Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

kita hanya perlu bicara

"Aku sudah dapat kabar dari Sunghoon kemarin malam. Aku dengar dia sudah membaik."

Jay, ketua kelas yang sangat dikenal di sekolah itu memberikan kabar tersebut kepada Lee Heeseung.

"Ah... Syukurlah. Setidaknya aku tahu bahwa dia baikan. Terima kasih, Jay."

"Eh... Tunggu..."

"Ada apa?"

"Bukannya hari ini seharusnya Sunghoon sudah pergi dari sekolah ini? Bagaimana dengan itu? Apakah dia benar - benar pindah karena orang tuamu?"

Heeseung menghela nafas beratnya "Entahlah... Aku tidak ingin dia pindah darisini. Semuanya juga karena kesalahanku."

"Kamu bisa mendatanginya ke rumah sakit, mudah bukan?"

Heeseung membalasnya "Itu memang terkesan mudah, tapi... Orang tuaku sudah melarangku untuk bertemu dengannya. Aku kehabisan akal untuk memberi alasan izin kepada mereka."

Jay menatap pemuda bermarga Lee itu dengan pilu, tapi tetap saja dia memberi saran padanya "Aku rasa hanya satu hal yang membuat kamu dan orang tuamu jadi senggang seperti ini."

"Hah...? Memangnya apa?"

"Kalian kurang berkomunikasi. Padahal aku yakin kunci nomor satu dari penyelesaiannya adalah saling berbicara."

"Dengar ya Heeseung. Aku tahu kamu memang tidak salah, tapi apa salahnya untuk mengalah? Mengalah bukan berarti kalah. Tapi... Kau bisa bilang kepada orang tuamu untuk mengunjungi Sunghoon. Setelahnya, kamu bisa berjanji untuk membalas kebaikan mereka."

"Ibu, aku ingin bicara."

Pemuda bermarga Lee itu benar - benar melakukan saran yang Jay berikan keladanya. Jujur, dia juga tidak menyangka dirinya sekarang ada di depan sang ibu,

"Apa? Cepat! Aku hanya punya sedikit waktu!"

"Izinkan aku untuk menemui Sunghoon. Dia sakit."

Tatapan yang tajam diberikan kepada yang lebih muda, kemudian beliau berkata "Sepenting itukah? Sudah berapa kali aku menyuruhmu untuk menjauhinya?"

"Bu. Aku jarang meminta sesuatu dari ibu. Aku hanya minta, sekali ini saja biarkan aku bertemu dengan Sunghoon. Selanjutnya, aku akan lebih menurut. Nilaiku juga akan lebih baik."

Ibunda kembali menjawab "Sana, kembali saja ke kamarmu. Aku tidak akan membiarkanmu pergi."

"Kenapa?"

"KEMBALI KE KAMAR! KAU MAU KUPUKULI LAGI, HAH!? SANA KEMBALILAH!" Bentaknya kepada lelaki itu.

Heeseung tidak menurut seperti biasanya, "Ibu akan panggil ayah agar dia memukuliku? Jangan pikir aku anak kecil yang bisa disuap oleh kekerasan."

"LALU APA MAUMU, SIALAN!?" Serunya lagi dengan nada yang tinggi dan lantang.

"Izinkan aku pergi. Sekali saja."

"Kamu bisa sampai kesini? Wah... Tumben orang tuamu mengizinkan." Ungkap Sunghoon saat si pemuda Lee itu berhasil menemuinya dirumah sakit.

"Aku juga sebenarnya memaksa. Tapi bagaimanapun, kita akan jarang bertemu kan? Kamu akan pindah sebentar lagi. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu dulu."

"Aku belum mau pindah. Mungkin sampai Jake hilang dulu. Aku tidak bisa bertemu dengannya lagi."

"Ah iya! Beberapa hari lalu si Jake itu mendatangi rumahku. Aku heran. Dia bilang ingin membalas dendam. Ini semua ada sangkut pautnya denganmu."

Sunghoon menghela nafas panjang "Astaga... Memang dia selalu berulah. Aku sampai kerumah sakit karena itu."

"Memangnya ada apa diantara kamu, Jake dan Alysia? Aku dengar sebenarnya Nichia juga termasuk ke dalam masalah itu."

Sunghoon terdiam sebentar, si pemuda bermarga Park itu bingung bagaimana harus menjelaskannya.

"Sangat panjang ceritanya sampai aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata - kata."

"Lebih baik begini saja, ada ruangan yang bernama ruang penghormataan kecelakaan kapal. Disana kamu bisa menemukan Alysia. Lihat saja semua suratnya. Kamu akan mengerti semuanya."

Lee Heeseung berdiri di depan nama para korban kecelakaan tanggal 12 September 2018 itu. Herannya, dia menemukan Alysialah yang paling banyak diberikan surat dan bunga.

Dia melihat foto Alysia untuk pertama kalinya...

"Ah... Di memang sangat mirip dengan Nichia. Pantas saja semua orang menganggap Nichia adalah Alysia." Ujarnya.

Heeseung menemukan surat yang berasal dari Nichia kemudian membacanya tanpa suara,

Dear Alysia Ruth...

Kemarin malam aku masih melihatmu tertawa bersama dengannya dan tepat sehari setelahnya aku mendengar kamu sudah tiada.

Aku ragu dan tidak percaya bahwa kamu sungguh meninggalkan kami semua. Bahkan kami tidak bisa menemukan bekas tubuhmu.

Tapi aku rasa memang kamu sudah pergi kesana. Aku memang belum bisa menerima kepergian itu, tapi bagaimanapun Tuhan lebih menyayangimu. Tuhan ingin manusia baik sepertimu cepat berpulang.

Sesuai janjimu, aku tidak akan berada di dekat Sunghoon. Seperti ucapanmu sebelumnya, Sunghoon hanya milikmu.

Serta lelaki itu... Shim Jake... Aku akan belajar menjauhinya juga.

Beristirahatlah yang tenang. Semoga kami bisa menerima kepergiannmu.

-Nichia

Setelah membaca surat itu Heeseung mematung sebentar, berfikir apa arti dari perkataan Nichia dari surat itu.

Untuk mencari jawabannya, Heeseung yakin dia bisa menemukan jawaban itu dari surat yang lain, surat Sunghoon misalnya...

Setelah mencarinya lagi, dia tidak menemukan surat dari Sunghoon. Padahal seharusnya suratnya ada disini, bukan? Mana mungkin Sunghoon yang merupakan kekasih Alysia pada masa itu tidak memberikan surat untuknya?

"Kamu sudah mengerti apa yang terjadi selama ini?"

Heeseung menggeleng "Aku tidak menemukan surat atas namamu. Tadi aku hanya bisa menemukan punya Nichia dan Jake."

"Aku memang tidak meninggalkan surat untuknya."

"Kenapa? Kamu kan kekasihnya." Ujar Heeseung dengan heran setelah mendengar jawaban dari sahabatnya itu.

"Aku hanya tidak ingin memberinya surat. Lagipula untuk apa? Dia tidak akan membacanya. Itu hanya simbolik omong kosong. Aku hanya cukup mendoakan kelergiannya. Bukan begitu?"

Heeseung termenung dengan jawaban yang keluar dari Sunghoon, dan kembali bertanya lagi "Sebenarnya apa yang benar - benar terjadi? Aku butuh penjelasan darimu."

Sunghoon tersenyum dan menghindari kontak mata Heeseung "Aish... Aku tidak tahu apa aku bisa menceritakannya atau tidak."

"Tapi tidak masalah jika kamu belum bisa bercerita, kamu sedang sakit. Bukan saatnya untuk menjawab pertanyaanku yang tidak ada gunanya sekarang."

12 September 2018

"Sunghoon! Besok aku akan berkarya wisata ke Jeju." Kata si gadis, yang namanya diketahui sebagai 'Alysia'.

"Aly, dengar. Aku ingin kamu tidak ikut. Eumm... Perasaanku tidak enak tentang besok."

"Kenapa, hoon? Aku merasa sangat aman kok. Lagipula aku sudah membayar dan mempersiapkan segala sesuatu untuk besok. Masa iya aku tidak jadi ikut?"

Sunghoon meneguk salivanya dengan kasar kemudian segera menangkis pikiran si gadis untuk pergi "Tapi... Kamu tahu kejadian kapal itu sangat sering terjadi? Bukannya aku tidak percaya dengan sekolahmu. Tapi badai diluar sangat kuat. Dan kamu juga tidak bisa belama - lama di laut."

"Aish... Sunghoon. Sekarang aku sudah dewasa. Aku bisa menjaga diriku. Aku hanya pergi tiga hari dan itu tidak akan lama."

"Ba... Baiklah, begini saja!"

Park Sunghoon menanyakannya "Bagaimana dengan Jake? Apa dia ikut? Jika dia ikut, ada yang mau aku sampaikan."

"Oh... Jake tidak ikut, dia sedang sakit."

"Benarkah? Lalu siapa yang akan menjagamu nanti? Jika tidak ada Jake, aku tidak bisa mempercayaimu kepada siapapun."

Alysia tersenyum kemudian mengelus telapak tangan Park Sunghoon "Tenanglah Sunghoon. Perjalananku ini tidak akan menjadi mimpi buruk untukmu. Aku berjanji akan menjaga diri." Ucapnya seraya mengukir senyum.

janneth
sekian dulu untuk chapter ini! jangan lupa tinggalakan vomet kalian untuk chapter selanjutnya! terima kasih!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro