18
•Mata setiap wyvern selalu merah, terbakar seperti api, sama seperti rambut merah api Gieraa.
•Wyvern selalu haus akan darah dan pertempuran, sama seperti hasrat abadi Dewa Perang.
•Wyvern meraung dan liar di saat titik balik musim dingin, saat di mana Gieraa jatuh dari keabadian.
•Wyvern merupakan hewan suci Dewa Perang. Mereka bersumpah setia, dan menunggunya untuk kembali.
—Beberapa tesis tentang keberadaan wyvern, Oleh Juniper Fergus
Rahang besar Keagan menjepit dan menghancurkan kambing yang telah Kapten seret untuk makan siangnya. Darah merah berceceran berantakan di sekitar tanah yang tandus. Aku duduk di tepi padang dan memalingkan muka dari tindakan predator yang brutal, mendengarkan suara tulang yang retak oleh gigi tajam dan cabikan daging merah. Keagan jelas menikmati saat makan siangnya.
Takut gadis kecil?
Aku tidak tersentak kali ini, dia sudah mengoceh di kepalaku sejak aku muncul. Aku tidak yakin apakah aku berhalusinasi tentang mendengar suara-suara atau wyvern itu memang berbicara padaku. Dan aku benci dia terus memanggilku gadis kecil. Aku bukan gadis kecil. Tidak lagi.
Apa yang kamu inginkan dariku?
Aku mengirim pikiran padanya, berpikir bahwa komunikasi ini akan berlangsung dua arah. Aku kembali melihat ke arahnya tepat di saat dia meremukkan tengkorak kambing yang malang, dia menyeringai padaku, atau setidaknya aku pikir begitu.
Sudah sangat lama menunggu, kami hampir percaya tidak akan pernah menemukannya lagi.
Dia bicara omong kosong atau mungkin halusinasiku yang bicara omong kosong. Aku berdiri, menepuk debu dari gaunku dan berpikir untuk meninggalkannya sendirian dengan makan siangnya. Aku pasti punya sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan dari pada mendengarkan suara yang membuatku semakin yakin kalau aku tidak waras. Seperti membobol Womb untuk membebaskan Lis misalnya. Jenderal Moringan baru saja memberi tahuku saat sarapan pagi ini. Menceritakan dengan seringai kemenangan bahwa dia akan mengeksekusi tahanan wanita yang dikirim kemarin dari Ryohan, tepat setelah matahari terbenam hari ini. Dia jelas membicarakan Lis. Kepuasan yang aku rasakan dan lihat di mata Jenderal saat itu membuatku bertanya-tanya, apakah dia berhasil menghubungkan apa yang ada di antara aku dan Lis. Dan apa yang akan dia lakukan jika dia tahu. Aku berpikir yang terburuk.
Aku bisa membantumu.
Kata-kata wyvern yang terdengar di kepalaku berikutnya, berhasil membuat kakiku berhenti. Berputar kembali ke arah Keagan, aku menyipitkan mataku.
"Jangan bermain denganku!" Aku mendesis dan mencoba membuat wajah mengintimidasi tapi aku mendapati itu sulit saat lawan bicaramu adalah seekor wyvern yang ukuran tubuhnya jauh lebih besar darimu dan memiliki taring dan ekor berduri yang dengan mudah dapat merobekmu.
Bukan aku, gadis kecil.
Pertama kita harus meluruskan ini, aku bukan gadis kecil! Jadi berhenti memanggilku itu!
Aku mengirim rasa jengkel di kepalaku. Berpikir bahwa itu membuatku terdengar seperti gadis kecil yang merajuk. Tapi aku tidak peduli, gadis kecil, itu mengingatkanku pada perasaan tidak berdaya. Seperti saat aku melihat Pamanku mati dengan pedang di jantungnya atau kedua orang tuaku yang kepalanya terpisah dari leher mereka. Aku tidak bisa melakukan apa pun untuk mereka, sudah terlambat tapi aku bisa membalas semua itu. Lalu mungkin suatu hari aku akan bisa hidup dengan tenang. Mungkin benar-benar hidup dan bermimpi seperti gadis lainnya.
Buktikan kalau kamu bukan gadis kecil lalu.
Aku mengabaikannya dan melepaskan sentimenku tentang caranya memanggilku. Aku bertanya padanya tentang apa yang aku butuhkan. "Bagaimana kamu bisa membantuku?"
Aku tidak sadar aku telah berjalan mondar-mandir di padang. Menciptakan jejak pada tanah berdebu. Memikirkan tentang prospek penyelamatan yang terdengar tanpa harapan. Kapten mungkin tidak akan setuju dengan ide gila apa pun yang muncul di kepalaku. Apakah aku harus memasukkannya dalam skemaku atau aku harus menyingkirkannya sama sekali?
Kamu menginginkan pelarian. Aku bisa membawamu kemana pun.
"Aku perlu mengeluarkannya lebih dulu sebelum aku bisa mengirimnya ke mana pun. Ditambah aku masih berharap bisa kembali ke istana tanpa seorang pun curiga padaku. Aku akan menjadi mata dan telinga di pengadilan Raja selama yang aku bisa." Lalu aku perlu rencana di sini dan sekarang, tapi aku tidak memilikinya.
Wyvern suka darah dan pertempuran. Wyvern benci anak-anak malam. Wyvern bisa membuat kekacauan. Wyvern tidak lagi suka tempat ini.
Aku berkedip dan memikirkan kata-katanya, mengerutkan kening dan tersenyum. Senang tidak ada orang lain di sini atau aku akan terlihat gila. Mungkin aku memang gila, itu tidak buruk sebenernya. "Apakah semua wyvern bisa berbicara padaku, atau itu hanya kamu?"
Wyvern hanya setia pada satu makhluk. Kami sudah menunggu lama, terlalu lama.
"Jadi apakah wyvern akan mendengarkan aku?"
Mungkin. Dia kembali memamerkan taringnya yang menetes merah dengan darah kambing. Mereka bisa menjadi baik untuk gadis kecil atau mencabik daging gadis kecil, ayo kita lihat.
"Kamu tidak mencabikku, dan aku akan memastikan setiap wyvern akan melakukan hal yang sama."
***
Ada terlalu banyak lorong, terlalu banyak bagiku untuk menghafal semuanya. Terlalu banyak hingga cukup untuk membuatku tersesat. Lagi. Itu memalukan dan membuatku cukup putus asa. Saat aku hampir menyerah dan memutuskan untuk berbalik menelusuri kembali jejakku, aku tersandung pada Torin. Rambut merahnya basah oleh keringat dan tunik menempel pada tubuhnya, jelas dia baru saja selesai dari latihan.
"Catalya?" Dia menangkapku tepat sebelum aku mempermalukan diriku dengan tersungkur di tumitnya. Aku pikir dia punya keahlian untuk muncul di saat aku memiliki waktu yang kurang baik. "Kamu berbakat untuk ditemukan di tempat-tempat yang tidak tepat."
Aku kembali ke kakiku dan menggosok gaunku untuk merapikannya, memeras senyum di bibirku untuk terlihat tidak bersalah. Karena aku memang tidak bersalah. "Aku tersesat. Aku tidak mengerti bagaimana kalian tidak hilang di setiap lorong." Aku menggunakan suara skeptis dan jengkel yang biasa digunakan gadis-gadis saat mereka gagal mendapatkan gaun atau sepatu yang mereka buru.
"Selalu ada yang pertama, kamu akan terbiasa." Aku memberinya dengusan samar dan menggeleng.
"Aku tidak akan repot membiasakan diri dengan tempat ini. Tidak akan pernah merasa baik untuk mengetahui bahwa di atas kepalamu ada cukup tanah yang siap menguburkanmu." Dia tertawa serak, aku yakin tidak banyak hiburan di sini, dan aku ingat semalam. Torin tahu tentang dreadbringer, dan dia tidak menyukai itu. Setiap orang yang waras dan memiliki akal, tidak akan menyukai itu. "Kamu harus setuju denganku."
"Mungkin aku," jawabnya. Dia mengedikan bahu tidak bersalah dan mengembalikan pembicaraan padaku. "Kemana kamu menuju? Aku mungkin bisa memberimu arahan dari sini."
"Beberapa tempat," jawabku. Aku sedikit membungkuk untuk condong ke arahnya dan bicara dengan nada rendah. "Apa yang kamu pikirkan tentang apa yang terjadi di sini, Torin?"
Senyum hilang dari wajahnya dan kerutan muncul di dahinya. Sikap santainya yang mudah padaku berubah menjadi waspada. "Apa maksudmu?"
"Aku ingin tahu, apakah kamu bisa membantuku? Apakah kamu ingin meninggalkan tempat ini?" Dia mundur. Matanya liar untuk memeriksa sekeliling kami seolah dia mengharapkan seseorang akan berada di suatu tempat mendengarkan kata-kata terlarang yang baru saja aku ucapkan.
Aku menunggu dia untuk mengatakan sesuatu, memperhatikan setiap pergeseran perasaan yang terjadi di kepalanya. Dia takut, tapi keraguan adalah yang mendominasi dirinya. Ada juga sesuatu yang terang, minat, aku menangkap itu. Mungkin aku baru saja terlalu gegabah, jika dia mengatakan tidak maka aku tidak punya pilihan lain, selain membunuhnya.
"Aku akan melupakan kamu pernah mengatakan apa pun. Dan lebih baik kamu kembali ke kamarmu. Sekarang." Dia menekan bibirnya rapat dan menanggalkan semua ramah tamah dalam suaranya. Aku menggelengkan kepalaku, tidak bisa kehilangan apa yang baru saja aku lemparkan. Aku menyukai Torin, banyak. Aku tidak ingin membunuhnya. Jadi satu-satunya pilihanku adalah membuatnya setuju denganku.
"Aku tahu tentang makhluk yang hidup di bawah tambang ini." Dia tersentak, jelas tidak mengharapkan itu datang dariku. "Aku hampir mati karenanya semalam."
"Siapa kamu?" Sekarang aku benar-benar mendapatkan minat dan perhatiannya. Aku menjaga ekspresiku tenang dan meyakinkan seperti apa yang telah aku latih bersama Ayahku di saat-saat kami merekrut orang baru untuk kelompok pemberontak. Aku perlu terlihat jujur dan tahu apa yang sedang aku lakukan, ambil kepercayaan mereka dan buat mereka ingin mengikutimu.
"Aku Rosemary Roe." Dia mengangkat alis, jelas tidak merasa familier dengan namaku. "Mungkin Breath of Strom akan mengingatkanmu dengan sesuatu?" Sekarang tanganya meraih ke pangkal pedang di pinggangnya, matanya terlatih pada wajahku, mungkin mencari kebohongan.
"Lalu aku harus menangkapmu dan membawamu ke Jenderal Moringan," ucapnya.
"Atau kamu bisa mendengarkanku dan lihat apakah aku pantas untuk sebuah kepercayaan." Senyum pahit terukir di bibirnya tapi dia belum menggambar pedang. "Aku bekerja untuk Pangeran Priam sekarang." Keraguan berkobar darinya. Aku perlu menyingkirkan itu, ini tidak akan berhasil jika dia tidak mau mempercayaiku, bahkan jika kami setuju dengan hal-hal itu tidak akan berjalan tanpa sebuah iman.
"Bagaimana aku tahu kamu tidak berbohong?"
"Kamu tidak bisa, karena itulah aku meminta sebuah kepercayaan darimu." Dia tidak suka itu tapi perlahan dia melepaskan genggamannya pada pangkal pedang. Memberiku satu anggukan ringan, dia melepaskan napas yang dia tahan.
"Apa yang kamu mau lalu?"
"Pertama, kenapa tidak memberi tahuku apa yang kamu inginkan terlebih dahulu?" Aku menawarkan, berusaha untuk bersikap ramah dan mengalah adalah hal dasar untuk memulai kerja sama. Buat mereka merasa bahwa kamu peduli pada mereka.
Dia ragu-ragu tapi akhirnya dia mulai bicara, "Aku ingin keluar dari sini, makhluk yang Raja biakkan di bawah adalah sebuah malapetaka, aku tahu itu." Dia diam, aku menunggunya untuk melanjutkan. "Tapi aku tidak bisa."
"Karena keluargamu. Jika kamu lari kamu mungkin akan berhasil tapi keluargamu akan membayarnya." Dia mengangguk kalah.
"Lihat! Ini tidak akan berhasil." Aku juga mengangguk dan dia sepertinya terkejut dengan itu.
"Kamu benar. Aku punya tiga skenario untukmu di sini." Aku mengangkat tiga jariku. Menekuk yang pertama aku mulai bicara, "Pertama, kamu bisa menangkap atau membunuhku lalu serahkan aku pada Jenderal, kamu mungkin akan mendapat promosi." Dia terlihat enggan yang hanya membuatku lebih mengharapkan pengaturan ini akan berhasil.
"Dua," aku menekuk jari yang lain, "aku akan membunuhmu karena aku tidak bisa mengambil risiko terekspos. Yang dengan jujur aku akui, aku sangat enggan melakukanya."
"Kamu pikir kamu bisa membunuhku?" Nada meremehkan di suaranya akan menyulutku beberapa tahun yang lalu tapi sekarang aku hanya menatapnya dan mengangkat alisku.
Aku menekuk jari terakhir dan aku bicara dengan tekad panas di dalam suaraku. "Atau kita bisa menjadi rekan. Aku bisa memberimu sarana untuk pergi dari sini dan ... aku akan memberimu alamat dari rumah aman pemberontakku. Kamu bisa mengamankan keluargamu dan dari sana jika kamu beruntung kamu mungkin menemukan kapal di pelabuhan lalu berlayar jauh, tinggalkan semua ini di belakang."
"Kamu tidak bisa melakukan itu, kamu tidak akan. Tidak mungkin kamu mempercayaiku dengan informasi semacam itu, aku bisa menjualnya. Aku tidak hanya akan mendapatkan promosi tapi aku juga akan mendapatkan keping seal dari memberikan alamat rumah aman kelompok pemberontak."
"Kamu tentu saja bisa. Tapi bukankah itu intinya?" Aku mengedikan bahu terlihat tidak terlalu peduli dengan pertukaran kami. "Kita perlu saling percaya, jadi kenapa tidak?"
"Dan apa yang kamu minta?" Saat dia bertanya, aku tahu aku sudah mendapatkanya.
"Semua informasi yang kamu tahu tentang makhluk yang hidup di bawah sana dan," aku meremas kepalan tanganku berharap dia tidak berpikir aku gila. "beberapa bantuan kecil untuk mengeluarkan seorang teman dari eksekusi sore ini, tepat di saat matahari pergi."
Tawa menggelegak memecah bibirnya, dia menggelengkan kepalanya seolah aku baru saja memberi tahunya lelucon paling lucu di tanah ini. "Teffa! Kamu sudah gila!"
***
Who you love?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro