28. Jealous
Biasaa
absennn....
***
Di sebuah ruang latihan yang biasa digunakan oleh anak-anak band Aspire, kehebohan dan keceriaan seharusnya mengisi udara. Namun, hari ini ada yang berbeda. Mereka semua terheran-heran melihat Reiji, sang keyboardist kebanggaan mereka. Biasanya laki-laki itu energik dan selalu semangat, tapi hari ini ada aura aneh yang mengelilinginya.
Saat ini, anak-anak band Aspire duduk di sekitar meja makan malam setelah latihan mereka yang melelahkan. Awalnya, mereka masih saling berbagi cerita dan canda tawa, tetapi perhatian mereka teralihkan oleh Reiji yang berdiri sendirian di sudut ruangan. Wajahnya terhiasi senyum-senyum aneh, dan meskipun dipanggil oleh teman-temannya, Reiji tidak menyahut.
"Tuh bocah kayaknya lagi terbang di atas awan," bisik Caraka kepada yang lain. Mereka saling pandang, ekspresi keheranan pun tergambar jelas di wajah mereka.
Dekat meja makan, Tenggara, sang vokalis, memanggil Reiji dengan nada tinggi, "Ji! Ngapain lo misah sendiri? Kesambet apa gimana?" Namun, Reiji hanya melirik sekilas dan tidak memberikan tanggapan sama sekali. Laki-laki itu malah beralih mengutak-atik ponsel.
Kemudian, Javas, manusia penggila Pocky itu bangkit dari duduknya, mencoba mendekati Reiji dengan membawa makanan kesukaan rekannya itu. Ayam saus keju. "Nih, makan atau gue abisin!" kata Javas, memancing perhatian Reiji. Tindakannya itu berhasil membuat Reiji menoleh.
"Gue lagi males makan," jawab Reiji singkat.
Javas memutar bola matanya jengah. Dia ikut duduk bersama Reiji. "Kenapa? Kenyang makan cinta?"
Pertanyaan itu berhasil menghadirkan sorakan heboh dari anak-anak lain. Reiji pun dibuat salah tingkah karena hal itu. Dia berusaha mati-matian untuk menyembunyikan wajahnya yang dia yakini sudah memerah seperti kepiting.
"Gue jadian," ungkap Reiji akhirnya.
Semua pasang mata kini tertuju ke arahnya dengan berbagai macam pelototan. Bahkan Caraka dan Tenggara sampai berjalan ke arahnya, lalu menempeleng kepalanya secara bergantian dengan sangat heboh. Tak terkecuali Semesta dan Biru yang sama-sama kaget tapi masih bisa bertahan di bangku.
"SAMA MABA ITU?!" tebak Tenggara tepat sasaran.
"Gue bilang juga apa! Reiji pasti jadi sama tuh cewek!" timpal Caraka.
"Anjir gercep juga lo." Javas geleng-geleng kepala. Masih tidak menyangka bahwa Reiji yang dia kenal sebagai manusia anti cinta itu ternyata sudah memiliki pasangan.
"SPILL CARA NEMBAKNYA!" teriak Biru.
"SPILL! SPILL! SPILL!" sahut yang lain begitu kompak.
Menjadi pusat perhatian layaknya seorang super star tentu membuat Reiji merasa malu bukan main meski dengan teman-temannya sendiri. Namun, dia juga tidak bisa menyimpan berita kebahagiaan ini seorang diri. Resminya hubungannya dengan Aeris sangat layak untuk diberi tahukan kepada orang-orang di sekitarnya. Kedengarannya memang hiperbola, tapi percayalah kalau Reiji tidak pernah merasa sesenang ini sebelumnya.
"Pake malu-malu segala. Ceritain semua aja napa," celetuk Javas karena sedikit kesal dengan tingkah Reiji yang masih belum bisa terbuka.
"Jatuh cinta dari pandangan pertama nih ceritanya?" lanjut Caraka.
"Detailnya nggak boleh dibagi-bagi. Cukup gue ama cewek gue aja yang tahu," balas Reiji yang kembali mendapat sorakan heboh.
"Main rahasia-rahasiaan, nih ye!" teriak Tenggara mengompori.
Studio itu dipenuhi dengan keceriaan dan canda tawa. Mereka tidak hanya bersemangat tentang perkembangan cinta Reiji, tetapi juga merasa bangga karena mereka bisa berbagi momen bahagia ini sebagai keluarga musik yang solid.
*****
"Nu, jadian aja, yuk. Gue muak liat dia kesengsem dari tadi."
"Emang apa hubungannya kesengsemnya dia sama kita jadian?"
"Ya... gue iri aja, masa ga paham sih!" Dania melipat tangannya di depan dada sambil memalingkan wajah. Sejujurnya, dia sudah dibuat muak oleh tingkah Aeris yang lebay karena baru saja jadian dengan Reiji kemarin sore. Saat memberikan kode kepada Danu, laki-laki itu justru tidak peka. Apakah Dania harus terus terang terlebih dahulu untuk mengungkap bahwa dalam hatinya sudah muncul setitik rasa suka kepada Danu?
"Dih, malah ngambek nggak jelas," ucap Danu tidak terlalu peduli dan malah lanjut menikmati es cekek rasa melon kesukaannya.
"Aeris....," rengek Dania lalu menggoyang-goyangkan tubuh Aeris yang bersandar pada tembok kantin.
Aeris yang kesal karena lamunannya dibuyarkan itu pun sontak menatap Dania dengan tajam. "Ih, ganggu aja! Gue lagi sibuk merangkai imajinasi gue sama Kambing!"
"Emang enak jilat ludah sendiri, wle!" Dania menjulurkan lidahnya.
"Dasar manusia-manusia alay. Nanti juga putus sendiri," sarkas Danu, si paling anti dengan percintaan monyet para remaja.
"Mulut lo, Nu. Parah banget nggak pernah disekolahin," sembur Dania dengan mengelus dadanya, mendramatisir keadaan.
Sementara itu, di sudut kantin sana, Zanila dengan Nela tidak berhenti memperhatikan Aeris, Dania, dan Danu yang berada tidak jauh dari tempatnya duduk. Kabar mengenai hubungan Reiji dan Aeris tentu sudah diketahui oleh anak-anak HIMA. Berita tersebut sangat cepat menyebar, mengingat Reiji merupakan salah satu mahasiswa populer yang aktif berorganisasi juga merupakan anggota band ASPIRE.
"Tuh cewek kayaknya nggak cantik-cantik amat. Nggak kelihatan anak rajin juga, kenapa Reiji bisa kepincut, ya?" Nela bertanya-tanya.
"Reiji cuma nyari satu persen yang nggak ada di gue," sahut Zanila dengan tangan yang mencengkeram kuat sisi meja.
"Lo, sih, kelamaan," cibir Nela. "Kan gue udah sering bilang, ungkapin perasaan lo sebelum terlambat. Kalau sekarang, semuanya udah kelar. Reiji udah punya cewek. Mana modelan cewek begajulan kayak gitu.
"Tinggal ngomong mah gue juga bisa, Nel." Zanila membuang napas kasar. Guratan wajahnya menyiratkan rasa kekecewaan yang begitu besar. "Namanya juga cewek. Pasti lebih mengharap dikejar daripada mengorbankan harga diri dengan cara ngejar-ngejar cowok."
"Daripada telat kayak gini? Malah nggak ada harapan lagi, dong?"
"Gue sih cuma berharap mereka bisa putus secepatnya."
"Gue doain deh."
"Tapi, Nel...." Zanila menoleh ke arah Nela. "Emang gue sekurang itu, ya, buat dapetin hari Reiji?"
Nela menggeleng dengan cepat. Dia lalu meraih tangan Zanila dan menggenggamnya dengan kuat. "Lo udah perfect banget, Zan. Bahkan menurut gue lebih cocok sama orang lain, bukan Reiji. Orang yang sama kerennya kayak lo."
"Tapi... gue sukanya cuma Reiji." Zanila menunduk lesu.
"Zan.... Lo cantik, pinter, berbakat. Buat apa ngejar-ngejar cowok kayak Reiji? Banyak yang ngantri, Zan. Tinggal pilih mau yang mana."
"Gue bener-bener nggak tertarik sama siapa pun selain dia, Nel."
Pasrah. Nela angkat tangan kali ini. Sepertinya, meski mulutnya sampai berbusa, Zanila juga tidak akan berhenti untuk mendapatkan hati Reiji. "Sampai kiamat pun kayaknya kalian berdua nggak bisa sam-sama."
"Jahat banget mulut lo, Nel...."
"Serius deh, Zan. Lo berhak dapetin seseorang yang lebih hebat dari dia."
Zanila tidak berkutik. Hati dan otaknya masih bekerja sama untuk tetap berlabuh pada Reiji. Karena sekeras apa pun Zanila mencobanya, Reiji akan tetap jadi orang nomor satu yang memenuhi pikirannya.
******
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro