Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26. Resmi?

Absennnnn~~~

***

Aeris terbaring di tempat tidur dengan matanya yang terusik oleh kilatan cahaya dari layar ponselnya. Jam telah menunjukkan larut malam, tetapi kegelisahan masih terus menghantuinya. Dia hanya bimbang karena ingin mengirimkan pesan kepada Reiji, tapi takut kalau laki-laki itu akan terganggu.

Sejak pulang tadi, Aeris masih belum berhenti untuk memikirkan Reiji. Bahkan pipi perempuan itu kini masih belum pudar warna merahnya. Ya, dia merasa pipinya selalu terbakar tatkala mengingat apa pun tentang kakak tingkatnya itu. Sialan memang. Aeris tidak menyangka kalau dia akan jatuh cinta pada seseorang yang membantunya menambal ban motor.

"Apa ini yang dinamakan 'Cintaku berawal dari tambal ban?'" celetuk Aeris lalu berguling-guling tidak jelas sambil memukul-mukul bantal tidurnya yang tak bersalah.

"Lagian siapa suruh dia selalu muncul di setiap langkah gue semenjak kuliah?"

"AAAA LO BENERAN BIKIN GUE GILA, MBING!"

Ting!

Bersamaan dengan redanya teriakan maut Aeris, bunyi notifikasi pesan masuk dari ponselnya itu berhasil membuat matanya melotot. Pelototan matanya itu semakin melebar setelah membaca isi pesan tersebut.

Kambing Guling:

besok dateng ke tempat ini, ya. jam 4 sore.

kalau dateng, berarti jawaban lo iya. kalau enggak, berarti gue ditolak.

Lalu, laki-laki itu mengirimkan sebuah lokasi.

Butuh lima belas detik untuk Aeris memahaminya. Sebelum akhirnya isi kepalanya mulai merancang opini-opini yang membuatnya berteriak lagi saat itu juga.

"INI PASTI NGGAK KAYAK APA YANG GUE PIKIRKAN, KAN?!"

******

"GUE STRES BANGET!"

"Lo udah ngomong kayak gitu dua puluh lima kali." Dania menampilkan senyum tertekan. Begitu juga dengan Danu yang sudah muak dengan celotehan Aeris dengan topik yang sama. Bagaimana tidak? Perempuan itu terus membahas maksud dari pesan yang Reiji kirimkan. Meski Dania dan Danu sudah memberikan saran, Aeris masih belum bosan untuk membahasnya.

"Gue benci banget sama orang yang lagi kasmaran begini. Alay." Danu memutar bola matanya malas. Dia juga menatap ogah-ogahan ke arah Aeris yang melamun tidak jelas di kelas.

"Nggak boleh gitu, Nu. Dia baru pertama kali ngerasain ini. Maklumin kalau lebay begitu," celetuk Dania.

Aeris berdecak sebal. "Ih, kalian nggak ngerti apa yang gue rasain sekarang. Masa iya Kak Reiji mau nembak gue?"

"Ris, kalau dari isi pesan yang dia kirim, kayaknya emang mau nembak lo. Mending siap-siap deh mau pakai baju apaan nanti," papar Dania.

"Daniaaa, gue binguuung."

Danu menegakkan tubuhnya lalu memegang dua bahu Aeris yang berada di sampingnya. "Sekarang gue tanya dulu. Lo suka apa enggak sama dia?"

Aeris menggigit bibir bawahnya, terlihat sedang berpikir keras saat ini. "Jantung gue selalu ugal-ugalan kalau sama dia."

"Terus?" tanya Danu.

"Gue selalu mikirin dia dua puluh empat jam."

"Ada yang lain?" Kini giliran Dania.

"Gue selalu excited tiap ketemu dia."

"FIX!" Dania berteriak heboh sampai membuat seisi kelas menoleh ke arah mereka. "Kalian saling suka! Fix, sih!"

"Udah, nggak usah kelamaan. Gas pol aja. Keburu jamuran. Kapan lagi bisa jadian sama kating? Bisa minta contoh UAS, bantu ngerjain tugas, dan masih banyak lagi." Danu menyeringai.

Mendengar itu, Dania tidak ragu untuk menempeleng kepala sahabatnya itu. "Dih, yang jadian dia, kayaknya malah lo yang punya rencana.

Danu meringis kesakitan. Dania memang tidak pernah berpikir dua kali dulu sebelum menyakitinya. "Apa salahnya, sih. Gue lagi nyebutin keuntungan apa aja yang bakalan dia dapet kalau pacaran sama kating."

Aeris yang melihat tingkah kedua sahabatnya itu pun hanya bisa tertawa pelan. "Kayaknya gue yang mau jadian, malah kalian yang heboh."

"KAN LO YANG MANCING DARI TADI!" sembur Danu dan Dania secara beriringan membuat Aeris refleks menutup telinga dan matanya.

******

Ibu & Rafael:

Abang, Ael hari ini dapet nilai 100 sendiri

Ael seneng banget!

Ael keren!

Nanti beli es krim lagi ya

Udah makan?

Udah bang

Ibu masak sayur sop

Abang pulang donggg

Iyaa

Abang mau ketemu kakak cantik sore ini

Kak Aeris?

Mau ikutttt

Nanti dulu

Abang mau ngomong sesuatu ke dia

Semoga jawabannya "iya"

Maksudnya bang?

Haha, kamu ga ngerti

Nanti abang chat lagi

Reiji mematikan ponselnya usai membalas pesan sang adik. Sejak mengikuti kelas tadi, dia sama sekali tidak bisa fokus dengan materi yang dijelaskan dosen. Pikirannya masih dipenuhi oleh seseorang yang benar-benar merampas perhatiannya beberapa waktu ini. Tentu Reiji sudah tidak sanggup untuk menahannya. Maka dari itu, dia akan menyelesaikan kebingungannya sore ini; jika Aeris datang ke tempat yang sudah dia beri tahukan.

"Rei, udah dapat kelompok?" tanya Zanila yang duduk di belakang Reiji.

"Hah? Kelompok apa?" tanya Reiji kebingungan.

"Lah? Nggak dengerin Pak Bambang tadi, ya?" Zanila terkekeh pelan membuat Reiji meringis karena malu.

"Satu kelompok sama gue, ya. Masing-masing kelompok ada dua orang," lanjut Zanila menawarkan diri.

"Oke," balas Reiji tanpa banyak pikir.

******

Reiji duduk sendirian sebuah lapangan luas yang terbentang di depannya. Udara sore yang hangat mulai menghampirinya, ditemani langit dengan warna oranye keemasan yang mempesona. Hatinya berdebar-debar dengan cemas saat ia menunggu kedatangan Aeris.

Untuk mengurangi rasa gugupnya, Reiji berjalan ke tepi lapangan, menatap langit yang semakin merah saat matahari terbenam perlahan-lahan. Dia merasa seakan-akan waktu berjalan dengan lambat, detik-detiknya bergulir dengan kecepatan yang tak terduga. Setiap hembusan angin membelai wajahnya dan memicu rasa gugup yang semakin kuat dalam dirinya.

Dia menatap jam tangannya yang berdetak perlahan. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Terlambat satu jam dari waktu yang sudah mereka sepakati. Setiap detik rasanya seperti kekal, dan dia berharap Aeris akan tiba secepatnya.

Di tengah ketegangan, Reiji tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ke arah pintu masuk lapangan. Setiap kali ada suara, hatinya berdebar dengan harapan bahwa itu adalah Aeris. Namun, kekecewaan juga menghampirinya saat dia menyadari bahwa itu hanyalah orang asing. Bukan seseorang yang tengah dirinya nantikan.

Namun, saat matahari hampir benar-benar tenggelam, sebuah siluet muncul di kejauhan. Seolah menjawab doanya, Aeris muncul dengan langkah lembut yang membuat darahnya berdesir hebat. Reiji juga merasakan rasa lega yang luar biasa, dan seketika itu juga, segala kecemasan dan kegelisahannya lenyap seperti debu yang tersapu oleh angin senja.

Ketika Aeris semakin mendekat, senyum tipis muncul di wajah Reiji, dan matanya terpaku pada sosok yang ditunggunya itu. Mereka saling menatap dengan penuh rasa harap dan kebahagiaan. Tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan, karena bahasa hati mereka berbicara dalam keheningan yang indah.

Aeris datang. Itu artinya, Reiji diterima.

Diterima sebagai pacar.

***


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro