21. Semakin Nyata
"Semenjak ada tuh Maba, kayaknya lo jadi jarang punya momen sama Reiji."
Zanila mengembuskan napas berat. Dia merasa kalau perkataan Nela–sahabatnya itu–memang benar adanya. Semenjak Reiji terlihat dekat dengan Aeris, laki-laki itu langsung melupakan kehadirannya lagi. Padahal, Zanila dulu bisa dengan mudah meminta bantuan Reiji, meski hanya sekadar alasan supaya dia bisa dekat dengan laki-laku itu. Namun sekarang, Reiji kerap menolaknya. Pun jadi makin kaku kalau mengobrol dengannya.
"Capek banget gue diem-diem suka sama dia dari semester satu. Tapi sekali pun itu, dia nggak pernah mau ngelihat gue." Zanila mengukir senyuman hambar. Tatapannya yang kosong itu menatap ke sekeliling kanting. Ada beberapa pasangan beruntung yang sedang makan siang. Dia selalu merasa iri bila melihat hubungan orang-orang di sekitarnya kelihatan berjalan mulus. Tidak seperti dirinya, tidak pernah beranjak dari garis start.
"Ungkapin aja, Zan. Daripada lo pendem seumur hidup. Yang ada malah sakit," tutur Nela, merasa kasihan dengan nasib sang sahabat.
"Gue masih punya malu kali. Lagian, gue maunya dia juga suka sama gue. Bukan gue doang yang suka sama dia. Ngerendahin harga diri banget kalau ngomong langsung," sanggah Zanila, menolak mentah-mentah usulan Nela.
"Ya elah, jaman sekarang mah udah nggak mandang gituan. Kalau nggak mau, mending move on aja deh, cari yang lain. Lo juga cantik kali. Jangan kelihatan kayak orang ngenes." Nela memutar bola matanya dengan malas. Dia cukup muak melihat Zanila yang selalu tidak dianggap oleh Reiji.
"Gue orangnya susah buat jatuh cinta, Nel. Jadi, sekalinya jatuh cinta, gue bakalan usaha. Dan... kalau pun kita nggak bisa sama-sama, move on-nya bakalan lama."
"Mampus aja kalau gitu, Zan." Nela mengembuskan napas pasrah. Dia sudah kehabisan otak untuk memikirkan ide supaya Zanila bisa mendapatkan apa yang perempuan itu inginkan. Namun, rasa-rasanya, semua ide yang pernah dia berikan memang tidak berguna. Reiji memang tidak tertarik dengan Zanila.
"Tipe dia emang kayak gimana, sih? Cantik? Lo juga cantik. Ambis? Tegas? Bertanggung jawab? Lo juga punya semua."
"Gue juga nggak tahu, Nel. Gue kira, dengan memperlihatkan kesempurnaan, dia bakalan suka. Ternyata enggak sama sekali."
Nela menatap malang sahabanya. Lalu memberikan usapan lembut di bahu Zanila karena perempuan itu tampak ingin menangis. "Udah, jangan nangis gara-gara cowok. Kalau emang jodohnya dia, nanti juga kepincut sendiri."
"Kalau enggak, gimana?"
"Gue bantu move on."
"Lo aja gamon lima tahun, Nel," sarkas Zanila.
Nela tertawa hampa. Hatinya sedikit tercelos karena apa yang dikatakan Zanila memang benar. Dia termasuk golongan orang-orang gagal move on yang sudah barada pada tingkat akut. "Ya... gimana, ya? Gue maunya cuma dia...."
"Ya gue juga gitu, Bego!" Zanila menoyor kepala Nela dan keduanya pun berakhir tertawa bodoh karena nasib percintaan pahit yang mereka alami.
***
"Kata gue mending kalian jadian." Mata Aeris kini memicing tajam ke arah dua sahabatnya yang sejak tadi tidak berhenti mendebatkan semua hal yang sebetulnya tidak penting. Ucapannya itu berhasil membuat mereka terdiam dan memandangnya dengan mata yang sama-sama melotot. "Bahkan aura pelototan mata kalian kelihatan mirip. Bukan cuma nama yang sama-sama mengandung huruf D, A, dan N. Aura kalian, gelagat kalian, isi otak kalian, tingkat kebodohan kalian, semuanya mirip. Fiks jodoh, sih."
"Enak aja!" bantah Dania lalu meminum es cekeknya dengan brutal. "Gue nggak mau punya cowok seumuran! Debat mulu nanti."
"Gue juga nggak mau punya cewek Gemini," balas Danu, mencoba untuk lebih sarkas dan mematikan.
"Kenapa Gemini selalu dibenci? Kita salah apa, hah?" Dania dengan pelototan mautnya itu menghunus tajam di kedua mata Danu yang berada tepat di hadapannya. Pertengkaran sengit mereka sampai membuat pelanggan warung Bu Gami mengalihkan perhatian untuk menatap mereka.
"Nggak suka aja. Dari feeling." Danu menjulurkan lidahnya untuk meledek Dania.
"Dasar muka kayak ketombe!"
"Muka kayak ketombe emang gimana?"
"Kecil, gepeng, pantas digencet!"
"Daripada muka lo kayak sapi."
"Mana ada muka manusia kayak sapi!"
"Ada."
"Mana?"
"Lo. Langka soalnya."
"IH, SETAN!"
"Stop atau gue guncang dunia sekarang!" Aeris kini kelihatan murka. Dia mengepalkan tangannya dengan wajah yang merah padam. Makan siang cantiknya harus terganggu dengan kehadiran dua makhluk biadab yang mengambil peran untuk menjadi bagian dari partner hidupnya. "Stop atau gue panggilin Kang Musri."
"Siapa itu?" tanya Danu dan Dania secara bersamaan.
"Penghulu buat ngawinin kalian." Aeris menampilkan cengiran lebar di akhir kalimatnya.
Danu dan Dania pun saling bergidik jijik. Seolah-olah mereka memang ditakdirkan untuk saling menjauhi.
"Omong-omong... gue kayanya kena karma.
"Karma apaan?" Danu dan Dania kompak bertanya lagi membuat Aeris menatap keduanya dengan genit.
"Gue... kayaknya suka sama si Kambing," lanjut Aeris dengan nada yang lebih pelan.
"HAH!" Baik Danu maupun Dania, keduanya tampak kaget, tapi juga sedikit senang karena karma yang mereka gadang-gadangkan ternyata kejadian juga pada sahabat mereka.
"Gue bilang juga apa! Cinta lo emang berawal dari tambal ban!" seru Dania dengan bangganya.
***
Reiji tersenyum lebar saat melihat Aeris yang kini tengah berjalan ke arahnya. Usai mata kuliah mereka hari ini, keduanya memang berjanji untuk bertemu terlebih dahulu. Bukan tanpa alasan Reiji mengajak Aeris untuk bertemu. Dia berencana mengajak perempuan itu untuk berkenalan dengan teman-temannya. Tentu saja bukan karena sukarela. Tadi pagi, dia kalah main ular tangga dengan teman-temannya. Karena Reiji perlu bertanggung jawab atas kekalahannya, jadi dia harus menerima hukuman dari teman-temannya. Sungguh di luar dugaan kalau Reno dan Kino ingin dia mengajak Aeris untuk berkenalan dengan mereka.
Memang biadab teman-temannya.
"Kak, gue malu banget. Lo, sih, pakai acara kalah segala. Malu-maluin banget, padahal cuma ular tangga." Senyum yang Aeris berikan tadi nyatanya hanya palsu. Dia berakhir menggerutu di samping Reiji sekarang.
"Emang udah takdir buat kenalan aja," balas Reiji dengan santainya.
Keduanya kini berjalan beriringin menuju salah satu gazebo kampus, tempat di mana Reno dan Kino menunggu Reiji. Entah apa tujuan makhluk-makhluk kurang ajar itu mempermainkannya seperti ini.
Sampainya mereka di gazebo, dua sahabat Reiji langsung menyambut bintang tamu mereka dengan heboh. Jangan lupakan juga siulan-siulan meledek Reiji yang akhirnya memperkenalkan seorang perempuan kepada mereka. Sungguh, momen kali ini benar-benar harus diabadikan. Itu sebabnya Reno tidak henti-hentinya memotret candid mereka dengan sangat antusias.
"Gue viralin abis ini!" seru Reno begitu heboh.
"Alay lo berdua," cemooh Reiji. "Nih, kenalin. Aeris Katherine."
"Aeris, Kak," ucap Aeris sambil menjabat tangan sahabat Reiji secara bergantian. "Maba gorengnya Kambing Guling," lanjutnya iseng.
Reno dan Kino tertawa kencang. "Buset. Udah punya nama spesial aja, nih? Rencananya mau pake ayah-bunda, mami-papi, atau apa nanti?" gurau Kino.
"Mulut lo gue sobek abis ini," ancam Reiji disertai pelototan tajamnya.
"Sobek nih, AAAAA!!" Seolah menantang kesabaran Reiji, Kino membuka mulutnya selebar mungkin.
"Mingkem. Napas lo bau pete, kasian pacarnya Reiji," tegur Reno sambil mendorong Kino ke samping hingga laki-laki itu sedikit terhuyung.
Entah mengapa, pipi Aeris mendadak merah padam saat mendengar embel-embel "pacar" yang Reno ucapkan. Padahal dia tahu jelas kalau laki-laki itu hanya bercanda.
"Jadi gimana? Udah nentuin gimana caranya nembak yang bener?" tanya Reno. Alis kirinya kini bergerak naik turun semakin menggoda sahabatnya.
"Gampang tinggal beli pistol," jawab Reiji dengan enteng.
"Ih, jahat banget!" gerutu Aeris.
"Loh berarti lo beneran ngraep ditembak Reiji, Ris? Nggak pakai pistol, tapi sesuatu yang warna merah." Kino mengatakan itu dengan ekspresi kaget bukan main.
"Merah apaan, anjir?" Reno bertanya.
"Cinta. Pakai nanya lagi si lemot." Kino memutar bola matana malas.
Padahal itu lelucon, tapi Aeris dapat merasakan sesuatu yang panas kini mulai menjalar di wajahnya. Dan Reiji juga semakin yakin bahwa jantungnya memang selalu berdebar cepat jika berkaitan dengan Aeris.
***
Gemes gk sih sama Aeris & Reiji
#TimKino & #TimReno
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro