Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

lukisan dan toko bunga

Heeseung bangun dari tempat tidurnya dan melihat seluruh tubuhnya,

Kepalanya sangat berat untuk bangun. Tubuhnya terasa retak. Bahkan hampir saja dia sepenuhnya kehilangan kesadaran.

Memang seperti itu nasibnya, Heeseung saja bersyukur jika Tuhan masih memberinya kehidupan untuk hari ini. Padahal setiap hari di pikiran Heeseung selalu muncul rasa takut

Bersyukur pagi ini tidak ada orang dirumah, Heeseung bisa bersiap-siap pergi dengan tidak terburu-buru

Heeseung membawa sketsa di tangannya kemudian menuduki bangku kosong di tengah lapangan sekolah,

"Hei, kamu suka menggambar?"

Heeseung tidak menjawabnya, tidak penting untuk dijawab. Menurutnya ada pertanyaan yang jauh lebih peting daripada itu untuk ia jawab

"Hmm, bisa gambar aku?"

Heeseung meletakan pensilnya kemudian menghadap ke lawan bicaranya,

"Sebelumnya. Aku Park Sunghoon. Kelas sebelas. Salam kenal." Ucapnya sambil tersenyum lembut kepada Heeseung.

"Heeseung."

"Kamu murid pindahan itu ya? Benar kata orang, kamu dingin banget."

"Iya aku juga tahu." Jawab Heeseung dengan begitu singkat.

"Heeseung."

"Sung."

"Heeseung."

"Bisa kan kamu diam? Kamu tau kamu sangat mengganggu ketenangan saya disini?" Karena sudah risih Heeseung memilih untuk agak menjauh.

Sunghoon tertawa kecil "Iya iya aku gak ganggu lagi, gambarlah. Aku hanya duduk disini."

Heesung kembali duduk lagi sementara Sunghoon hanya duduk disebelahnya sambil melihat Heeseung menggambar,

"Umm... Kamu punya pacar?" Tanya Sunghoon tiba-tiba.

Heeseung terdiam sebentar "Maksud kamu bertanya itu apa?"

"Haha, nanya aja. Kamu kan ganteng, pintar, tinggi pula udah kayak idol di TV. Masa sih kamu gak punya pacar?"

"Aku memang gak punya pacar..."

Sunghoon terdiam sebentar "Serius?"

"Iya."

"Kamu sendiri?" Tanya Heeseung.

"Umm... Aku punya. Dia anak kelas sebelas. Tapi aku tidak pernah merasa benar-benar pacaran dengannya. Mungkin karena aku terlalu sibuk belajar."

Heeseung memberi masukan "Jika kamu mau fokus belajar, belajarlah. Tapi jika memang kamu mau dia hanya menjadi motivasi belajarmu makanya kalian berpacaran, itu sama saja menyakitinya, memanfaatkannya untuk kepentinganmu sendiri."

Sunghoon terdiam mendengar perkataan itu

Heeseung berdiri sambil membawa buku gambarnya dan meninggalkan Sunghoon sendiri

Heeseung sudah menggendong tas sekolahnya dan bersiap untuk pulang dari sekolah,

"Ah, Heeseung! Aku hampir lupa. Besok kita akan mengadakan donasi uang ke panti asuhan. Kamu jangan lupa bawa amplop uang ya."

Heeseung hanya memberi anggukan kemudian kembali melangkah keluar dari kelas. Sudah waktunya dia melakukan kerja tambahan untuk acara besok.

Heeseung melihat ke jam yang ada di tangannya kemudian melihat bahwa sekarang sudah pukul 3 sore, tidak mungkin baginya untuk berkerja lagi karena akan ada khursus.

Apa Heeseung harus bolos lagi?

"Hei! Heeseung! Kenapa diam disana?"

"Ah... Maaf... Tunggu, kamu Park Sunghoon kan?"

"Eiy, masih ingat namaku. Kamu ada apa? Kenapa masih berdiri sana? Belum mau pulang?"

"I... Iya baru saja mau pulang. Aku pamit."

Sunghoon menahan Heeseung kemudian berkata kepadanya lagi "Perkara yang kita bicarakan di lapangan tadi, sepertinya kamu memang benar dan paham tentang cinta. Boleh kita berteman? Aku perlu orang sepertimu."

Dia terdiam lagi mendengar Sunghoon

"Aku berteman dengan orang yang benar-benar mau berteman denganku. Bukan dengan orang yang membutuhkan pendapatku." Ujar Heeseung dengan dingin.

Heeseung berjalan mendahului Sunghoon yang masih diam mematung mencerna kata-kata itu

Iya, sepertinya memang harus sangat berhati-hati dalam berbicara dengan Heeseung. Dia terlalu pintar untuk diajak sekedar bicara.

"Heeseung? Kamu kenapa datang kemari? Ini bukan jam kerjamu."

Heeseung masih menggendong ransel hitamnya dan memasuki sebuah toko bunga yang berada di dekat sekolahnya,

"Selamat siang, bu. Maaf ya aku datang diluar jam kerja."

"Kamu mau kerja tambahan hari ini? Gak kecapean kamu?"

"Tidak masalah kok bu. Saya besok butuh uang untuk donasi sekolah. Ada yang bisa saya bantu untuk hari ini?"

Sang pemilik toko bunga pun tersenyum melihat Heeseung yang mengucapkan kalimatnya tadi sambil tersenyum,

Pemilik toko itu tahu pasti kalau Heeseung datang kemari diluar jam kerjanya pasti Heeseung membutuhkan uang tambahan dan alasannya untuk membantu orang,

"Ada beberapa bunga yang harus diantar, bisa bantu antar?"

"Bisa banget, bu! Yang mana aja bu?"

"Itu yang ibu sudah siapkan di depan. Pakai sepeda Hyerin aja."

"Baik bu!"

Heeseung segera mengambil buket bunganya dan naik ke atas sepeda untuk mengantar bunga itu ke pemesannya yang berada di rumah,

"Hati-hati ya, Heeseung!" Ucap pemilik toko bunga itu kepada Heeseung.

Heeseung pergi untuk mengantarnya, lumayan banyak yang harus dia antar hari ini mungkin ada sekitar lima rumah yang harus dia kunjungi dan jaraknya sangat berjauhan

Tetapi dia masih tersenyum sambil menggoes sepedanya

Karena Heeseung adalah orang yang rela untuk melakukan ini demi orang lain yang berada di sekitarnya, bukan demi kebaikannya namun bagi orang yang membutuhkan bantuannya

"Ini gaji kamu untuk hari ini." Heeseung menerima uang yang sudah diberikan kepadanya, tidak lupa dia mengucapkan terima kasih.

"Dan ini... Tambahan untuk Heeseung. Beli makan ya kamu, harus makan enak."

"Eh... Bu, gak masalah kok. Aku ambil gajinya aja. Bonusnya boleh buat Hyerin aja."

"Udah, Heeseung. Ambillah."

Heeseung jadi tidak enak kalau tidak mengambil uang tersebut, akhirnya dia menerimanya kembali "Tapi besok pas jam kerja, jangan gaji aku lagi ya bu. Ini aja untuk gaji sampai jam kerja besok."

"Iya Heeseung... Sudah ayo kamu balik, besok kamu masih harus sekolah."

Heeseung menyalim tangan pemilik toko bunga,

Memang Ibu sang pemilik toko bunga itu sudah seperti menjadi sosok ibunda untuk Heeseung,

Heeseung diperbolehkan makan dan berkerja disitu. Dianggap seperti anak sendiri karena dia ingin mempunyai anak lelaki seperti Heeseung.

Balik lagi ke keadaan Heeseung yang sekarang,

Dia keluar dari toko bunga dan hendak kembali pulang kerumahnya

Jangan tanya mengenai khursus pelajarannya, iya dia tidak khursus hari ini dan terpaksa bolos demi berkerja tambahan

"Hei! Heeseung?"

"Sung, ini aku yang tadi kenalan di sekolah. Sunghoon."

Heeseung melihat Seunghoon dan tidak sengaja berpapasan di depan toko bunga itu saat Heeseung keluar

"Oh, iya. Aku mau pulang."

"Eh-- Tunggu."

"Kamu sedang apa di dalam?"

Heeseung tidak bisa menjawab. Dia tidak mau ada seorangpun yang tau kalau dia berkerja untuk toko bunga itu,

"Ekhem... Beli bunga untuk bunda."

"Bunga apa? Lihat dong! Aku tau semua jenis bunga, loh!"

"Astaga, jangan selalu penasaran dengan apa yang aku lakukan. Kamu sendiri ngapain disini?"

"Mau beli bunga."

"Untuk siapa?"

"Pacarku." Jawab Sunghoon.

Heeseung terdiam sebentar mendengar sebuah kata itu,

"Oh, yasudah."

"Eh kamu mau kemana? Kalau mau pulang, ayo bersama saja! Aku antar, ada motor."

"Aku bisa pulang sendiri."

"Hei, ayolah."

"Maaf aku buru-buru." Heeseung segera berlari dari Sunghoon. Dengan terburu-buru menderap keluar dari penghelihatan Sunghoon.

Sunghoon merasa bersalah lagi. Apa sebenarnya yang membuat Heeseung menghindar setiap Sunghoon mengucapkan tentang kekasihnya.

janneth
setalah dipikir, menambahkan sunghoon ke cerita ini sepertinya seru juga... dan aku ingin sedikit menjelaskan, anggap saja sunghoon dan heeseung disini seumuran

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro