Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

9. Mas Joki


Hai, hai, hai!

Absen hadir dulu sebelum ketemu Eiji!!!!

*****

"Iya, Bu. Nanti Abang kirim buat bayar cicilan. Kebetulan lagi rame klien."

Setelah mendapat jawaban dari sang ibu, Reiji pun mematikan sambungan telepon mereka. Sama seperti biasanya, setiap kali selesai mengobrol dengan Nania–ibunya–pasti akan ada helaan napas panjang yang meluncur bebas dari bibirnya. Pusingnya semakin menjadi-jadi. Sosok orang tua yang selalu dijadikan benteng pertahanan setiap anak, itu tidak berlaku untuk Reiji. Bahkan sejak dia masih duduk di bangku TK.

Reiji kembali menatap layar laptop yang menyala di hadapannya. Sudah tiga jam lamanya dia duduk di kursi belajar. Waktu juga sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Namun, waktu istirahat sepertinya tidak berlaku untuknya malam ini. Banyak mahasiswa yang mengajukan joki tugas kepadanya dengan deadline yang saling bertubrukan. Hal itu membuat Reiji ingin berteriak kencang untuk melampiaskan semua beban yang berkecamuk di kepalanya. Meski memiliki tim untuk mengerjakan tugas di mata kuliah jurusan dan fakultas lain, tapi tetap saja jumlah mahasiswa dari jurusan manajemen sangat tidak sedikit yang joki kepadanya.

Baru saja jemari Reiji sudah siap untuk berselancar di atas keyboard, sebuah notifikasi pesan masuk di ponselnya berhasil membuat niatnya urung. Karen Reiji tahu kalau pesan itu berasal dari klien-nya, dia pun bergerak cepat untuk mengeceknya. Dan benar saja, ada sebuah nomor baru di WA bisnisnya yang mengirimkan pesan kepadanya.

083xxxx:

Halo, Mas. Open joki tugas, ya?

Reiji dengan cepat mengetikkan balasan di sana.

Iya..

Kalau deadline besok jam 9 malem, bisa ga Mas?

Reiji mengumpat pelan setelah membaca itu. Sejujurnya, dia ingin menolak joki-an tugas dengan deadline cepat seperti ini. Namun, mau bagaimana lagi? Dia butuh uang dari klien-klien menyebalkan itu.

Bisa. Tugasnya apa dulu?

Dari jurusan apa dan semester berapa?

Bikin paper aja, Mas. Lima halaman doang.

Manajemen keuangan sem 1.

Saya kirim ya, tugasnya.

Okee

Reiji kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Lalu dia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Bekerja dengan otak ternyata cukup melelahkan dan menguras pikiran sekaligus tenaga. Hari demi hari yang selalu terasa melelahkan ini sudah membuat Reiji sangat bersyukur karena setidaknya dia bisa sedikit memperbaiki ekonomi keluarganya.

Awalnya, Reiji memang hendak kembali fokus dengan pekerjaannya, tapi setelah merasa ada kejanggalan pada nomor yang mengirimkan pesan padanya tadi, dia sontak mematung. Foto profil nomor WA orang tersebut terasa tidak asing di ingatannya.

*****

"Baru seminggu jadi maba udah joki tugas aja lo!" Danu masih belum berhenti memaki Aeris sejak tadi. Seminggu ini, dia juga heran karena perempuan itu terlihat tidak niat selama proses perkuliahan. Bahkan, Danu juga beberapa kali memergoki Aeris ketiduran di kelas.

"Punya uang jajan, daripada dipakai buat beli makanan, mending buat bayar joki." Aeris menjawabnya dengan santai sambil mengajak bermain seekor kucing kampus yang berkeliaran di sekitar mereka.

"Ris, Ris, harusnya nggak boleh gitu. Tadi aja lo nggak nyatet sama sekali, padahal yang lain pada serius," timpal Dania. Sebagai teman yang baik, dia terus mengingatkan Aeris untuk fokus kepada penjelasan dosen selama kelas pagi tadi. Namun, temannya itu terus menyepelekannya.

Aeris mengembuskan napas kasar. Akhirnya, dia pun bangkit dari jongkoknya kemudian ikut duduk bersama Danu dan Dania di pendopo jurusan yang biasa digunakan para mahasiswa untuk berkumpul. "Kenapa, sih? Kayaknya pada khawatir banget...."

"Gimana nggak khawatir? Jangan mentang-mentang kita masih maba bisa bebas seenaknya. Inget nggak sesusah apa lo masuk ke sini? Kenapa nggak digunain baik-baik? Bahkan ada banyak orang di luaran sana yang pengen banget masuk HARNUS," seloroh Dania menjelaskan maksudnya. Meski tahu bahwa mereka baru saja kenal, tapi dia bukan tipikal orang yang bodo amat dengan sekitar. Dia akan bawel untuk mengarahkan teman-temannya agar tidak terjerumus ke hal-hal yang memberikan dampak buruk.

"Nah, bener, tuh, Ris. Temen gue aja sampai galau berminggu-minggu karena nggak lolos di sini," imbuh Danu.

Untuk sejenak, Aeris terlihat diam saja dengan pandangan yang menatap lurus ke depan. Tatapan kosong itu sebetulnya menyiratkan banyak kesedihan. Sayangnya, orang lain tidak akan mengerti. Merelakan impian yang selama ini dia agung-agungkan ternyata bukanlah perkara yang mudah. Harusnya, dia tidak menginjakkan kakinya di gedung ini. Harusnya, bukan FEB yang menjadi tempatnya untuk menuntut ilmu, melainkan fakultas hukum yang berdiri gagah, tepat di hadapan fakultas ini.

"Iya, nanti gue lagi beradaptasi aja di lingkungan baru." Pada akhirnya, hanya kalimat itu yang mampu Aeris lontarkan sebagai jawaban. Dia tidak akan bisa mengungkapkan apa yang tengah dia rasakan secara gamblang kepada orang lain.

"Eh, tapi, Ris... gue sering denger kalau dosen tuh suka nanya-nanya ke jasa joki. Dari kampus mana, jurusan apa, kayak gitu-gitu. Makanya gue kalau mau joki tuh mikir ulang dulu," ucap Dania yang membuat Aeris terbatuk-batuk tanpa sebab.

"Serius lo?" tanya Aeris dengan wajah kaget bukan main.

"Iya, serius. Kata kakel gue dulu. Tapi nggak tahu bener apa enggak. Cuman, ya... buat jaga-jaga aja."

"Selain belum tentu hasil pengerjaannya bener, reputasi lo bisa terancam, Ris, kalau dosen tahu. Terus dikurangin nilai lo." Danu ikut-ikutan mengompori.

"Lo berdua mah kerjaannya nakut-nakutin gue mulu!" gerutu Aeris kesal. "Mana ada yang begituan. Dosen nggak segabut itu buat ngecek."

"Nggak ada yang nggak mungkin kalau dosennya kompetitif, Ris. Kalau seandainya bener, gimana? Bisa mampus lo," sanggah Dania.

"Bodo amat ah!" Aeris menyerah. Dia membuang muka ke arah lain, tak sudi menatap wajah dua temannya. Aeris juga bisa mendengar kalau Dania dan Danu cekikikan di belakangnya.

"Ada notif tuh di hp lo," ucap Dania memberi tahu Aeris ketika melihat ponsel perempuan itu menyala di sebelahnya.

Aeris pun dengan cepat mengambilnya dan melupakan kekesalannya pada dua temannya. Tingkahnya itu membuat Dania maupun Danu geleng-geleng kepala saking herannya.

Mas Joki:

Aeris, ya?

"HAH? Dari mana dia tahu? Semalem, kan, gue belum sebut nama?"

*****

500 komen ya guys!! See you

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro