Chapter 9
Miranda's PoV
Aku menyipitkan kedua mataku, sekeras apapun kepalaku berpikir, reaksi yang Pak Park lakukan itu aneh.
Tadi waktu aku menanyakan apa aku dengannya pernah kenal sebelumnya, dia tiba-tiba tertawa lalu menjawab tidak dengan cepat.
Apa maksudnya?
"Oi, Payne. Kita akan rapat sebentar lagi, jangan bengong terus!" sahut Woo Shik.
"Ya," balasku dengan malas. Rapat tentang apa lagi kali ini? Ah, ini semua membuatku tambah pusing.
Ini bukan pertama kalinya aku menghadiri rapat di perusahaan ini. Sejak aku masuk ke perusahaan ini--tepatnya seminggu yang lalu--mereka sudah mengadakan rapat sebanyak 2 kali. Dan ini adalah yang ketiga kalinya.
Aku memasuki ruang rapat. Oh, ternyata aku yang masuk terakhir. Semuanya sudah ada di sini. Kenapa mereka semua sangat cepat dan terlihat tidak lelah?
"Miranda, silahkan duduk." Bu Seo bersuara, aku mengangguk dan duduk di sebelah Woo Shik.
"Kali ini kita akan mengevaluasi hasil kerja kita selama sebulan terakhir," jeda Pak Jin. "Dan pengumuman project terbaru kita."
Pak Jin berbicara sejumlah kata untuk memperbaiki kinerja kita semua dan bagaimana strategi kita untuk di masa yang akan datang. Lalu tiba saat pengumuman project baru yang tadi sudah dikatakan Pak Jin sebelumnya.
"Ini brand terbaru dari Chants Corp. mereka sudah mengirimi produk-produk barunya." Pak Jin memberikan tampilan gambar-gambar dari produk-produk yang disebutkan tadi.
Chants Corp. adalah perusahaan yang sangat terkenal di Korea. Dia seperti Channel tetapi ini milik Korea. Yang kutau, perusahaan kita memang sudah lama bekerja sama dengan Chants Corp. dan model atau idol di sini menjadi brand ambassador yang mewakili produknya itu.
Aku melihat ke arah layar yang menunjukan baju dan segala aksesoris dari brand tersebut. Wah, bajunya bagus-bagus.
"Kali ini, kurasa yang cocok dengan style seperti ini adalah Raymond, bukan?" ujar Pak Jin.
"Raymond? Hm, saya tidak yakin. Mungkin style itu memang cocok di Raymond, namun mustahil dia memgambil kesempatan ini. Bapak tau sendiri, dia sibuk dengan dunia acting dan belum lagi dia sudah mewakili banyak sekali brand di luar sana," ucap Woo Shik, mengutarakan pendapatnya.
"Benar juga, tapi kalau kita bisa membujuk Raymond agar bisa menjadi brand ambassador ini, perusahaan kita akan mendapat profit yang besar, bukan?" Bu Seo ikut berpendapat.
Kurasa semuanya berpendapatan kecuali aku.
Aku hanya memainkan pulpen yang ada di tanganku dan mendengar perdebatan antara Woo Shik dan Bu Seo.
"Miranda, bagaimana pendapatmu?" ujar Bu Seo kesal karena sampai ujung, Woo Shik tidak ingin mengalah.
"Eh? Saya..."
apa yang harus kujawab?
"Um, mungkin memang lebih baik jika Raymond yang--"
"Tuh, dengar! Bahkan Miranda saja berkata seperti itu, kau ini sudah lama di sini tapi masih saja seperti anak baru yang tidak tau apa-apa," sindir Bu Seo.
Woo Shik menahan napasnya sangking kesalnya dengan Bu Seo.
"Sudah, sudah," ujar Pak Jin menengahi mereka berdua. "Miranda, jika kau berpendapat seperti itu, lalu kurasa kau mempunyai solusi untuk masalah ini bukan?" lanjutnya.
Eh? Aku hanya berkata seperti itu karena jika aku berpihak ke Woo Shik maka semuanya malah akan berantakan, ternyata tebakanku salah.
"Ya, kalau begitu kau yang harus menangani project ini." Woo Shik tiba-tiba melontarkan senyuman liciknya.
Aku melihat Woo Shik sinis. Tapi semua orang terlihat mengangguk setuju bahkan Bu Seo saja setuju dengan pernyataannya Woo Shik kali ini.
Apa ini? Kalau begitu aku tidak bisa melawan pernyataan Pak Jin kalau semua orang sudah bulat keputusannya.
"Um, baiklah. Project ini, saya yang akan tanggung jawab." dengan terpaksa aku mengatakan itu. Karena jika aku mengelak juga tidak akan ada jalan keluar lain.
Semua orang di ruangan langsung tersenyum.
"Baiklah. Terima kasih, Miranda. Kalau begitu, mari kita sudahi rapat ini," ujar Pak Jin.
Aku menghirup napas lega. Tapi belum sempat aku menghelakan napasku, Pak Jin kembali bersuara.
"Ah, iya. Hampir saja lupa. Kalau tidak salah, Raymond akan membuat film tentang masa kehidupannya, apa namanya? Film biografi? Documentary? Itulah namanya. Miranda, aku ingin kau memastikan Raymond memakai produk yang kita sarankan di film tersebut. Nanti datanya akan kukirim lewat email ya," ujar Pak Jin.
Napass yang tadi kuhirup, tidak jadi kukeluarkan. Kenapa tugasku menjadi menumpuk begini?
"Kalau begitu, selamat sore. Silahkan kembali ke meja masing-masing." Pak Jin keluar dari ruang rapat lalu diikuti oleh Bu Seo.
"Semangat, Payne!" sahut Woo Shik. Aku tau dia sekarang sedang menertawakanku karena kebodohanku tapi mau gimana lagi?
Kalau begini ceritanya, kapan aku mau menelusuri masa laluku?
~~~
Aku berjalan ke ruangan manager Raymond untuk menginformasikan apa yang telah tadi sudah dirapatkan oleh timku.
"Permisi," ujarku. Mataku melihat ke kanan dan kiri. Kosong.
"Ya? Ada apa?" sahut seorang perempuan cantik dengan senyuman ramahnya.
Aku membalas senyumannya. "Raymond dan managernya sedang tidak ada ya?" tanyaku sopan.
"Ah, iya. Mereka lagi ada di lokasi syuting," jawabnya.
"Hm, kira-kira kapan dia kembali ke kantor?"
"Um, biasanya sehabis aktingnya selesai, Raymond tidak ingin kembali ke kantor dan langsung pergi ke rumah. Begitu pula dengan managernya."
Hah? Enak banget kerjaannya cuma akting lalu pulang?
"Kalau kau mau, kembali saja besok," lanjut perempuan itu.
Besok? Tapi tadi sebelum aku kesini Pak Jin meminta laporannya hari ini selesai. Ah, bagaimana ini?
Pikir Miranda...
Pikir...
Karena aku terlalu hanyut dengan pikiranku yang memikirkan solusi cepat untuk masalah ini, perempuan itu malah izin kembali ke ruangannya.
"Kalau begitu, aku kembali--"
"Tunggu, tunggu. Apa kau tau Raymond sekarang sedang syuting di mana?"
~~~
Aku sampai ke lokasi yang diberitaukan oleh perempuan tadi. Di sini suasananya sangat ramai, aku bisa melihat Raymond sedang berakting adegan yang sangat serius. Ia memakai jaket kulit dan jeans ketat. Kuakui, pakaian itu sangat cocok dengannya.
"Maaf, apa kau mempunyai izin untuk masuk ke lokasi syuting?" tanya seseorang, kurasa dia security di sini.
"Eh? Ya, aku salah satu karyawan di RD Entertainment," jawabku sambil menunjukan kartu identitas kantorku.
Dia mengangguk dan menundukkan kepalanya, salam hormat lalu pergi. Aku kembali melihat ke arah Raymond yang masih berakting. Wah, dia kalau sedang berakting terlihat sangat menganggumkan. Aku menggelengkan kepalaku. Tentu saja, dia terlihat keren, dia adalah seorang idol papan atas.
"Miranda? Kau Miranda Payne, bukan?" ujar seseorang di belakangku. Aku menolehkan kepalaku. Wajahnya tidak asing, kurasa ini adalah managernya Raymond.
"Ya, Pak. Saya di sini--"
Dia terkekeh. "Jangan terlalu sopan denganku, panggil saja namaku, Seo Joong," ujarnya sambil tersenyum. "Ah, tadi perusahaan sudah menelpon, kau akan memberikan produk baru itu bukan? Tunggu di ruang tunggu saja, sebentar lagi Raymond selesai."
"Baiklah, Pak." aku membungkukkan kepalaku dan berjalan ke ruang tunggu yang tadi disebutkan.
Baru 5 menit aku duduk di sofa yang super empuk itu, tiba-tiba pintu terbuka dan orang yang kutunggu-tunggu pun masuk. Reflek, aku langsung berdiri dari tempat dudukku.
"Miranda?" gumamnya. "Kau yang menangani projek baru?" tanya Raymond sambil membuka jaket kulitnya.
"Hm," aku mengangguk.
"Baiklah. Mana produk baru yang ingin kau tunjukkan?" dia langsung menanyakan ke topik inti.
Aku bergerak cepat dan mengambil map yang isinya foto-foto produk baru itu.
"Ini," ujarku sambil membuka mapnya dan menunjukkan gambar-gambarnya.
Ia berjalan mendekatiku dan duduk di sofa. Aku pun mengikutinya.
Dia mengambil mapku dan melihat-lihat. "Tidak ada yang menarik," komennya lalu membuang mapnya.
Aku menatapnya tidak percaya. "Apa yang kau lakukan? Apa kau tau betapa penting projek baru ini untukku?"
Aku mengambil map itu. "Lagi juga, ini produk bagus--"
"Aku tidak suka."
Aku kehabisan napas untuk berbicara dengannya. Sekarang aku mengerti kenapa Woo Shik tadi menertawaiku.
"Ini produk terbaru dari mereka. Casual, elite style, bukankah ini sedang trend sekarang?" ujarku.
"Aku bukan orang yang mengikuti trend, tapi aku lah yang membuat trend itu terjadi," balasnya dengan percaya diri.
"Jika kau menjadi perwakilan dari brand ini, pasti kau akan mendapat lebih banyak fans lagi lalu kau juga mendapatkan produk ini secara gratis dan jaminan--"
"Miranda," panggilnya tiba-tiba.
"Apa kau sekarang sedang berdebat denganku?"
"Eh? Tidak--"
"Kau beneran berubah. Seperti... orang yang benar-benar berbeda," jedanya lalu mendekati wajahnya ke wajahku. "Aku suka perubahan ini."
"Hah? Kan sudah kubilang waktu itu, semua orang pasti akan berubah--"
"Baiklah, aku terima produk itu. Dengan syarat, kau harus menemaniku makan malam."
~~~
Kepanjangan engga sih chapter ini? Gatau kenapa tapi engga bisa berenti nulis:(
komen ya guyss gimana pendapat kalian tentang chapter ini! thank you!
March 20, 2020
Indonesia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro