Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

siasat untuk menjaga nama baik

13 September 2020

"Kamu sudah hubungi Alysia? Hari ini kan dia sampai di tempat karyawisatanya." Ucap ibu Park, ibu Sunghoon yang sedang berbicara dengan anak semata wayangnya itu.

"Belum bu, nanti akan segera aku hubungi. Memangnya ibu sudah menelefonnya?"

"Tadi sudah, tapi dia tidak mengangkatnya. Mungkin ada kegiatan. Nanti saja kamu hubungi dia saat sudah sampai di sekolah."

"Baik bu. Aku berangkat duluan ya, semoga hari ibu menyenangkan."

Ucap anak lelaki bernama Park Sunghoon itu dengan sopan seraya dia meninggalkan rumah untuk ke sekolahnya.

"Goncangan apa ini? Aku bisa mual." Ungkap Alysia kepada kedua sahabat perempuannya.

Yang satu menjawab "Astaga... Aku juga. Bukannya mereka berkata akan tiba dalam semalam? Kenapa selama ini? Ini sudah pagi lagi."

"Aku juga tidak bisa menghubungi siapapun disini. Sinyalnya sangat jelek."

Para siswa dan siswi yang kebingungan hanya menerima nasib mereka. Mungkin memang harus menunggu lebih lama. Lagipula mereka akan segera tiba.

"Alysia? Kamu tidak apa - apa?" Tanya temannya yang mengkhawatirkan keadaan Alysia.

Alysia terlihat pucat, sesuai dugaan Sunghoon.... Alysia itu mabuk laut. "Ah, aku tidak masalah. Hanya kedinginan." Ucapnya seraya mengukir senyuman di wajahnya.

Para siswa hanya saling bergandeng tangan, berharap bahwa tidak ada hal buruk yang akan terjadi. Serta dengan harapan agar mereka semua dapat tiba dengan selamat,

"Jika sedang mabuk laut begini... Aku rindu ibu."

"Iya, aku juga. Jika aku mabuk laut, pasti ibu selalu menolongku."

"Haish... Sepertinya perjalanan kita akan lama. Aku sudah rindu dengan keluargaku. Padahal hanya tiga hari." Ungkap sang gadis.

Bruk...

Bruk...

Bruk...

"PENUMPANG KAPAL! SEGERA GUNAKAN PELAMPUNG, BERHATI - HATI!"

"Ha- hah? Apa yang terjadi?" Alysia sangat terkejut setelah mendengar kabar yang disampaikan kepada siswa dari pengeras suara kapal.

"ALYSIA! GUNAKAN PELAMPUNGMU! KAPAL INI TIDAK BERES!" Peringat Geonu setelah melihat Alysia belum mengenakan pelampung.

Alysia segera memakainya, begitu juga dengan semua teman - teman yang berada di dalam kapal itu.

"Anak - anak.... Ada pengumuman darurat..."

"Kapal kita akan tenggelam, kita tidak punya bantuan."

"TIDAK! TIDAK! KITA BISA KELUAR DARISINI! PASTI ADA JALAN KELUARNYA!" Protes Alysia setelah mendengar ucapan pasrah dari para guru.

"Jika kita semua harus dilepaskan ke laut, berdoa saja. Kita pasti akan berpisah untuk sekarang. Semoga kalian semua aman dan bisa kembali ke tepian. Kita pasti bisa selamat...."

"Kelasnya Alysia pergi karyawisata semua ya? Hari ini lebih sepi dibanding biasanya." Ucap teman seperjuangan Sunghoon, Jay namanya.

"Iya. Kecuali Jake. Setauku dia sedang sakit."

"Yah, kamu sudah dengar tentang kabar mereka? Aku tidak bisa menghubungi mereka sama sekali. Aku padahal ingin mendengar kabar dari Geonu, pasti mereka sekarang sedang menginap di tempat yang nyaman."

Sunghoon menjawab "Akupun tidak bisa menghubungi Alysia. Mungkin belum ada sinyal."

"Ah ngomong - ngomong... Bagaimana dengan Shim Jake itu? Aku dengar beberapa hari yang lalu kamu bertengkar dengannya lagi."

Sunghoon mengangguk "Iya. Aku bertengkar dengannya. Seperti biasa alasanku karena Alysia. Memang lelaki itu sangat mencintai Alysia."

Lagipula apa salahnya jika Jake begitu mencintai gadis itu? Gadis itu sudah pintar,cantik dan hatinya sangat baik. Jika kamu seorang pria maka yakinlah kamu akan menyukainya.

"Jake memang orang yang sangat setia. Bahkan setelah kamu jadian dengan Alyisapun tetap saja dia bertahan untuk mencintai Alysia. Jujur dia hebat."

"Tapi bukankah dia sangat kasar? Jake orangnya sangat sentimental..."

Jay menyetujuinya "Benar. Tapi dia sangat baik kepada wanita. Iya ada perbedaan sikap antara gender, dasar lelaki."

Jake mendatangi mereka, membuat mereka mematung seketika apalagi mereka baru saja selesai membicarakan lelaki itu sedari tadi,

Sunghoon dan Jay mematung di tempat. Beberapa saat setelahnya, Sunghoon membela diri "Eh, apa yang kau dengar tidak sesuai dengan kenyataan. Maaf kami tidak bermaksud–"

"Bukan itu yang mau aku bicarakan."

Jay dan Sunghoon menatap Jake "Apa lagi?"

"Aku dengar dari kepsek... Kapal itu..."

"Kapal itu tenggelam, efakuasi dengan berlanjut..."

"Dan begitulah, kamu bisa menebak kejadian selanjutnya. Aku dan Jay terus menangis. Nichia sampai dilarikan kerumah sakit dan diopname selama tiga hari karena lemas mendengar kabarnya."

"Aku merasa bersalah tidak manahannya untuk pergi. Dan kemudian Jake bermusuhan denganku sampai sekarang, dia menganggap bahwa akulah penyebab utama kematian Alysia. Padahal sungguh aku sudah mencegahnya untuk menaiki kapal itu."

Heeseung termenung setelah mendengar kesaksian dari Sunghoon itu, memamg seberat itu situasinya sampai kapanpun orang - orang tidak akan melupakan kematian Alysia yang begitu pilu.

"Dan... Aku dipukuli oleh kelompok orang yang selalu bersama dengan Jake itu. Sampai aku ada disini. Mereka mencari identitasku kemana - mana demi membalas dendam mereka atas kematian Alysia."

"Jujur, aku merasa bersalah tidak pernah menjaganya. Alysia itu anak yang sangat baik. Aku yang sudah beruntung menjadi pacarnya saja tidak bisa menjaganya, wajar mereka marah padaku. Bahkan aku pantas mati untuk membalas dosaku." Tambahnya.

Heeseung menggenggam tangan Sunghoon dengan erat kemudian menguatkan pemuda itu,

"Itu bukan salahmu, kamu tidak bersalah. Memang Tuhan yang memanggilnya secepat itu." Ujar Heeseung.

Sunghoon hanya tersenyum "Aku berharap orang lain juga dapat berfikir begitu. Tapi sayangnya mereka sudah menganggapku sebagai seorang pembunuh."

Berhubung sudah larut, Heeseung memutuskan untuk segera kembali dari rumah sakit. Dia sudah berjanji untuk tidak pulang terlalu malam,

Sang pemuda Lee menapakan kakinya di dalam rumah dan memberi salam "Aku sudah sampai." Ucapnya.

Tidak ada balasan sama sekali, mungkin semua orang di dalam rumah sudah tidur. Lebih baik Heeseung masuk ke dalam kamarnya saja.

3 panggilan tak terjawab dari Nichia...

"Oh, Nichia menelefonku tadi? Kenapa baru muncul notifikasinya? Sudahlah."

Heeseung menghubungi kembali gadis itu, sekalian dia ingin memberi tahu semuanya tentang keadaan Sunghoon hari ini,

"Hallo?"

"Hai, Nichia. Maaf mengganggu waktumu semalam ini. Tadi kamu menelefon ya?"

"Ah, iya tidak apa. Aku hanya mau bertanya mengenai Sunghoon. Tapi aku sudah tahu keadaannya kok. Terima kasih sudah merawatnya."

"Kenapa berterima kasih? Aku temannya. Lagipula memang ada yang mau aku tanyakan padanya."

"Oh begitu. Yasudah aku tutup dulu ya telefonnya."

"Eh– Sebentar..." Ujar Heeseung agar wanita itu menunggu lebih lama sedikit sebelum menutup telefonnya.

"Ada apa?"

"Boleh aku minta bantuanmu untuk besok?"

"Bantuanku untuk apa?"

"Bertemu dengan ibuku, memastikan bahwa Sunghoon harus tetap berada di sekolah. Kamu harus membantuku karena yang mereka percaya adalah rumor jika aku dan Sunghoon itu berpacaran. Tapi aku yakin kamu bisa membantu."

"Lalu apa yang harus aku perbuat? Kamu ingin Sunghoon tidak jadi dipindahkan, bukan?"

"Iya benar dan karena itu aku butuh bantuanmu..."

"Apa?"

"Besok kunjungi rumahku. Katakan kepada orang tuaku bahwa kita sudah berpacaran....

Jadi kita berpacaran pura - pura. Demi memperbaiki nama Sunghoon, bisa kan?"

janneth
jika kalian bingung, sebentarnya yang aku cantumkan tanggal itu agar kalian tau mana yang masa lalu dan yang masa lampau, karena ada cerita flashback sedikit. harap kalian mengerti! terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan vomet!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro