Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

untuk yang belum sempat terungkap

"Bagaimana? Apa jadi Nichia datang kemari untuk makan malam?" Tanya sang ibunda sekali lagi setelah Heeseung duduk di ruang tengah rumahnya.

Heeseung sendiri bingung kenapa ibunya jadi sangat ceria dan berbeda dengan yang biasanya. Kalian tahu sendiri seberapa bencinya perempuan itu kepada Heeseung.

"Aku belum bertanya kepadanya."

"Kenapa belum? Kan aku sudah menyuruhmu toh. Sana telefon dia, kamu harus membawanya kesini."

Heeseung menghela nafas pamjangnya. Runtuh harapannya malam ini untuk bertemu dengan Sunghoon. Kenapa sih mereka harus memaksanya membawa Nichia kemari?

Tapi mau tidak mau kan? Heeseung juga sudah berjanji tadi pagi. Yasudahlah, itu bukan masalah besar.

"Halo? Nichia?" Ucapnya melalui sambungan suara kepadanya. Tidak lupa juga dia menutup pintu kamarnya supaya tidak ada yang mendengarkan dulu.

"Iya, ada apa sung?"

"Kamu bisa datang kerumahku malam ini? Rencananya ibu akan menjamu makan malam."

"Ah begitu kah? Bukannya hari ini kita harusnya membantu Sunghoon untuk kembali ke sekolah besok?"

"Aku sudah bilang pada Sunghoon tadi. Katanya tidak apa, dia akan mengurus keperluannya sendiri. Kamu bisa bantu aku kan?"

"Astaga. Aku sudah lama tidak bertemu dengan ibumu. Pasti akan canggung."

"Tidak. Aku yakin kamu bisa berbicara dengannya. Setidaknya untuk membuktikan bahwa kita benar - benar pacaran. Meskipun ya... Kita tidak punya hubungan lagi."

"Baiklah! Aku akan siap - siap. Aku tiba jam tujuh, oke?"

"Iya kutunggu."

Heeseung mematikan panggilan suaranya. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang cukup penting untuknya.

Hari dimana status kebohongan itu akan mereka tutupi dengan sebuah senyum belaka. Tapi tenang saja... Mereka aktor yang hebat.

"Mau rokok?" Tanya Jay sambil menawarkan satu batang rokok kepada sahabatnya.

"Haish... Jay. Sudah berapa kali kubilang padamu untuk berhenti merokok. Itu tidak bagus."

"Iya iya, maaf. Akan kumatikan." Ucapnya sambil mematikan asap rokoknya, agar sahabatnya tidak marah padanya.

Sunghoon menggelengkan kepalanya, sambil menurunkan beberapa kotak kardus di kamarnya, ia berkata

"Kamu tumben kesini. Sudah lama kamu tidak kesini."

"Hmmm... Iya. Aku hanya kesepian dirumah. Kudengar dari Heeseung kamu baru saja pulang jadi aku datang kemari."

"Oh. Yausudah sekarang kamu mau apa?"

"Membantumu beres - beres... Eumm... Mungkin."

"Aku tidak percaya. Kamu orangnya sangat berantakan. Sana duduk saja! Aku bisa bereskan sendiri."

Jay hanya memasang wajah nyinyir, beberapa detik setelahnya dia duduk di kursi tepi kamar Sunghoon. Sambil memainkan ponselnya dia bertanya,

"Kamu ada apa, hm? Kudengar Shim Jake yang membuatmu masuk rumah sakit."

Sunghoon menjawab dengan nafas beratnya "Haish... Dia memukuliku sampai aku pingsan."

"Karena?"

"Ya siapa lagi jika bukan Alysia? Dia sangat egois sampai meninginkan Alysia sebegitunya. Padahal Alysia sudah tidak ada."

"Kamu sungguh percaya Alysia benar - benar meninggal?"

Pekerjaan Sunghoon terhenti sejenak, ia menghembuskan nafas kemudian menatap sorot mata Jay dengan serius "Selama seminggu setelah kejadian kecelakaan kapal, Alyisa tidak pernah ditemukan? Kamu gila jika dia masih hidup?"

"Nyatanya kalian hanya tidak menemukan mayatnya. Dia hilang. Bukan meninggal."

"Aku mengerti... Tapi semuanya habis dan tidak ada korban yang selamat pada hari itu. Aku percaya bahwa dia sudah meninggal. Keluarganya pun sudah mengakuinya."

"Sunghoon..."

"Apa lagi?"

"Pagi ini Heeseung bercerita padaku. Ia menemukan Alysia."

"Astaga Nichia... Kamu sangat cantik. Masih bersekolah di sma i&credeble bukan?" Tanya ibunda Heeseung kepada gadis yang sedang duduk makan bersama dengan mereka.

Nichia menjawab "Masih, bu. Kebetulan sekolah saya cukup dekat dengan sekolah Heeseung jadi saya sering mengunjunginya."

Kedua wanita itu saling mengobrol, menyisakan Heeseung yang diam sendiri disana. Sungguh dia merasa sangat canggung dengan situasi apapun yang sekarang sedang terjadi.

Berada di dekat Nichia saja sudah membuat Heeseung cukup canggung, apalagi di depan kedua orang tuanya.

"Bagaimana Heeseung kalau disekolah?" Tanya si ibu.

"Ah! Heeseung itu orangnya baik. Tapi dia sangat pendiam jadi banyak orang yang mengira dia adalah seorang yang tertutup. Tapi dia anak yang asik dan mudah dekat dengan siapapun."

"Oh begitu? Wah... Cocok sekali dengan kepribadianmu ya."

Nichia hanya tersenyum ramah, tidak tahu mau membalas apa. Memalukan sekali harus berbicara di depan kedua orang tua mantan pacar sendiri dengan pujian - pujian yang sebenarnya tidak benar,

"Heeseung, diam saja kamu. Ayo katakan sesuatu." Sang ayah menyahut.

"Eumm... Iya. Aku hanya tidak tahu ingin berbicara apa."

"Hoho, Heeseung hanya malu. Wajar lah ya, disebelah wanita cantik seperti Nichia mana mungkin dia bisa berfikir dengan baik, haha."

Nichia hanya tertawa renyah dan Heeseung hanya mengangguk setuju. Beberapa detik setelahnya mereka hanya saling bertatapan dengan sorot mata geli dengan sikap sang ibu.

"Dia menyembunyikannya dariku ternyata. Sahabat macam apa itu. Ah sial!"

"Sunghoon, tenanglah. Ini bukan sepenuhnya salah Heeseung. Lagipula dia baru menceritakan kepadaku tadi pagi."

"Tetap saja, Jay! Kamu tidak tahu seberapa percayanya aku dengan Heeseung dan ternyata selama ini dia tahu keberadaan Alysia!"

Jay menepuk punggung Sunghoon dengan pelan kemudian menenangkannya "Jangan menangis, aku tahu kamu kecewa. Tapi hari ini dia memang tidak sempat menceritakannya padamu. Hari ini kalian sama - sama sibuk."

"Ya kemudian kenapa harus dia memberitahunya duluan kepadamu? Siapa yang lebih penting diantara aku dan seorang Jay yang bukan siapa - siapanya Alysia?"

Jay memang awalnya berusaha menangkan, tapi beberapa saat kemudian setelah mendengar ucapan dari pemuda Park itu... Sungguh dia marah,

"Sunghoon! Dia memberitahuku karena hanya aku yang bisa mengobrol dengannya di sekolah. Tidak ada kaitannya denganmu. Dan aku masih seorang Jay yang mengenalkan Alysia kepadamu dulu!"

"Ah terserahmu. Kenapa jadi sok penting? Kamu dan Alyisa tidak punya hubungan apa - apa. Apa diam - diam sebenarnya kamu dan Heeseung juga sangat dekat?"

"Dengar! Pertama, aku adalah orang yang mengenalkan Alysia kepadamu. Aku sahabatnya. Dan kedua, Heeseung hanya bisa mengobrol denganku disekolah selama tidak ada kamu. Apa yang menjadi alasanmu marah?"

Sunghoon mengeluarkan nafas beratnya, mencoba untuk tenang namun tidak bisa.

Amarah lelaki Park itu tidak kunjung surut. Apapun yang berhubungan dengan Alysia selalu menaikan emosinya.

Alsyia sudah meninggal, itu pikirnya.

"Sepertinya sekarang sudah waktunya saya untuk pulang, bu."

"Ah... Begitukah? Iya ya sudah jam sembilan malam. Kamu pulang naik apa?" Tanya Ibunda Lee Heeseung.

Nichia menjawab "Aku akan naik taksi sendiri. Saya izin pamit ya bu."

"Anu... Daripada kamu naik taksi, lebih baik Heeseung saja ya yang mengantar kamu. Dia bisa mengendarai mobil."

Heeseung membelalakan matanya, untuk pertama kalinya dia di izinkan untuk mengendarai mobil milik ayahnya, setelah sekian lama ia meminta di pinjamkan, "A... Aku yang mengantarnya?"

"Iya jelas. Kasihan anak perempuan harus naik taksi sendirian. Rumah Nichia juga cukup jauh. Kamu antarkan ya, sung."

Heeseung hanya memberi tatapan heran, ini pertama kalinya ia melihat sikap ibu yang begitu peduli dengan orang lain.

"Baiklah, terima kasih untuk makan malamnya, bu. Saya izin pamit ya." Ucap Nichia selembari mencium tangan ibu dan ayah Heeseung.

Sang ayah tersenyum "Iya sama - sama. Kembali dengan selamat ya. Sana Heeseung kamu antarkan. Kuncinya di meja."

Heeseung mengangguk "Baiklah."

"Heeseung, kutunggu diluar ya."

"Iya, aku menyusul sebentar."

Heeseung mengambil kunci mobil yang diletakan di meja itu, kemudian bertanya kepada kedua orang tuanya "Kalian sungguh akan membiarkan mengendarai mobil itu?"

"Haish, itu bukan karenamu. Karena Nichia kasihan. Sana pergilah, kasihan dia menunggu."

"Iya... Iya... Awas sampai kalian mengunciku diluar sehabis aku pulang!" Peringatnya.

"Tidak akan. Sudah sana pergilah."

Heeseung berjalan selangkah,

bruk!

"Hee... Heeseung?"

janneth
sekian dulu! Jangan lupa tinggalkan vomet kalian ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro