Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3

Saat malam jatuh mereka bertemu di padang rumput untuk menari sepanjang malam dan saat fajar datang ke angkasa mereka akan kembali ke dunia mereka. Satu pergi ke dunia bawah dan yang lain terbang tinggi ke langit atas.

Pertemuan Tessos dan Teffa, Kisah Rayat Grishold, berbagai sumber

Aku melihat perut gadis yang membantu menggosok punggungku dengan pasta kunyit. Itu membesar, aku bertanya-tanya berapa umur kandungannya. Dia tidak berani menatapku, jari-jarinya gemetar saat dia menggosok kulitku dari debu. Kemudian dia meletakkan gaun abu-abu kusam seperti yang dia kenakan di sisi ranjang. Menyalakan sebatang lilin di meja rendah dekat tempat tidur sebelum menghilang di balik pintu.

Punggungku sakit bahkan saat aku telungkup, dan ketika aku memaksa tubuhku untuk duduk aku mengerang kesakitan.

Menyedihkan!

Suara di kepalaku memberi tahuku. Jika Dalia ada di sini dia akan membuatkanku teh dengan daun basil dan mint. Dia akan duduk di tepi ranjangku hingga aku tertidur. Pintu kamarku kembali terbuka kali ini gadis yang lebih muda dariku masuk, membawa nampan berisi mangkuk kayu dan gelas. Dia menatapku sebelum menutup pintu di belakangnya. Matanya yang muda mengawasiku lama sebelum dia menunduk dan mendekat. Gadis itu menyeimbangkan nampan di ranjangku dekat dengan gaun yang masih tergeletak. Mengintip ke wajahku dengan takut dan saat aku balas menatapnya dia mundur, terburu-buru untuk berbalik dan keluar.

"Tunggu!" ucapku. Dia berhenti dengan kaku dan berbalik kembali, gemetaran hebat melanda tubuhnya.

"Ya?"

Aku tersenyum dan aku tidak mengerti dengan perasaan takutnya. "Bisa bantu aku dengan gaunku?" Dia mengangguk, mengambil gaun abu-abu dan berdiri dengan gelisah saat menungguku turun dari ranjang. Aku masuk ke dalam gaunku dan gadis muda itu membantu mengikat tali di punggungku. Lukaku masih terasa perih bahkan setelah itu dibalut dengan kain. "Berapa umurmu?"

"Dua belas." Aku mengerang saat tanganya menyentuh punggungku dengan tidak sengaja. "Maaf, aku—"

"Tidak apa-apa," ucapku buru-buru karena dia hampir menangis. Aku berbalik dan mengusap rambutnya. "Apa yang membuatmu takut?"

"Mereka bilang kamu pembunuh, gadis yang bersamamu, dia mati, bukankah kamu yang membunuhnya?" Dia mundur menjauh dari sentuhanku. Kepalanya menunduk.

"Ya, aku membunuhnya." Dia semakin gemetar, apakah aku harus membiarkan dia pergi atau jelaskan padanya. "Aku membantu gadis itu, dia temanku."

Sekarang kepalanya tersentak untuk menatapku. Masih ketakutan meski dia ingin tahu. "Bagaimana?"

"Gadis itu, namanya Selena Zoe, dia seorang pejuang dan saat jiwa seorang pejuang lepas dari tubuhnya, mereka akan dilepaskan oleh Tessos dari dunia bawah. Mereka akan terbang jauh melewati langit untuk menjadi bintang-bintang—"

"Lalu dia akan tinggal bersama Dewi Teffa. Dewi Langit Malam dan Kebajikan." Gadis itu menyelesaikan untukku.

"Benar, dia akan tinggal bersama Teffa. Tahukah kamu kisah cinta Tessos dan Teffa?" Dia tersenyum sekarang dan ketika aku duduk, mengambil nampan dan mulai makan dia tidak pergi. Dia mengambil ranjang di sampingku, duduk dan menatapku ingin tahu.

"Bisakah kau menceritakannya padaku?"

"Tentu saja, siapa namamu?" tanyaku, aku meminum sup dari mangkukku, itu terasa hambar dan encer tapi aku menelan setiap tetesnya. Siapa yang tahu kapan aku akan mendapatkan makanan lagi?

"Irene dan kamu?"

"Rosemary tapi kamu bisa memanggilku Rose." Aku meletakkan kembali nampan begitu aku selesai dengan makananku dan aku beralih untuk melihat Irene. Dia punya rambut pirang yang cerah, kulit putih dan bibir merah muda. Masih cantik dalam keluguannya, bahkan saat dia dikelilingi kekejian di tempat ini. Tapi berapa lama itu akan bertahan. "Suatu malam jauh di dalam hutan Faery, Dewa Kematian, Tessos, melihat Dewi Langit Malam dan Kebajikan menari di bawah cahaya bintang-bintang. Dia terpesona pada Dewi Teffa dengan rambut perak dan kulit saljunya menari di rerumputan, menari dengan keanggunan yang tidak bisa ditiru oleh makhluk hidup mana pun. Jadi Dewa Tessos mendekatinya dan mereka menari bersama di kedalaman hutan Faery.

"Mereka berpisah di saat fajar pertama datang, Dewa Tessos kembali ke dunia bawah dan Dewi Teffa terbang ke langit cerah karena saudarinya Dewi Langit Fajar dan Kemakmuran, Heliaf, akan turun menggantikannya. Tapi tiap kali malam jatuh ke dunia, mereka akan kembali bertemu di padang rumput hutan Faery, menari sepanjang malam hingga kaki mereka lelah. Hingga suatu malam Dewa Tessos menunggu di padang rumput tapi Dewi Teffa tidak lagi muncul. Tessos menunggu dan terus menunggu hingga fajar datang dan Dewi Heliaf turun tapi Teffa tetap tidak pernah datang." Aku membungkuk ke arah Irene. "Tahukah kamu kenapa Dewi Teffa tidak lagi muncul?"

"Karena dia tidak lagi menyukai Dewa Kematian?" Aku menggeleng dan mengambil tanganya di jari-jariku.

"Tidak, Teffa mencintai Kematian tapi dia tidak lagi bisa bertemu. Karena saat Teffa menari bersama Tessos sepanjang malam Heliaf melihatnya dari langit, dan Heliaf cemburu dengan mereka. Heliaf adalah Dewi tercantik setelah Devine, Sang Dewi kecantikan sendiri, dan dia merasa dia lebih pantas untuk bersama Tessos dari pada Teffa saudarinya. Jadi dengan kecemburuan yang membutakan hati Heliaf, dia mengutuk saudarinya menjadi bulan yang akan muncul tiap kali langit malam datang."

"Itu jahat!" Aku tertawa ketika Irene merajuk. "Lalu bagaimana dengan Tessos?"

"Dia terus kembali dan menunggu Teffa tentu saja, tidak menyadari Teffa melihatnya dari langit. Hingga satu fajar Heliaf tidak dapat menahan amarahnya terhadap kesetiaan Tessos pada Teffa. Heliaf mengatakan pada Tessos apa yang telah dia lakukan pada saudarinya dalam kemarahan. Tessos tentu saja marah besar dan ketika Maut marah, maka tidak ada yang bisa menenangkannya. Tessos mengutuk Heliaf menjadi matahari yang menerangi langit fajar, kesepian dan selalu sendirian. Sementara itu dia mengirim jiwa-jiwa pejuang untuk menemani Teffa di langit malam, jiwa-jiwa itu berubah menjadi bintang sehingga Teffa tidak akan pernah sendirian."

"Itu cerita yang bagus meski aku sedih karena Tessos tidak lagi bisa bersama Teffa. Apakah kamu tahu banyak cerita?"

"Aku tahu banyak, Ibuku adalah seorang Penjaga Cerita jadi aku tahu banyak kisah." Aku menghela napas saat mengingat Mama, bagaimana dia tidak akan pernah lagi menjaga api perapian menyala dan menceritakan kisah-kisah tanah Grishold untuk kami di musim dingin.

"Lalu maukah kamu menceritakan lebih banyak untukku? Untuk anak-anak yang lain? Kami tidak pernah mendengar cerita di sini." Aku tentu saja tidak bisa mengatakan tidak saat Irene menatapku dengan matanya yang berbinar dan senyum melebar di bibirnya.

"Aku akan selama kalian bersikap baik." Jadi setelah aku berjanji pada Irene untuk menceritakan kisah Gadis Petani dan Peri Hutan besok, dia pergi dari kamarku dengan pegas di kakinya. Aku berharap bisa membawa keluar gadis-gadis di sini sebelum tempat ini merusak mereka.

***

Malam telah lama jatuh dan bersama itu aku takut setiap detik pintuku akan mengayun terbuka. Pria gelap yang aku lihat di halaman sebelumnya adalah penanggung jawab The Radiant, Talal, dia baru saja pergi setelah memberi tahuku bahwa putri pengkhianat tidak memiliki kemewahan di sini. Jadi sama seperti yang lain malam ini akan ada yang datang untukku. Aku memikirkan apa yang akan aku lakukan, apakah aku harus membunuh siapa pun yang melewati ambang pintuku, tidak peduli apa, atau aku harus diam dan menerima? Bukan berarti aku cukup kuat untuk melawan, punggungku sakit dan itu bukan satu-satunya luka yang aku miliki.

Tetap saja aku tidak bisa hanya duduk dan menunggu untuk dimangsa. Bahkan meski aku gemetar saat berdiri merapat ke dinding di balik pintu dengan tangan memegang erat paku berkarat yang berhasil aku cabut dari dinding, aku tetap menahannya. Kunci di pintuku berputar dan bunyi 'klik' pelan menggema ke dalam ruangan. Suara dari balik diding di kedua sisi kamarku hanya membuatku lebih gemetar, suara ranjang yang berderit, teriakkan gadis, dan dengusan kepuasan pria. Aku akan gila di sini.

Pintuku mengayun terbuka dan sebelum pengunjungku dapat menyadari ranjangku yang kosong aku mendorong balik pintu agar menabraknya. Dia mengumpat dan menahan pintu agar tidak tertutup. Dia memaksa itu terbuka, melangkah masuk. Aku tidak membuang waktu, aku menurunkan paku untuk menikam perutnya tapi itu berhenti menabrak bayangan gelap yang tiba-tiba muncul, seolah itu dihentikan oleh perisai baja. Lalu tanganya menggenggam pergelangan tanganku, memutarnya hingga aku menjatuhkan satu-satunya senjataku.

"Menyerang Pangeran akan menghasilkan hukuman mati untukmu," ucap pengunjungku dan baru saat itu aku mendongak untuk melihat wajahnya. Matanya masih hitam dan rambut gelapnya terlihat lebih berantakan, tuniknya digantikan oleh jubah malam mewah. Kemarahan lain membakar di perutku dan aku tidak lagi peduli tentang rasa sakit saat aku menyerbu ke depan. Saat aku menjatuhkan tubuh tingginya dengan beratku ke lantai, aku mencoba mencabiknya dengan tangan kosong, cabik dia hanya dengan kuku-ku tapi setelah setiap bencana dan kelelahan beberapa hari terakhir ini, pada akhirnya itu membuatku lemah. Dia menangkap tanganku dan dengan mudah berbalik untuk menekanku ke lantai. Aku menjerit karena luka di punggungku.

"Sial! Aku tidak ingin menyakitimu," ucapnya. Dia menarikku duduk. "Apakah pendarahannya kembali?" Dia mengecek punggungku, mengangkat rambut cokelat kemerahanku untuk melihatnya. Aku menepis tangannya dan mendorong diriku mundur.

"Jangan sentuh aku!"

Dia menjatuhkan tangannya. "Oke, sekarang tenang, aku tidak ingin menarik perhatian."

Kemudian dia berdiri, menutup pintu dan menguncinya aku kembali gemetar, ini dia, aku tidak akan bisa menghentikannya. Dia penyihir, seperti Ayahnya, semua rumor itu benar. Bagaimana aku bisa menang melawan penyihir? Itu mustahil. Dia melangkah ke arahku yang masih meringkuk di lantai.

Aku tidak bisa, aku tidak bisa. Mama tolong!

"Berhenti!"

Dia melakukannya, dia berhenti kemudian dia menurunkan lututnya untuk duduk di depanku. "Aku tidak akan menyentuhmu."

"Lalu keluar dari sini!" Aku memeluk tubuhku lebih erat.

"Percayalah begitu aku keluar dari sini akan ada pria yang menggantikan aku dan itu akan jauh lebih buruk. Mereka tidak akan berbelas kasih padamu." Aku memelototinya, apa dia pikir dia baik? Dia monster, seperti Ayahnya. "Aku hanya ingin bicara. Aku tidak memikirkan kamu seperti itu."

Bohong! Seorang penipu! Aku dapat merasakannya, gairah dan hasratnya begitu dia menatapku. Bagaimana matanya turun ke bibirku tiap beberapa detik sekali. Dia mungkin memikirkan bagaimana rasanya menciumku, memaksakan dirinya padaku, dan dia mencoba menipuku dengan omong kosongnya.

"Pembohong!" bentakku tapi ekspresinya tetap tenang, jika aku tidak dapat merasakan perasaan seseorang, aku akan percaya padanya detik ini.

"Aku tidak—"

"Aku merasakannya! Jadi berhentilah berbohong karena aku dapat merasakan perasaanmu dengan jelas. Itu panas dan merah, berhasrat dan bahkan jika aku tidak bisa merasakan perasaan seseorang aku dapat membaca matamu. Itu berkeliaran ke tubuhku, menatap bibirku seolah kamu ingin menggigitnya dan kemudian di belahan dadaku." Dia tersentak sekarang, dan matanya menatapku aneh.

"Kamu dapat merasakan?"

"Ya!"

"Bagaimana?" Dia bertanya, tidak dapat mengerti.

"Itu bakatku, sama seperti itu dengan sihirmu." Dia bergeser maju lebih dekat. "Mundur!"

"Baiklah aku ingin menciummu tapi itu normal, percayalah. Setiap pria waras tentunya ingin mencium gadis sepertimu tapi aku tidak akan mewujudkan keinginan itu karena aku ada di sini untuk bicara denganmu. Buat tawaran untukmu."

Apakah aku bisa mempercayainya? Apakah dia tidak sedang menipuku?

Kadang-kadang aku berharap Dewa memberkatiku dengan kemampuan membaca pikiran alih-alih merasakan perasaan dan firasat.

"Tawaran apa?"

"Aku ingin kamu berpura-pura menjadi simpananku—"

"Tidak mungkin!" Dia sudah gila.

"Biarkan aku selesai terlebih dahulu." Dia menatapku dengan lelah. "Jika kamu menjadi wanita simpananku, kamu akan tinggal di istana dengan nama lain. Tidak ada yang akan mencurigaimu di sana dan aku ingin kamu mengumpulkan informasi untukku. Duke dan menteri ayahku akan tertarik padamu, kamu bisa makan bersama mereka, dekati mereka untuk menarik informasi keluar dari mereka. Mereka tidak akan menaruh kecurigaan pada simpanan kecil Putra Mahkota yang manis."

"Kamu ingin aku menjadi mata-mata? Ingin aku memata-matai pemerintahan Ayahmu?" tanyaku tidak mengerti.

"Tepat!"

"Kenapa?"

"Karena sama seperti kamu, aku tidak menyukai bagaimana cara dia menjalankan Grishold. Percaya atau tidak, aku juga melihat kengerian yang sama sepertimu." Bayangan suram menutupi wajahnya dan aku merasakan perasaannya yang kesakitan, sebuah perasaan penyesalan yang begitu kelam. Penyesalan dan bersalah.

"Oke, lalu kenapa aku? Kenapa memilih aku, bukanya gadis lain?"

"Karena aku melihat kebencian dan tekadmu. Api untuk membalas dendam. Kita sama dalam hal itu." Saat aku tidak segera menjawab dia kembali bicara, "Jika kamu menjadi wanitaku tidak akan ada yang menyentuhmu dan aku bersumpah tidak akan melakukannya juga. Kamu akan aman. Tapi jika kamu tinggal di The Radiant ... kamu tahu bagaimana itu akan berakhir."

Dewa Yang suci! Dia benar tapi apakah aku bisa mempercayainya?

"Baiklah."

Perlahan dia tersenyum. "Bagus sekali! Jadi siapa namamu?"

"Aku pikir aku akan mendapat nama baru," ucapku sarkastik.

"Aku hanya ingin tahu, anggap saja untuk awal dari membangun kepercayaan di antara kita." Dia mengulurkan tangan. "Priam Alexandus."

"Rosemary Roe, tapi semua orang memanggilku Rose."

"Baiklah Rose, kita akan menjadi rekan yang baik."

***

RITMAF akan kembali update tanggal 01 Maret 2020 sesuai ketentuan dari kontes GMGChallenge2020. See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro