Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. Pesan Mengejutkan

Hai hai hai!

Selamat malam guyssss

Absen hadir dulu ya seperti biasaaaa

***

Aeris berjalan dengan hati-hati di koridor kampus dengan pandangan yang tertuju pada lantai. Wajahnya terlihat sedikit tegang, harap-harap tidak bertatapan dengan seseorang yang kini tengah bersandar pada dinding depan kelas yang akan dia gunakan hari ini. Itu Reiji. Laki-laki itu seperti sedang menunggu kehadiran seseorang di sana.

Ingatan Aeris tentang kejadian memalukan kemarin masih sangat membekas di kepalanya. Mulutnya yang tidak terkontrol itu melontarkan kalimat yang sangat-sangat tidak sopan. Juga... tidak masuk akal. Bagaimana bisa dia bersikap seolah-olah dirinya adalah orang penting dalam hidup Reiji?

Aeris bisa merasakan denyutan jantungnya berpacu ketika jaraknya dengan Reiji semakin dekat. Ia berusaha mengatasi perasaan gugupnya dengan berpura-pura tak melihat laki-laki itu. Namun sialnya, usaha itu tidak berguna. Karena tepat saat dia hendak lewat di hadapan Reiji, laki-laki itu tiba-tiba mencekal tangannya. Tatapan mereka bertemu. Aeris sempat tenggelam dalam dengan tatapan mata tajam itu.

"Tahu Kania? Anak jurusan yang sama kayak lo."

Entah mengapa, Aeris sedikit kecewa saat perkataan yang keluar dari bibir Reiji bukanlah tentangnya, melainkan orang lain. "Enggak, Kak. Belum terlalu hafal orang-orangnya. Kayaknya bukan rombel gue," jawabnya berusaha untuk terlihat biasa saja.

Suasana awkward tiba-tina mencekam saat Reiji menyadari bahwa dia tengah mencekal tangan Aeris. Dia pun segera melepaskan tangannya dari tangan perempuan, kemudian berdeham pelan untuk menghilangkan kegugupan yang spontan menyerangnya. "Sori, gue refleks aja tadi," ucapnya.

Aeris mengukir senyum tipis lantas mengangguk. "Nggak apa-apa, Kak."

"Thanks," ujar Reiji di tengah kekosongan otaknya untuk mencari topik pembicaraan.

"Sama-sama. Gue duluan, ya. Bentar lagi kelasnya mulai," pamit Aeris kepada Reiji dengan kikuk.

Reiji menganggukkan kepalanya, lalu setelah itu Aeris pergi dari hadapannya. Baru setelah itu dia menghela napas kasar sambil menepuk keningnya pelan. Siapa Kania? Reiji tidak tahu. Dia hanya refleks menanyakan itu untuk bisa berkomunikasi dengan Aeris.

Ternyata, teman-temannya tidak salah. Suka dengan seseorang akan membuatnya menjadi gila.

*****

Reiji hanya mengaduk-aduk minumannya sejak lima menit lalu. Bagian sudut kantin memang sangat cocok untuk melamun. Meski kantin itu dipenuhi oleh riuh rendah para mahasiswa, tapi tidak membuat Reiji terganggu karenanya. Dia terlihat begitu tenggelam dalam dunianya sendiri.

"Ditungguin pacar lo, Kak."

Dari semalam, Reiji masih tidak mengerti dengan apa yang Aeris maksudkan dari perkataan itu. Apakah selama ini dia dengan Zanila memang terlihat seperti pasangan? Reiji rasa, dia tidak merasakan hal itu. Zanila hanyalah teman sekelas sekaligus teman organisasinya. Mereka tidak ada hubungan spesial sejak lama. Hanya saja, Zanila memang mengajaknya untuk mengobrol. Itu pun tidak lepas dari tugas kuliah atau program kerja organisasi.

Tapi... tunggu! Sejak kapan hal sepele macam ini mampu menyita pikirannya? Lagi pula, Reiji juga tidak pernah peduli dengan perspektif orang lain terhadapanya.

"Beneran gila lo, Rei," gumam Reiji. Dia mengacak rambutnya dengan kasar.

Baru saja dia hendak menghapus pikiran itu dari kepalanya, sebuah notifikasi pesan masuk di ponselnya malah semakin membuatnya masuk dalam imajinasinya sendiri.

Maba Tengil: Kak, boleh minta waktunya, nggak? Orang tua gue mau ketemu.

Reiji yakin kalau dirinya tidak mungkin salah baca.

*****

Usai kelas, akhirnya Aeris pergi menemui Reiji di taman fakultas. Dia merasa sedikit tidak enak karena membuat laki-laki itu menunggunya cukup lama. Namun, saat melihat senyum kecil di wajah Reiji, perasaan Aeris sedikit lega. Laki-laki itu terlihat tidak marah kepadanya.

"Maaf lumayan lama, Kak. Dosennya lama banget tadi," ucap Aeris sambil cengengesan lalu ikut duduk di samping Reiji.

"Gue abis kegiatan juga tadi. Santai aja." Reiji menjawab dengan tenang. "Mau ngomongin apa tadi? Gue masih nggak paham."

Aeris tersenyum kikuk. Dalam hati, dia tidak henti-hentinya mencaci maki kedua orang tuanya yang sudah mempermalukannya sampai sejauh ini. Sialnya, Aeris juga tidak bisa menolak. Tidak ada pilihan lain selain merendahkan diri lagi di hadapan Reiji. "Orang tua gue tahu kalau lo nganterin gue pulang waktu itu. Gue udah jelasin kalau lo cuma bantuin gue, Kak. Tapi, mereka tiba-tiba minta ketemu. Itu juga salah gue karena ngasih tahu kalau lo anak organisasi. Orang tua gue agak obses sama organisasi-organisasi kampus. Mereka mau ngobrol katanya."

"Kalau lo keberatan, gue bisa ngomong ke mereka, Kak. Gue nggak enak juga sih soalnya kita juga baru kenal. Tapi gue udah nyusahin lo berkali-kali," lanjut perempuan itu dengan ekspresi penuh rasa bersalah.

Di luar dugaan Aeris, Reiji justru tertawa pelan mendengar penuturannya. "Siapa bilang nggak mau?"

Bola mata Aeris membulat sempurna. Dia sungguh tidak percaya bahwa Reiji akan menerima perminataan orang tuanya. Padahal seharusnya, hal-hal seperti ini bukanlah urusan seorang Reijiro Damastara yang terkenal tegas, berwibawa, dan tidak gampang menerima seseorang dalam hidupnya.

"Gue tanggung jawab dan jelasin semuanya ke orang tua lo," seloroh Reiji. "Mau kapan? Sekarang?"

"Hah?" Mulut Aeris bahwa sampai menganga saking terkejutnya dengan respons laki-laki di sampingnya.

"Serius, Kak? Lo nggak keberatan?" tanya Aeris untuk memastikan

Reiji mengangguk tanpa ragu. "Kenapa keberatan?"

"Lo boleh nolak, Kak, kalau nggak mau. Gue nggak maksa kok. Yang penting gue udah nyampein ini ke lo."

"Nggak ada masalah, Aeris. Gampang."

Aeris menahan senyumnya sampai ujung bibirnya berkedut. Dia tidak bisa mendeskripsikan perasaannya sekarang. Antara kaget, senang, sekaligus kagum dengan sosok Reiji yang pernah dia pandang sebelah mata. Ternyata, Reiji memang tidak seburuk yang dirinya bayangkan.

"Omong-omong, lo kayak beda orang. Kayak bukan Aeris yang super bawel waktu OSPEK," celetuk Reiji membuat Aeris tersedak ludah sendiri.

*****

Gimana nih, udah pada baper belum?

Sini 500 komen yuk!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro