keadaan yang semakin kacau
Heeseung masih berada dirumah Sunghoon, sedang meminum kopi di ruang tamu lebih tepatnya.
Sunghoon pergi mengunjungi saudaranya lagi, mungkin hanya sebentar. Dan seperti biasa ia meninggalkan ponselnya.
Heeseung hanya memberi tatapan konsong, entahlah, pikirannya kacau.
Dia baru ingat besok dia harus bersekolah dan bekerja seperti biasa. Jujur saja, Heeseung ingin istirahat selama seminggu penuh jika ia bisa. Bisakah dia terlepas dari tugas dan bebannya selama seminggu saja?
Kring...
Kring...
Kring...
"Halo?"
"Heeseung! Kemana saja kamu! Pulang! Kamu mau jadi gelandangan!?"
Heeseung tertawa kecil dengan nada suara yang sangat meremehkan "Kalian juga yang pada akhirnya akan mencariku. kalian padahal mengusirku kemarin."
"Anak sialan, masih lebih baik kamu kita ajak pulang dengan baik. Cepat pulang atau besok ku datangi sekolahmu!"
"Ayah memaksaku? Maaf aku tidak akan pulang. Aku sudah makmur disini. Hidup dan kerja sendiri. Sana urusi saja kakakku. Memang itukan yang kalian mau?"
"Anak kurang ajar! Kami akan mendatangi sekolahmu besok, camkan itu. Dan jangan harap kamu pulang dengan selamat."
"Kalian akan memukuliku lagi kan jika aku pulang? Aku sudah tahu. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku. Aku ingin tidur. Selamat malam."
Panggilan itu diakhiri Heeseung secara sepihak
Siapa yang tidak kesal diperlakukan seperti itu?
Saat kita membuat salah, orang lain akan mengusir kita dari kehidupan mereka. Tetapi saat mereka membutuhkan, kita dipaksa untuk hadir kembali ke kehidupan mereka.
Heeseung meletakan ponselnya di meja kemudian mengacak surai hitamnya, "Astaga ini kacau. Aku sudah tidak mau kembali kerumah."
Ia kembali melihat bunga peony yang berada di depan pintu kamar Sunghoon,
"Peony..."
"Astaga Sunghoon! Kenapa dia belum pulang?"
Pemuda bermarga Park itu berjalan di taman yang sepi, hanya suara derap kakinya yang terdengar. Jalan itu memang terkenal sebagai jalan yang sangat amat mistis. Entahlah, itu hanya rumor.
Pemuda itu tidak membawa apapun selain dirinya sendiri, ponselnya dia tinggalkan dirumah. Sederhana alasannya, dia hanya keluar sebentar dan itu tidak akan lama
"Hey, Park Sunghoon."
Sunghoon melihat tempat dimana suara itu berasal kemudian bertanya "Oh, siapa?"
Seorang pemuda yang lain, bermarga Shim itu datang kepadanya sambil membawa puntung rokok di tangannya,
"Kamu lupa denganku?" Tanyanya kepada Sunghoon.
"Eumm... Kamu siapa?"
Lelaki bermarga shim itu merangkul tangannya di pundak Sunghoon dan dengan nada bicaranya yang khas dia berkata "Kamu sungguh tidak mengingatku? Astaga ingatanmu payah."
Sunghoon membalasnya "Aku sungguh tidak mengingatmu." Sunghoon melihat tangan pemuda itu yang melingkari pundaknya "Bisa lepaskan tangan anda dari pundak saya? Risih tau."
Lelaki itu tertawa kemudian berkata "Sunghoon, kamu pikir aku akan melepaskannya? Tidak. Aku bahkan bisa mencekikmu lebih keras."
"Ha... Hah? Maksudmu?"
Pemuda Shim itu menunjukkan senyum liciknya "Aku Shim Jake. Masih ingat?"
Mata Sunghoon terbuka lebar setelah mendengar nama yang dikatakan dari pemuda itu "Sh... Shim... Jake?"
"Hmm. Sekarang kamu ingatkan aku siapa?"
Ingatan Sunghoon kembali kepada masa lalunya,
"Kamu tau Jake? Aku rasa dia menyukaiku."
"Sunghoon, dia mencarimu di lapangan."
"Jangan dekati Alysia. Kamu pembunuh, Sunghoon. Dia akan mati karenamu."
Jake mendekati jaraknya dengan Sunghoon, mengikis jarak yang mereka ciptakan kemudian membisikannya "Kamu pantas mati."
DUK!
Nichia sedang berada di kamarnya, mengambil gitar kayu yang sudah dipajangnya di kamar selama berbulan bulan tapi tidak pernah dia mainkan lagi,
Sambil memainkan jarinya di atas senar, dia mensenandungkan lagu itu
tell me why
ain't nothin' but a heartache
tell me why
ain't nothin' but a mistake
I never want to hear you say...
I want it that way...
Pikirannya berputar ke masa dimana dia menanyikan lagu itu bersama Heeseung. Di taman sekolah sehabis jam pelajaran usai.
Mereka memainkan gitanya bersama saat itu. Saat dimana Heeseung masih menjadi seseorang yang periang, tidak emosional, dan masih menjadi Heeseung yang dulu
Nichia menepuk pelan pipinya, kemudian berkata "Kamu tidak mencintainya lagi kan? Astaga..."
Tampa dia sadari, air mata sudah membasahinya, itu membuatnya seratus kali lebih merasa lemah
"Tidak... Aku tidak pantas mencintainya setelah apa yang aku perbuat."
Jake meringis kesakitan setelah beberapa kali dipukuli oleh seseorang, yang pasti bukan Sunghoon. Karena Sunghoon sudah tidak sadarkan diri.
"Siapa kamu!?" Tanya Jake dengan suara yang lantang.
Pemuda yang memukulinya tidak menjawab sama sekali, pemuda itu mengambil Sunghoon kemudian mengangkatnya ke punggungnya
"Kamu tidak perlu tahu."
"HEY KEMBALI SIALAN!"
Heeseung membalasnya "Jangan sakiti Sunghoon. Sekali lagi aku mendapatimu menyakitinya, jangan berharap aku tinggal diam untuk ini."
Heeseung berlari menggendong pemuda bermarga park itu tanpa memikirkan dirinya sendiri, karena tiba tiba saja hujan turun dan membasahi mereka,
Namun terdengar dari belakang suara teriakan lagi dari pemuda bermarga shim "Katakan padanya bahwa dia seorang pembunuh! Alysia seharusnya masih hidup kalau bukan karena dia!"
"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian berdua."
Sunghoon masih menyelimuti dirinya yang baru saja selesai membersihkan tubuhnya dari derasnya air hujan , dia menjawab ucapan Heeseung yang tadi "Aku bahkan lupa tentang dia."
"Ini semua tentang Alysia kan?"
"Ah! Sudahlah. Itu bukan hal penting. Alysia juga bukan siapa - siapa."
"Sunghoon, jawab aku. Apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Alysia? Kalian hanya mantan kekasih kan?"
"Iya, sudah kubilang berapa kali."
Heeseung masih tetap melajutkan pertanyaannya "Hubungannya dengan Alysia...?"
Sunghoon menghela nafasnya kemudian mengacak surai hitamnya dengan kasar "Aku tidak ingin membahasnya dulu. Aku butuh istirahat. Kamu mau bertanya? Tanya semuanya ke Nichia. Aku harus tidur."
Park Sunghoon berjalan duluan meninggalkan Heeseung yang termenung disana, sebenarnya ada apa ini?
chia
ayo betemu besok
ada banyak hal yang harus
aku tanyakan
21.03
Heeseung dan Sunghoon pergi kesekolah lagi seperti biasanya, mereka berangkat bersama namun kali ini ada rasa yang berbeda.
Biasanya hari mereka berdua selalu disambut dengan wajah ceria dan banyak cerita - cerita hangat, tapi mungkin ini semua perihal kejadian yang kemarin
Sunghoon terlihat sedih dan Heeseung juga tidak mau menganggunya dengan menyanyakan banyak hal. Itu akan membuatnya merasa risih,
Heeseung memilih untuk diam saja dan duduk di bangkunya sendiri sambil memutar lagu kesukaannya melalui earphone
"Tell me why
Ain't nothin' but a heartache
Tell me why
Ain't nothin' but a mistake"
Dia melantunkan lagu itu sambil terdiam dan termenung, menikmati setiap kata yang ada di lagu tersebut.
"Now I can see that we've fallen apart
From the way that it used to be, yeah
No matter the distance
I want you to know
That deep down inside of me"
Heeseung menghembuskan nafas beratnya lagi... "Astaga. Aku teringat Nichia lagi..."
"HEESEUNG!"
Seseorang memanggilnya dari pintu kelas sambil meneriaki nama Heeseung,
Sang empunya nama pun tersadar dan menanyakan apa yang terjadi "Ada apa?"
"Orang tuamu datang ke sekolah. Masalahmu dan Sunghoon akan jauh lebih berat daripada sebelumnya."
janneth
baiklah, aku tambahin jake lagi ke cerita ini. hehe figuran aja kok, gak banyak muncul.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro