hampir menemukan jawabannya
"Kamu tidak apa berangkat kerja sekarang?" Tanya Nichia dan Sunghoon kepada Heeseung.
"Tidak masalah. Lagipula aku sudah berjanji akan bekerja disana mulai hari ini."
"Tapi ini sudah malam, kamu bisa terlambat pulang jika begini." Ucap Sunghoon dengan segala kekhawatirannya.
"Hei. Ayolah, aku bisa sendiri. Lagipula aku sudah biasa pulang larut malam. Kutemui kalian besok." Ucap Heeseung dengan senyumnya serta menampilkan deretan giginya yang rapi.
"Sampai bertemu besok! Hati - hati, Heeseung!"
Heeseung perlahan mulai hilang dari pandangan mata mereka, pertanda bahwa dia akan menuju ke toko bunga iu. Untuk pertama kalinya dalam sebulan penuh ini.
Sang pemuda Lee menapakkan kakinya di lantai toko bunga, tidak lupa menciptakan bunyi derapan kaki disana.
"Selamat malam, bu." Sapanya dengan senyum yang tidak luntur.
Sang ibu pemilik toko itu terheran "Heeseung? Kamu kembali bekerja?"
"Ah... Iya bu. Maaf saya tidak pernah memberi tahu. Tapi ada banyak hal yang harus saya urus jad—"
Belum sempat si pemuda menyelesaikan kalimatnya, si ibu pemilik toko bunga langsung berkata "Iya iya baiklah, aku akan mendengarkan ceritamu nanti. Sekarang aku butuh bantuanmu."
Sang pemilin toko berkeliling sekeliling toko untuk mencari sebuah bunga, sementara Heeseung hanya kebingungan "I... Ibu mau cari apa? Saya bantu."
"Bunga Peony. Karena kamu tidak ada beberapa saat ini, pelanggan bunga Peony kita harus menunggu."
"Ah! Bunga yang ini kan, bu?" Tanya Heeseung setelah menemukan buket bunga peony yang biasa dia antarkan.
"Nah iya! Itu dia bunganya! Tolong segera antarkan ke rumah yang biasa. Mereka menunggumu."
"Oh... Begitu.... Baiklah bu." Ucapnya sambil memegang buket itu.
"Apa lagi yang kamu tunggu? Ayo segeralah kesana!"
"Ah! Iya iya baiklah! Saya pinjam sepedanya ya bu." Ucapnya dengan terburu - buru dan segera menaiki sepedanya.
Heeseung memang terburu - buru, tapi senyum itu masih belum luntur dari wajahnya. Mungkin alasan senyum itu terukir adalah ia yang merindukan masa - masa dimana Heeseung bekerja lagi seperti ini.
TOK!
TOK!
"Nek! Saya Heeseung! Ingin mengantar bunga peony!" Serunya selembari mengetuk pintu itu.
Kriett...
Pintu itu terbuka, tetapi seperti biasa bukan nenek itu yang membukanya, wanita itu lagi yang membukanya,
"Sudah berapa kali kubilang jangan memanggilku dengan sebutan nenek? Aku masih muda, kamu tahu?" Protes wanita yang biasa membukakan pintu untuk Heeseung setiap ia mengirimkan bunga.
"Ah iya maaf." Heeseung menunduk meminta permohonan maaf kemudian kembali melanjutkan kalimatnya "Aku ingin mengantar pesananmu."
Direbutnya bunga itu dari tangan Heeseung kemudian dia memberi sejulah uang "Terima kasih. Lain kali kamu harus siap untuk mengantar bunganya. Kamu tahu dalam sebulan ini aku tidak bisa membelinya sama sekali?"
"Ah... Iya. Maaf itu karena aku tidak bekerja selama sebulan ini."
"Baiklah, selamat malam dan terima kasih." Ucap sang perempuan.
Heeseung membalas "Sama - sama." Kemudian ia menatap mata wanita itu, berkontak mata dalam sekejap.
Si wanita ingin menutup pintunya, namun beberapa saat kemudian Heeseung kembali membuka suara,
"Tu... Tunggu."
"Ada apa lagi? Kali ini bayarannya masih kurang?" Tanya si pemilik rumah dengan sarkas.
"Bu... Bukan itu... Aku hanya ingin memastikan sesuatu."
"Apa? Ayo cepat! Ini sudah malam, kamu tahu itu." Paksanya segera agar ia bisa segera meninggalkan tempat itu.
"Mungkin... Kamu seseorang yang aku kenal... Aku yakin aku pernah mengenalimu."
"Apa hah? Karena aku mirip dengan perempuan yang kamu kenal itu? Astaga... Aku lupa namanya, iya intinya wanita yang kamu kenal itu. Dengar! Aku tidak ada hubungan apapun denganmu. Bahkan aku tidak tahu margamu dan aku tidak pernah melihatmu... Jadi tolong jangan kaitkan aku dengan siapapun yang kamu kenal aku han–"
"Ka... Kamu Alysia kan...?"
"Aku izin pergi, aku akan datang lebih cepat dari biasanya." Pamit si pemuda Lee kepada kedua orang tuanya.
Tidak ada jawaban. Seperti biasa. Lagipula memangnya Heeseung perlu jawaban? Sudah biasa dia tidak ditanggapi oleh kedua orang tuanya.
Heeseung melangkahkan kakinya keluar rumah, ketika hendak menutup pintunya, dia kembali selangkah masuk ke dalam,
"Hei! Heeseung!"
Heeseung sedikit terkejut ketika melihat seorang perempuan berusia cukup tua memanggil namanya, siapa lagi jika bukan ibunya sendiri?
"Ada apa bu? Cepat. Aku akan segera berangkat ke sekolah." Ujar Heeseung dengan acuh.
Sang ibu hari ini tersenyum dengan sangat lebar, beda dengan biasanya yang selali menunjukkan wajar murung kepada sang putra, "Mungkin hari ini kamu bisa pulang cepat, ibu minta tolong boleh?"
"Apa?"
"Begini... Selamam ibu berbicara dengan ayahmu. Eumm... Sepetinya dia ingin segera bertemu dengan Nichia. Itulah pacarmu itu."
"Hah? Kalian gila? Aku tidak akan membawa perempuan kerumah ini."
"Ayolah Heeseung! Kami penasaran dengan wanita itu. Bagaimana dia sehingga bisa mendapatkan hatimu kembali? Bukankah itu menarik?"
Heeseung terburu - buru, jadi tanpa berfikir panjang, ia hanya mengangguk setuju saja "Iya iya. Aku harus berangkat sekarang."
"Jangan lupa bawa Nichia kemari! Aku ingin mengajaknya makan malam!"
"Kapan Sunghoon kembali?" Tanya Jay kepada Heeseung ketika si lelaki Lee tiba disekolah.
Heeseung menjawab pertanyaan itu "Mungkin besok. Aku rasa hari ini dia akan bersiap - siap dulu. Memangnya kenapa?"
"Aku hanya ingin memastikan. Karena setauku nomor absennya sudah sempat di hapus oleh sekolah. Astaga... Memang dia sangat merepotkan."
"Huh... Ini semua karena anak yang bernama Shim Jake itu. Dia membuat onar semuanya sampai menyebabkan Sunghoon masuk rumah sakit."
"Ha....h? Siapa kamu bilang tadi? Shim Jake?" Tanya Jay sekali lagi untuk memastikan ucapan Heeseung yang sebelumnya.
Heeseung mengangguk "Iya si Jake itu. Dia sangat merepotkan. Kudengar mereka ada masalah disaat mereka masih berada di sekolah menengah. Masalah perempuan."
"Oh iya, memang mereka dari jaman sekolah menengah dulu selalu merebutkan Alysia." Balas Jay sambil meminum cola yang berada di tangannya.
Heeseung membuka matanya lebar - lebar "Ah iya! Kamu kan dulu satu sekolahan bersama dengan mereka. Berarti kamu kenal dengan Alysia kan?"
Jay mengangguk "Hmm... Tentu saja aku kenal Alysia. Dia pacar Sunghoon dulu."
"Nah! Pas sekali. Aku ingin bertanya tentang Alysia. Memang benar mayatnya sampai sekarang tidak pernah ditemukan?"
"Ah... Masalah mayatnya memang tidak ada yang tahu keberadaannya. Kematian Alysia pun juga sebenarnya masih janggal."
Lanjut Jay "Karena sebenarnya orang menyebut kematian Alysia karena memang sudah tidak pernah menemukan mayatnya. Keluarganya sudah berusaha sebaik mungkin. Tapi tidak kunjung menemukan tubuhnya."
"Karena sudah melaksanakan pencarian selama seminggu dan dia tidak ditemukan, jadilah mereka menutup status Alysia. Mereka putus asa dan memutuskan untuk membuat status Alysia... Status kematian dan jazadnya tidak ditemukan sampai saat ini." Ucap Jay dan segera mengakhiri kalimatnya.
Sorot mata Heeseung menjadi serius, dia yakin ada sebuah alasan mengapa dia bisa bertemu dengan wanita yang sangat mirip dengan Nichia kemarin malam,
"Bagaimana jika aku mengumumkan Alyisa itu masih hidup? Karena nyatanya, aku tahu keberadaannya."
janneth
maaf ya aku kira jay akan sedikit perannya, ternyata lebih banyak dari yang aku kira. tapi tidak masalah. jangan lupa tinggalkan vomet kalian!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro