Chapter 10
Aku melirik ke arah Raymond yang sedang memakan sushinya dengan aman dan tentram. Tidak kusangka aku akan menuruti ucapannya, lagi.
Waktu itu ke pantai, sekarang ke restoran fancy, selanjutnya akan kemana? Tidak, tidak. Ini harus yang ke terakhir kalinya. Aku tidak punya waktu untuk bermain-main dengannya lagi.
"Apa yang kau lakukan? Kau tidak makan?" tanya Raymond dengan mulutnya yang masih penuh dengan makanannya.
Aku memutarkan kedua bola mataku. "Aku tidak suka makan sushi."
"Hm, kenapa?"
"Tidak suka aja."
Raymond sepertinya tidak peduli dengan omonganku. Malah dia mengambil porsiku yang tadi ia pesan sendiri dan memakannya.
Setelah dia selesai makan, aku baru ingat tentang film documentary itu.
"Raymond," panggilku. Dia yang sedang membersihkan bibirnya langsung menoleh ke arahku.
"Hah?"
"Film documentary itu, apa kau yakin tidak ingin memakai tim kita untuk mengurus bajumu?" tanyaku.
"Nope," jawabnya enteng.
Tapi tiba-tiba ia berhenti melakukan aktivitasnya yang lagi membenarkan rambutnya.
"Eh, tapi... kalau timmu yang mengurus keperluan baju, itu artinya kau akan di lokasi saat aku syuting?" tanyanya.
"Mungkin."
"Kalau begitu, bagus. Aku akan bilang managerku untuk memakai timmu untuk filmku nanti."
"Serius?"
"Ya."
Aku menyipitkan kedua mataku. Masa iya segampang ini? Batinku. Ah, sudahlah tidak penting. Yang penting sekarang tugasku sudah selesai dan aku hanya tinggal memberikan laporannya ke Pak Jin---
Tunggu, tunggu. Tadinya Pak Jin bilang laporannya harus diberikan kepadanya hari ini. Mati aku. Sudah jam berapa ini?
Aku melihat ke arah jam tanganku. Masih jam 8 malam, Pak Jin biasanya masih ada di kantor jam segini.
Dengan cepat, aku beranjak dari kursiku dan buru-buru keluar dari restoran itu.
"Eh? Miranda! Aish, kenapa kau selalu pergi tanpa bilang-bilang, sih?" teriak Raymond.
Aku pura-pura tidak mendengar perkataannya dan terus berlari hingga keluar dan mencari taksi.
"Oi!"
Aku melihat Raymond sudah menaiki mobilnya.
"Naiklah!"
Karena sepertinya taksi tidak akan datang dalam waktu dekat, akhirnya aku masuk ke mobilnya.
~~~
Dengan tergesa-gesa aku memencet tombol lantai ke 4. Semoga Pak Jin masih ada di kantor.
Sesampainya aku di lantai 4, aku langsung berlari ke meja Pak Jin. Untung saja, dia masih ada di kantor.
"Ini, Pak,"ujarku sambil mengatur napasku.
Pak Jin terkekeh. "Kau berlari?"
"Ya, tadi saya hampir lupa untuk memberikan laporan ini." aku tersenyum.
"Baiklah, Raymond setuju menandatangani kontraknya?" tanya Pak Jin.
Aku mengangguk. Setelah berbicang singkat, aku pun permisi untuk pulang. Sebenarnya aku juga tidak langsung pulang, tapi lagi-lagi aku akan mampir ke sekolah SMA-ku dulu.
Tadi Raymond bilang dia balik duluan jadi sekarang aku sendiri mencari taksi. Aku menunggu sekitar 15 menit lalu baru ada taksi yang lewat. Dengan cepat, aku memanggilnya dan naik ke taksi tersebut.
Setelah sampainya aku ke sekolah SMA itu, aku kembali melihat kanan dan kiri. Siapa tau ada orang di sini. Ini sudah kedua kalinya aku ke sini tapi kenapa belum ada percikan memori? Kenapa aku belum mengingat apa yang terjadi?
"Lho? Kau... Miranda, bukan?" suara seseorang tiba-tiba terdengar. Aku pun langsung menoleh.
Ternyata seorang penjaga sekolah. Ia sudah terlihat tua--tunggu tadi dia memanggil namaku, bukan? Jangan-jangan ia dulu mengenalku?
"Eh? Bapak kenal saya?" tanyaku sambil menatap bapak itu dengan penuh kebingungan dan harapan.
"Wah, benar ternyata. Kau Miranda. Apa kabar? Wajahmu masih sama dengan yang dulu. Tidak berubah sedikit pun," pujinya.
Aku tersenyum bahagia sampai ingin menangis. Akhirnya, aku menemukan seseorang yang bisa membantuku ingat akan masa laluku.
"Bapak bagaimana bisa kenal dengan saya?"
Bapak itu tertawa. "Tentu saja aku kenal dengamu, semua orang di sekolah ini dulu sangat mengenalmu."
Semua orang mengenalku? Aku? Apa dulu aku popular dan termasuk ke anak-anak hitz?
Aku ikutan tertawa dengan bapak itu. "Kenapa semua orang mengenalku, pada saat itu pak? Apa aku melakukan kesalahan?"
"Ah, tidak. Kau tiba-tiba menjadi terkenal sejak bersama dia."
Dia?
Dia siapa?
"Masa kau tidak mengingatnya? Gm, siapa ya namanya?" dia terlihat sedang berpikir. "Aku sudah lupa siapa namanya. Maklum sudah tua," ujarnya ramah sambil tertawa.
Aku menggaruk belakang kepalaku. Bapak ini bisa menjadi kunci jawabanku kenapa aku bisa berakhir dengan kecelakaan itu. Tapi, kurasa sia-sia. Dia sudah tua. Tidak mungkin masih mengingat kejadian bertahun-tahun yang lalu secara detail, bukan?
Tapi lagi-lagi aku penasaran dan mencoba untuk bertanya saja.
Sebelum aku bertanya, Bapak itu sudah menanyakan hal lain kepadaku.
"Miranda, waktu itu kenapa kau tiba-tiba pindah dari sekolah ini?" tanyanya.
Apa? Dia tidak tau kenapa aku pindah? Tentu saja aku pindah karena kecelakaan bodoh itu yang membuat hidupku hancur dan tidak teratur itu.
"Bapak tidak tau kenapa saya pindah?"
"Waktu itu sih, ada kabar burung kalau ada kasus perusahaan besar yang melibatkan sekolah ini, namun kurasa itu tidak ada hubungannya dengan kepindahanmu, bukan?" dia tersenyum ramah.
Kasus perusahaan besar?
"Kasus apa maksudnya, Pak?"
"Aku juga tidak tau detailnya karena pihak sekolah merahasiakannya rapat-rapat. Bahkan murid-murid juga tidak tau."
Jadi pelaku kecelakaan itu kemungkinan adalah seseorang yang berhuhungan dengan perusahaan besar? Apa dia pemiliknya? Atau pewarisnya?
"Aduh! Sudah jam segini. Aku lupa kasih makan anjingku di pos. Kalau begitu, aku duluan ya, Miranda." bapak itu langsung berlari dan meninggalkanku sendirian.
Belum sempat aku menanyakan siapa nama bapak itu tapi dia sudah pergi. Namun, informasi darinya lumayan untuk membuka jalan menuju masa laluku.
~~~
Aku kembali menguap. Tadi malam aku membuat sejumlah tulisan di bukuku dan berusaha untuk menyambungkan teka-teki akan masa laluku. Tapi teka-teki itu masih belun bisa disambung. Masih ada yang menghilang. Sekeras apapun aku berusaha mengingat kejadian itu, aku tidak ingat apa-apa.
Aku berjalan memasuki gedung perusahaanku. Seperti biasa, aku masuk 5 menit lebih awal. Hari ini terlihat lebih ramai dari pada biasanya.
Tiba-tiba aku merasa aura-aura aneh yang menatapiku. Saat aku melihat ke sekelilingku, karyawan-karyawan di sini sedang menatap sinis ke arahku dan terlihat seperti sedang membicarakanku.
Apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh dengan wajahku?
Aku pun mengambil ponselku yang berada di saku mantelku dan berkaca. Tidak ada yang aneh.
"Payne!" panggil seseorang.
Tanganku langsung ditarik oleh orang yang memanggilku. Aku terkejut dengan serangannya secara tiba-tiba. Ternyata Woo Shik yang memanggilku dan menarik tanganku.
Aku menghempaskan tangannya. "Apa sih? Ada apa?" omelku kesal.
"Yak, kau tidak mengecek ponselmu? Kau tidak membuka sosial mediamu?" balasnya dengan nada rendah dan datar.
"Eh? Tidak, tadi malam aku sibuk dengan..." aku menggantungkan ucapanku dan langsung mengecek ponselku.
Tanganku reflek langsung menutup mulutku yang menganga dan mataku membulat sempurna.
"Siapa yang membuat berita bodoh seperti ini?" gumamku kesal.
"Artis papan atas yang kita kenal dengan Raymond sedang bermakan malam dengan kekasihnya" itu lah judul beritanya.
Di bawah judul itu, ada foto aku--dengan wajah di blur--dengan Raymond yang sedang makan di restoran kemarin.
Ini gila. Bagaimana bisa berita ini tersebar? Bukankah kemarin Raymond bilang tidak akan ada yang tau keberadaannya jika ia makan di restoran itu?
Aku menjambak rambutku. Ah, menyebalkan sekali. Kenapa malah semuanya semakin berantakan? Sebelumnya hanya ada gosip antar karyawan, sekarang seluruh dunia tau? Yang benar saja!
"Uh?" gumam Woo Shik saat mengecek ponselnya. Perhatianku langsung teralih dan langsung menanyakannya ada apa lagi.
"Pak Park mencarimu. Kau di instruksi untuk langsung ke lantai atas," ujarnya.
Aku menghela napasku sambil menutup mataku. Pasti Pak Park akan sangat marah. Bagaimana tidak? Foto ini bisa-bisa membuat saham perusahaannya menjadi turun drastis.
Aku tidak mungkin dipecat hanya karena berita bodoh ini, kan?
~~~
alohaa~
gimana kegiatan #dirumahsaja nya?
tbh, bosen bangett ya ga sih? tapi enak sih bisa spend time more sm keluargaa~
jadi gimana pendapat kalian tentang cerita ini sejauh ini?
komen yaa! love you, guysss.
Maret 21, 2020
Indonesia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro