Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Budak Cinta [JK]

Jungkook Rizki Soetanto tahun ini resmi menjadi senior di kampus. Setahun menjadi mahasiswa baru dan junior, kini tiba juga saatnya ia dipanggil dengan embel-embel kak oleh para maba.

Di semester tiga ini, Jungkook tidak bergabung dalam BEM dan hanya bergabung di UKM TVKampus. Di sana Jungkook seringnya bertugas sebagai videographer atau editor video.

Jungkook cukup terkenal di jurusannya, bahkan sampai ke fakultas karena berbagai bakat yang ia miliki. Selain hasil editing video dan pengambilan gambarnya yang berkualitas tinggi, Jungkook juga punya suara bagus dan bisa menari. Tidak sampai di situ, Jungkook juga menunjukkan kebolehannya dalam berolahraga di festival jurusan. Dan sempat tersiar kabar pula bahwa Jungkook jago menggambar. Ibaratnya, Jungkook ini paker super complete. Sudah mana ganteng, bakatpun segudang.

Tapi Jungkook juga punya kekurangan. Yaitu tidak bisa dimiliki. Terdengar berlebihan, sih, tapi kurang lebih memang seperti itu. Jungkook hampir tidak pernah dekat dengan perempuan manapun di kampus. Bahkan untuk sekedar pertemanan, Jungkook tidak pernah kelihatan memberi peluang untuk kaum hawa berada di ruang lingkupnya.

Jungkook jarang berinteraksi dengan anak-anak perempuan di kelas. Kalaupun iya, biasanya karena mendesak atau memang diperlukan. Sisanya, Jungkook memilih untuk tetap di dunianya yang jauh dari para kaum hawa. Bersama Yugyeom, Bambam dan Jaehyun. Oleh karena itu, Jungkook jadi terlihat berkali lipat lebih menarik sekaligus susah digapai. Naksir Jungkook sama seperti menyukai Idol Korea yang sulit digapai.

Sebenarnya, Jungkook tidak semengintimidasi itu di awal masa kuliahnya. Jungkook hanya sedikit pemalu saat masih menjadi maba. Tetapi dia tidak terlalu menjaga jarak dengan lawan jenis seperti akhir-akhir ini. Jungkook terkadang gugup kalau diajak berinteraksi dengan teman-temannya yang berbeda lawan jenis. Dan sikap kikuk malu-malunya itu membuat Jungkook jadi terlihat manis menggemaskan di mata para kaum hawa.

Tapi Jungkook yang sekarang berbeda. Lebih seperti Jungkook tidak peduli dengan mereka. He's completely change from a good boy to fuck boy real quick. Jungkook tidak pernah menyakiti perempuan manapun, tetapi sikapnya terkadang membuat para perempuan mendengus kecewa.

Seperti saat ini. Adelia teman sekelas Jungkook, entah sudah berapa kali menelfon lelaki itu yang sampai detik ini belum juga muncul. Padahal Adelia sudah sampai di tempat mereka janjian dua puluh menit yang lalu. Rumah Adelia jelas lebih jauh daripada rumah bangtan yang tidak jauh dari kampus.

Hari itu Adelia dan Jungkook janjian untuk mengerjakan tugas bersama di perpustakaan kampus. Kebetulan mereka berdua kebagian tugas mencari buku referensi untuk tugas mereka. Anggota kelompok mereka akan menyusul seusai makan siang dan mereka berdua harus sudah menemukan buku referensinya. Tapi setelah akhirnya tiga puluh menit lewat dari jam janjian, Jungkook masih belum juga muncul.

Berharap Jungkook menunggu? Itu sama saja seperti ingin menghitung butiran pasir di pantai. Tidak mungkin! Jungkook tidak akan pernah mau menunggu, terutama perempuan. Ribet, katanya.

Itu salah satu contoh dari sikap Jungkook yang mengundang para kaum hawa kecewa akhir-akhir ini. Banyak gadis yang dulunya menyukai Jungkook bertanya-tanya, apa yang terjadi sampai Jungkook si pemuda yang dulu malu-malu dan super kikuk dengan perempuan kini berubah jadi a completely jerk. Tetapi pertanyaan itu tidak pernah terjawab karena Jungkook tidak ingin siapapun mengetahuinya.

Jungkook bukannya tidak mau jatuh cinta atau memiliki hubungan romansa. Dia hanya tidak ingin menjadi budak cinta untuk kedua kalinya. Karena Jungkook pernah kehilangan identitas dirinya sendiri hanya karena mencintai satu perempuan, cinta pertama yang sekaligus menjadi patah hati pertamanya.

***

Saat itu Jungkook Rizki Soetanto baru lulus SMA. Liburan panjang sebelum ia resmi menjadi mahasiswa. Jungkook pulang ke tanah kelahirannya, tempat Ibu, Ayah dan kakak laki-lakinya kini menetap. Padahal rencana awal Jungkook saat lulus sekolah adalah kembali tinggal di Surabaya bersama keluarganya. Tetapi Jungkook malah memasukkan nama kampus tempat abang-abangnya di bangtan kuliah saat SNM dan berhasil diterima. Jadilah Jungkook memperpanjang kontraknya di bangtan untuk sekitar 4 tahun ke depan lagi. Masa depan memang tidak pernah ada yang tau.

Untuk itulah Jungkook memutuskan menghabiskan liburan panjangnya sebelum disibukkan oleh urusan pendaftaran kuliah dan ospek di rumah orang tuanya di Surabaya. Di sana Jungkook sambil membantu usaha Ibu dan Ayahnya yang punya bisnis percetakan. Alasan utama yang juga membuat keluarga Jungkook akhirnya kembali ke Surabaya setelah sebelumnya tinggal di Jakarta sampai Jungkook SMA.

Di Surabaya juga Jungkook bertemu dengan cinta pertamanya. Ayushita.

Saat itu Jungkook dipaksa Ibu menemaninya ke acara reuni SMA. Sebagai anak laki-laki remaja pada umumnya, Jungkook tentu saja malas ikut acara orang tua seperti itu. Selain karena di sana pasti hanya ada ibu-ibu dan bapak-bapak, Jungkook terlalu malas dandan rapi.

Tetapi siapa Jungkook bisa menolak ajakan Ibu. Jungkook terlalu sayang pada ibunya itu sampai akhirnya di sanalah Jungkook berada. Di salah satu kursi yang ada di ballroom hotel tempat reuni diadakan. Banyak korban seperti Jungkook memang, yaitu anak-anak yang dipaksa orang tuanya menemani ke acara tersebut, tetapi kebanyakan perempuan. Dan Jungkook tidak jago untuk bersosialisasi dengan lawan jenis. Dia terlalu pemalu untuk itu. Akhirnya Jungkook memutuskan untuk berjalan-jalan mencari udara segar.

Jungkook memutuskan pergi ke toilet yang berada di luar ballroom. Dari depan toilet suasana tampak sepi. Mungkin karena Jungkook memilih toilet yang agak jauh dari lobby utama dan pintu ballroom berada.

Di depan toilet ada sofa panjang yang kosong. Benar-benar tidak ada siapapun di sana, hanya sesekali pegawai hotel yang berlalu lalang dan selebihnya kosong. Jungkook pun memutuskan untuk duduk di sana saja, menunggu hingga acara selesai atau Ibu memanggilnya. Jungkook menyesal kenapa ia tidak nekat membawa pspnya kalau tau akan segaring ini menunggu Ibu. Akhirnya Jungkook memutuskan memainkan game di ponselnya.

Saking fokusnya bermain, Jungkook tidak sadar ada sepasang kaki tanpa alas berdiri di depannya. Sampai si pemilik kaki menyentuh ragu-ragu bahu Jungkook, lelaki itu baru sadar akan kehadirannya.

Tentu saja hal pertama yang Jungkook lakukan adalah terlonjak ke belakang begitu menyadari kehadiran sosok itu. Tenang saja, itu manusia. Manusia berkelamin wanita dengan paras ayu, khas gadis Jawa lengkap dengan busana daerah di tubuhnya. Jungkook berkedip menatap gadis itu.

"Eh, maaf dek." Gadis itu terlihat kikuk sekaligus tidak enak karena reaksi yang Jungkook tunjukkan.

Jungkook berkedip. Lalu ia menggeleng saat kesadarannya telah kembali. "Ada apa, mbak?" tanyanya dengan alis tertaut.

"Anu, bisa minta tolong cantelin sepatuku nggak? Aku pake kain jadi nggak bisa nunduk..." ucapnya sambil mengangkat sepasang sepatu di tangannya.

Jungkook baru sadar gadis itu bertelanjang kaki. Ia lalu melirik ke kiri kanan seolah mencari orang lain.

Melihat reaksi Jungkook, gadis itu buru-buru menjelaskan. "Ini, aku mau tampil nari di acara reuni SMA Ibuku. Nah aku telat karena habis dari kampus jadi aku dandan sendiri di sini karena temen-temen sanggarku udah selesai dandan semua. Nggak lucu kan kalau aku nyeker ke ballroom?"

Jungkook akhirnya mengerti akan situasinya. Akhirnya Jungkook pun mengulurkan tangan untuk meraih sepatu gadis itu. "Yaudah mbaknya duduk, biar aku pakein sepatunya," katanya sambil bangkit dari duduknya.

Gadis itu langsung merasa tidak enak sambil mengambil posisi duduk. "Eh, nggak usah dipakein. Aku aja yang masukin, adeknya cuma tolong cantelin aja iketannya hehe."

Jungkook menunduk. "Nggak apa-apa mbak, sekalian." Lalu Jungkook pun berjongkok di hadapan gadis itu. Sejujurnya, tangan Jungkook sudah keringat dingin dan jantungnya berdegup cepat. Bisa dibilang ini pertama kalinya Jungkook memakaikan seorang perempuan sepatu. Ya siapa juga yang bakal dia pakaikan sepatu? Pernah juga adik sepupunya yang masih balita.

Kaki putih nan mulus gadis itu membuat Jungkook tambah ketar-ketir. Namanya juga remaja yang kelebihan hormon. Padahal kaki yang terpampang itu hanya sampai pergelangan saja karena tertutup kain.

"Bisa?" tanya si gadis yang membuat Jungkook mempercepat gerakannya. Setelah yakin ia menyantel kaitan di sepatu itu dengan benar, Jungkook mendongakkan kepala untuk memberi tau si gadis bahwa ia telah selesai. Tetapi semua kata-kata itu seolah tertelan kembali ketika Jungkook bertatapan langsung dengan si gadis.

Seumur-umur Jungkook tidak pernah tau ada gadis yang lebih cantik daripada penyanyi idolanya, IU. Kini Jungkook telah menemukannya. Dan gadis itu ada di depan mata, bukan di balik layar HP atau laptop seperti IU. Jungkook bergeming.

"Dek?"

Jungkook tersadar dari keterpanaannya dari gadis itu dan segera mendirikan tubuhnya yang semula berlutut. Jungkook malu karena ketahuan terang-terangan terpana akan gadis itu. Yaampun, pasti kupingnya sudah semerah kepiting rebus.

"Terima kasih, ya..."

"Jungkook." Jungkook menyebutkan namanya dengan pelan.

Gadis itu tersenyum. "Jungkook. Terima kasih, Jungkook," ucapnya mengulang nama Jungkook seolah sedang membiasakan lidahnya dengan nama itu.

Hati Jungkook berdesir. Dia baru tau namanya akan terdengar seperti itu jika diucapkan oleh wanita cantik. Uhuk! Jungkook, tahan hormonmu, nak.

"Kamu anak sekolah mana?" tanya gadis itu sambil berdiri mengecek penampilannya.

"Oh, aku baru lulus SMA di Jakarta."

Gadis itu mengangkat alis. "Oh? Aku kira kamu baru lulus SMP. Meskipun badannya bongsor, tapi mukanya imut." Gadis itu tersenyum manis.

Lutut Jungkook yang lemas melihatnya. Tapi apa katanya tadi? Imut? Pantas saja daritadi gadis ini memanggilnya dengan sebutan 'dek'!

Gadis itu merasa ia sudah siap. Lalu iapun berpamitan pada Jungkook karena harus berkumpul dengan teamnya sebelum tampil.

Jungkook pun hanya bisa melihat gadis itu pergi tanpa sempat bertanya siapa namanya.

Tetapi Tuhan Maha Baik. Takdir seolah berpihak pada Jungkook hari itu. Dan kebaikan itu disampaikan lewat Ibu.

Iya, Jungkook akhirnya berkenalan dengan gadis cantik bernama Ayushita itu lewat Ibu. Ternyata Ibu dan ibunya Ayushita berteman baik saat SMA. Dari sana juga mereka akhirnya bertukar kontak.

Ayushita empat tahun lebih tua dari Jungkook. Jadi saat itu ia sudah berada di tahun terakhir masa kuliahnya. Bahkan sebenarnya Ayushita sudah lulus dan sedang menunggu wisuda.

Kepribadian Ayushita yang easygoing membuat mereka cepat akrab. Jungkook yang aslinya pemalu jadi mudah membuka diri karena Ayushita yang selalu bisa menyesuaikan.

Di minggu ke dua setelah terakhir kali mereka bertemu di acara reuni, mereka pun akhirnya bertemu lagi. Kini mereka bertemu karena Ayushita yang mengajak Jungkook secara langsung. Katanya ada film yang sangat ingin gadis itu tonton tapi tidak sempat. Semua teman-temannya sudah menonton dan kalau Jungkook belum nonton, Ayushita ingin Jungkook menemaninya. Jungkook sudah menonton film itu bersama Taehyung dan Jimin di Jakarta saat film itu baru saja rilis. Tapi Ayushita tidak perlu tau, kan?

Akhirnya hari itu Jungkook pun merasakan kencan pertamanya. Meskipun hanya dirinya sendiri yang menganggap acara menonton hari itu kencan, tapi intinya Jungkook sudah pernah kencan dengan perempuan ke bioskop.

Setelah hari itu, intensitas percakapan mereka lewat aplikasi chat semakin bertambah. Begitu juga frekuensi pertemuan mereka. Jungkook memuaskan diri untuk bisa bertemu Ayushita sebanyak-banyaknya sebelum ia kembali ke Jakarta.

Hingga tibalah hari di mana Jungkook menyatakan perasaannya pada Ayushita. Saat Jungkook mengakui perasaannya dan juga keinginannya menjalin hubungan lebih dengan Ayushita, gadis itu tidak kelihatan terkejut. Mungkin dia sudah menduga karena Jungkook memang terlalu jelas menunjukkan perasaannya sejak awal. Dengan senyuman manis yang selalu berhasil membuat lutut Jungkook melemas, Ayushita mengangguk. Jungkook senang bukan main.

Tapi ternyata pacaran dengan gadis yang lebih tua tidaklah mudah. Meskipun belum wisuda, Ayushita sudah mulai bekerja di salah satu penerbitan di kota Surabaya. Akibat pekerjaannya itu, ia jadi semakin jarang menghubungi Jungkook. Kencan pun lebih banyaknya mereka hanya mengobrol di rumah Ayushita karena gadis itu yang malas keluar karena lelah setelah lima hari bekerja. Jungkook yang masih belum merasakan kerasnya dunia orang dewasa itu pun hanya bisa mengikuti apa mau kekasihnya.

Selama Jungkook di sana, ia berusaha menjadi pacar yang baik. Terlebih karena Jungkook tidak punya pengalaman sebelumnya. Jungkook sebisa mungkin mengantar atau jemput Ayushita ke tempat kerja menggunakan motor. Terkadang, Ayushita menelfon Jungkook dan memintanya mengantarkan barang ke kantor bila ada yang tertinggal.

Di malam hari pun biasanya Jungkook membelikan makanan untuk gadis itu yang seharian sudah lelah bekerja. Karens mereka tidak bisa sering berkencan, hanya hal-hal seperti itulah yang bisa Jungkook lakukan. Uang yang ia gunakan juga bukan hasil meminta orang tua tetapi hasil bayaran yang diberikan orang tuanya karena membantu di percetakan. Biasanya bayaran itu didapat ketika Jungkook membantu membuat design untuk klien. Semakin rajin Jungkook membantu, semakin loyal juga uang yang ia keluarkan untuk pacarnya.

Hari itu adalah h-2 kepergian Jungkook ke Jakarta. Sebentar lagi tanggal pendaftaran ulang di kampus beserta persiapan ospek dimulai. Oleh sebab itu Jungkook harus kembali ke Jakarta mengurusnya. Dan tibalah saat ia harus mengucapkan sampai jumpa kepada sang pacar dan selamat datang kepada LDR.

Pada hari-H Ayushita tidak bisa mengantar Jungkook ke bandara, jadilah di malam ini Jungkook berada di rumah gadis itu untuk melakukan perpisahan.

"Kamu baik-baik ya di sana, kalau udah masuk kuliah harus rajin. Nggak boleh bolos-bolos." Ayushita mengusap rambut Jungkook yang sedang merebahkan kepala di atas pahanya. Alasan lain kenapa Jungkook sebegitu cintanya dengan Ayushita, gadis itu bisa memanjakan Jungkook.

"Tapi nanti aku kangen..." Jungkook mulai mengeluarkan sikap manjanya.

"Kan ada video call? Ada telfon sama chat. Kita tuh nggak tinggal di zaman batu, Kookie, kamu tenang aja." Ayushita seperti biasa bersikap dewasa. Pembawaan gadis itu memang selalu dewasa, tenang dan feminim. Pokoknya adem deh bawaannya.

"Satu semester loh... hampir enam bulan!" Jungkook mulai lagi mengeluh. Ampun deh bayi satu ini. Andai abang-abangnya di bangtan tau, dia sudah habis jadi bahan celaan pasti.

Ayushita mencubit pipi Jungkook, gemas. "Kamu nih, belum juga mulai udah ngeluh aja. Semangat, biar cepet lulus terus balik ke sini--"

"Terus nikahin kamu, ya?" Potong Jungkook yang hanya dibalas tawa kecil dari Ayushita. Selalu dan selalu begitu. Mungkin bagi Ayushita, ucapan Jungkook hanya omong kosong belaka. Mereka pacaran juga baru dua bulan, apalagi Jungkook kuliah saja belum mulai. Tapi Ayushita hanya tidak tau, ketika Jungkook serius, dia akan betul-betul memperjuangkannya.

"Udah malem, kamu nggak mau pulang? Nanti dicariin ibu."

"Nggak ah, kan besok kita juga gabisa ketemu? Terus besoknya aku udah balik ke Jakarta kok kamu tega?" Dasar Jungkook. Badan saja yang besar tapi kelakuan dan tampangnya seperti anak-anak. Ayushita kan jadi gemas! Dipeluknya Jungkook. Di saat seperti inilah Ayushita menyadari meskipun usia Jungkook lebih muda darinya dan berbagai sikapnya yang kekanakan, Jungkook tetap laki-laki. Tubuhnya bidang dan kokoh, dibina sedikit saja pasti akan berubah jadi kekar.

"I'll miss you, Kookie!"

Jungkook berdesir. Selalu dan selalu. "Me too." Lalu ia melepas pelukan Ayushita dan menatap gadis itu dengan intens. "Cium..." bisiknya pada Ayushita.

Ayushita terbelalak, hanya sebentar sebelum ia melayangkan kecupan cepat di pipi kiri Jungkook. "Udah."

Jungkook mendengus. "Bukan itu, cium ini maksudnya." Jungkook menunjuk bibirnya sendiri.

Ayushita hanya tertawa sebagai respon dan gantinya dia malah mengacak rambut Jungkook seperti ke anak kecil. "Jungkooknya aku udah gede ya ngerti cium-cium!" ucapnya bergurau. Selalu seperti itu setiap Jungkook meminta gadis itu untuk menciumnya.

Terkadang, Jungkook sadar Ayushita tidak membalas cintanya sama besar seperti yang sudah ia berikan. Tetapi Jungkook tidak masalah, toh cinta bisa datang karena terbiasa. Tetapi terkadang Jungkook juga sedikit kecewa karena Ayushita menganggapnya seperti anak-anak. Padahal mereka hanya terpaut usia empat tahun. Bukan jarak yang terlalu besar kok.

Merasa sedikit harga dirinya diinjak, Jungkook langsung menarik tengkuk gadis itu dan melayangkan kecupan di bibir ranum berwarna pink milik Ayushita. Kalau Jungkook mau, dia bisa, itu prinsipnya.

Ayushita mengejang sesaat di dalam rengkuhan Jungkook, hanya sebentar sebelum akhirnya tubuhnya rileks dan tangannya melingkar di leher Jungkook. Dan malam itu, Jungkook mendapatkan ciuman pertamanya.

***

Sayangnya kisah manis itu tidak bertahan lama. Memasuki bulan ke enam hubungan, mereka mulai sering bertengkar karena kecemburuan akibat jarang yang terbentang.

"Kamu kan lagi kuliah, Jungkook! Kalau ada kamu di sini juga aku nggak akan minta temenin Denis. Lagian aku sama Denis tuh nggak ada apa-apa! Kita pergi bareng karena sama-sama diundang!" Ayushita tidak seperti biasanya. Ia berteriak kali ini, emosi menguasainya. Kelelahan akibat pekerjaan terakumulasi dengan emosinya karena tekanan dari pacar brondongnya yang cemburu buta.

"Ya tapi kan kamu tau kalau dia suka sama kamu! Kamu sengaja mau ngasih harapan sama dia? Kamu nggak bilang ya kalau kamu punya pacar?" Jungkook balas teriak tidak mau kalah. "Kamu malu kan kalau ketauan pacaran sama anak kuliahan kayak aku? Iya, kan?"

"JUNGKOOK!" jerit Ayushita tidak tahan. Gadis itu sudah mencoba sabar tetapi sayangnya hari ini kesabarannya habis sudah. "kenapa sih kalau kita berantem kamu selalu bilang aku malu sama kamu? Aku nggak malu! Enggak! Kenapa sih kamu selalu insecure begini?"

"Karena kamu nggak pernah nunjukkin kalau kita pacaran. Liat sosmed kamu, nggak ada foto sama aku! Status kamu, dp kamu pun nggak pernah nunjukkin kalau kamu punya pacar! Kamu sengaja ya biar dianggap masih single sama cowok-cowok di tempat kerja kamu? Iya kan? Seneng biar banyak yang naksir kamu dan deketin kamu? Seneng biar bisa ada yang kamu manfaatin saat aku nggak ada?"

"I'm done! Kita putus."

Panggilan pun terputus sebelum Jungkook sadar apa yang baru saja ia katakan. Jungkook melempar ponselnya sambil mengusap wajah. frustasi.

Padahal minggu ini adalah minggu UAS. Seharusnya Jungkook fokus belajar bukannya kepikiran tentang pacarnya yang pergi ke pesta pernikahan teman dengan teman kantornya. Jungkook terlalu cemburuan semenjak mereka LDR. Itu semua karena Ayushita yang juga tidak kunjung menunjukkan statusnya terang-terangan di sosial media. Entah sudah berapa laki-laki di sosial media Ayushita yang Jungkook stalk takut-takut mereka mencoba mendekati pacarnya.

Jungkook melirik jadwal UAS besok di sticky notes yang ia tempel di meja belajar. Hanya ada satu jadwal matkul besok di jam 9. Bukannya melanjutkan belajar, Jungkook malah mengirimkan pesan kepada Jaehyun.

Jungkook

Hyun, tolong absenin gue besok. bilang gue sakit.

Jaehyun

Lo mau kemana Kook?

Besok UAS Pak Saleh, gila! Jangan macem-macem deh.

Jungkook

Gausah bawel. Pokoknya izinin, bilang nanti gue ikut susulan. Kalau nggak bisa yaudah bodo amat.

Jaehyun

Ya tapi lo mau ke mana dulu?

Jungkook

Surabaya.

Sayangnya, setelah Jungkook bolos ia tetap tidak berhasil mendapatkan tiket pulang ke Surabaya dan baru bisa mendapat tiket di hari Jumat malam. Sudah mana ia melewatkan UAS Pak Saleh. Alhasil Jungkook otomatis mendapatkan C di matkul tersebut. Pak Saleh memang salah satu dosen yang paling ketat soal absensi. Tidak pernah mengenal ampun. Sekali tidak masuk kelasnya apalagi saat UAS, auto C.

Jungkook sampai Surabaya Sabtu pagi. Dengan terburu-buru tanpa mengabarka Ibu atau Ayah ia menghubungi sepupunya untuk menjemput di stasiun. Dan tujuan utama Jungkook tentu saja rumah Ayushita.

Sampai di sana, Jungkook disambut Ibunda Ayushita yang memberi tau bahwa Ayushita sedang pergi olahraga. Tanpa basa-basi, Jungkook langsung pamit menyusul gadis itu.

Jungkook berkeliling Taman Bungkul yang pagi itu tampak ramai orang-orang yang sedang berolahraga atau sekedar jalan-jalan. Ia mencoba mencari sosok Ayushita di tengah keramaian hingga akhirnya matanya berhasil menangkap sosok itu.

Dalam pelukan laki-laki lain.

Bukan jarak pemicunya. Bukan juga keegoisan dan kecemburuan Jungkook penyebabnya. Simply hanya karena memang sejak awal Ayushita tidak pernah benar-benar menganggap Jungkook serius. Baginya Jungkook hanyalah anak-anak yang belum dewasa.

Jungkook perlahan melangkah mundur sebelum kakinya bahkan sempat melangkah maju.

***

Jungkook di masa sekarang tidak banyak berubah. Pribadinya masihlah Jungkook yang sama. Yang selalu passionate dengan apa yang ia kerjakan, yang manja dengan abang-abangnya, yang selalu diam-diam menangis bila abang-abangnya mengalami kesusahan dan ia tidak bisa bantu apa-apa. Yang berbeda hanyalah Jungkook memilih menutup rapat hatinya untuk perempuan pada saat ini. Kalaupun suatu saat ia mulai membuka hati, ia tidak mau berada di posisi yang lebih mencintai pasangannya dan harus sebaliknyam. Simpelnya sih, Jungkook nggak mau jadi bucin dan prefer dia yang dibucinin sama orang lain.

Tapisiapa yang tau. Mungkin nanti Jungkook akan bertemu dengan seseorang yang bisamencintainya sama besar dengan perasaannya pada orang itu. Siapa tau.    

***

wow, 3k words untuk part dedek satu ini. HAHA. Selamat ulang tahun, bayi! Sebenernya gue sama Jungkook seumuran tapi selalu deh ngeliat dia nih kayak ke adek gitu WKWK. Btw ini bukan berarti part Jungkook selesai ya hehe, tapi nanti masih ada lagi kisah lainnya ditunggu aja. Yaudah segitu aja semoga suka!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro