Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13

Mereka tercipta dari bayang-bayang, hidup dengannya, dan tinggal di dalamnya. Sesuatu yang gelap dan dingin membekukan tulang hingga gigimu bergemerutuk. Lalu napas mereka akan mencuri pikiranmu dan menggantinya dengan kegilaan.

Deskripsi anak-anak malam, dari teks-teks kuno di perpustakaan bawah tanah Ryohan 

Begitu cengkeraman di tanganku mengendur, aku mengayunkan kepalaku ke belakang, membenturkannya dengan keras ke wajahnya dan aku akan puas jika itu mematahkan hidungnya. Dia mengutuk banyak nama Dewa di tengah dengusan rasa sakitnya saat aku menarik tanganku lepas, tumitku menghancurkan kakinya dan aku berputar untuk membuat tendangan bagus di bolanya tapi dia berhasil melompat mundur.

"Sial Rose! Berhenti!" Dia mengangkat tanganya.

"Demi Tessos dan nerakanya yang terbakar! Kamu pikir apa yang kamu lakukan di sini?" Aku begitu marah. Saat aku mendaftarkan suara dan aroma penyergapku aku hanya ingin mengutuk kebodohan dari kepalanya.

"Kamu pikir kenapa aku di sini, Rose?" Aku menggertakkan rahangku saat dia berani balas membentakku.

"Kamu bodoh! Idiot!" desisku. Aku memperhatikan seragam prajurit kerajaan yang dia pakai. Sama seperti yang dikenakan prajurit yang mengeksekusi orang tuaku, tenggorokanku tiba-tiba menyempit mengingat mereka.

"Setidaknya aku tidak berteman dengan musuh!" Dia membalas, perasaan marahnya kembali teraduk. Aku mendengus.

"Jika kamu di sini, bagaimana dengan Dalia? Siapa yang menjaganya? Bukankah aku sudah memohon padamu? Kamu sialan, Gavin!"

Tenang Rose! Kamu tidak ingin seseorang mendengar ini dan datang untuk melihat.

"Katakan Dalia baik-baik saja!" desisku.

Jika dia tidak, aku akan ... aku tidak tahu, aku hanya tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika terjadi sesuatu pada Dalia.

"Dia baik, aku mengirim dia ke dermaga bersama ibu dan saudara perempuanku begitu prajurit terakhir meninggalkan Jadecliff. Mereka seharusnya sudah mencapai Stacca." Aku menghembuskan napas lega. "Dan bagaimana mungkin kamu, Rose? Apa yang kamu pikirkan?"

Aku menatapnya dengan ekspresi kosong, sementara rasa sakit tumbuh dengan cepat di dalam dirinya. "Apa yang kamu bicarakan?" Dan ketika dia hanya terus menatapku dengan ekspresi kecewa yang dingin tiba-tiba aku mengerti apa yang mungkin sudah dia dengar. "Bukan kamu Gavin! Kamu sudah mengenalku praktis sejak aku masih memakai popok!"

"Tapi aku baru saja melihatnya! Kamu dan Kapten Moringan berlatih seolah," dia menggertakan gigi dengan jengkel, "seperti saat kita beradu pedang, seolah kalian berteman. Dan semua rumor tentang Putra Mahkota dan kamu. Apakah kamu tahu, Rose? Aku sudah memikirkan yang terburuk untukmu."

"Nah, lalu seharusnya kamu senang dan bersyukur karena yang terburuk tidak terjadi padaku! Kamu seharusnya tidak marah dan mengutukku karena aku baik-baik saja!" Aku menusuk dadanya dengan jari telunjukku, kemarahan berdering di telingaku. Merah dan geram, aku ingin memukulinya.

"Bukan itu maksudku! Dan kamu tahu itu!"

"Oh, aku tidak tahu! Aku tidak tahu apa pun di kepalamu, Gavin! Apa yang kamu pikirkan, hah? Aku benar-benar berbagi ranjang dengan Pangeran? Apakah aku juga menggoda Kapten Penjaganya? Atau, kamu pikir aku sudah tidur dengan setengah prajurit di istana? Apa yang kamu pikirkan?" Aku mengambil napas, mengatur kembali ledakan emosiku.

"Rose, aku tidak—"

"Diam! Biar aku beri tahu kamu! Aku tidak tidur dengan siapa pun! Aku tidak mengkhianati siapa pun! Dan ada lebih banyak lagi yang tidak kamu tahu! Jadi jangan coba-coba menghakimi aku!"

"Teffa! Aku minta maaf, aku tidak bermaksud."

"Ya, itu persis apa yang kamu maksudkan!" Ketika dia tumbuh diam dan rasa malu menyelimutinya, aku menghela napas. "Sudahlah, aku mengerti kenapa kamu berpikir begitu. Aku tidak marah, aku hanya, aku tidak percaya kamu bisa memikirkan itu tentangku."

"Dewa mengutuk kebodohanku Rose," desahnya sebelum mengumpulkanku ke dalam pelukannya. Wajahku menekan ke dadanya, aku bernapas perlahan. Gavin beraroma seperti apa yang aku ingat, seperti kebun jeruk dan rumput yang baru dipotong. "Aku minta maaf. Aku sudah membayangkan yang terburuk sejak kamu pergi, aku tidak pernah bisa tidur tanpa memikirkan apa yang mungkin terjadi padamu di sini. Aku takut, kesal, dan marah. Itu membuatku bodah dan saat aku melihat dan mendengar hal-hal tentangmu aku menjadi berengsek. Tolong maafkan aku Rose."

Aku mendesah dan membiarkan kepalaku mengangguk. "Aku memaafkanmu." Dia memeluk lebih erat diriku. Perasaannya mengalir seperti hujan padaku. Dan aku gelisah. Perasaan itu manis dan cerah, hangat seperti ciuman sinar matahari. Cinta, kasih sayang, begitu banyak hingga membuatku sakit. Aku selalu tahu apa yang dirasakan Gavin untukku tapi aku tidak bisa membalasnya, dan itu membuatku sekarat. Dia juga tahu kalau aku tahu, lebih buruk lagi, dia sadar aku tidak akan pernah membalas perasaannya, tidak dengan cara yang sama. Tapi dia tidak pernah pergi, tidak pernah menyerah padaku. Aku mencintai Gavin tapi itu seperti aku mencintai saudaraku, seperti saudara kembar mungkin saling mencintai. Dia tidak pernah membahas perasaannya padaku, tahu itu akan membuatku tidak nyaman di sekitarnya. Hal lain yang membuatku lebih buruk.

"Aku merindukanmu." Dia melepaskan pelukannya dan beralih menangkup wajahku. "Aku akan mengeluarkan kamu dari sini."

Aku melepaskan tangannya dari wajahku, dan berdiri untuk menemui matanya. "Tidak Gavin."

"Tidak? Apa maksudmu?" Dia terlihat waspada dan khawatir seoleh aku baru saja kehilangan akalku.

"Tidak. Aku tidak akan pergi. Yah, sebenarnya aku akan pergi besok."

"Aku tidak mengerti." Dia menyisir rambutnya ke belakang, gerakan yang biasa dia lakukan ketika dia bingung atau cemas.

"Aku sudah katakan, ada hal-hal yang belum kamu tahu. Gavin dengar, Pangeran tidak mengerikan seperti yang kita pikirkan selama ini." Dia memandangku dengan marah, aku tahu dia tidak akan percaya ini dengan mudah. Aku bahkan juga tidak yakin bisa percaya sepenuhnya tapi sejauh ini rasanya benar. "Aku bekerja untuknya."

"Rose!" Sekali lagi perasaan kecewa dan dikhianati merembes darinya. Membuat namaku terdengar tercekik di tenggorokannya.

"Hentikan itu!" desisku. "Aku tidak mengkhianati siapa pun. Pangeran ingin aku menjadi mata dan telinganya di pengadilan. Aku mendengar dan belajar banyak hal. Seperti Lord of Briar mungkin akan bersedia untuk membantu pemberontakan jika kita bisa membujuknya, dia tidak pernah menyukai metode Raja dengan pajak tinggi yang dipungut dari pedagangnya tiap kali memasuki gerbang kota. Atau bahwa Lord of Celdron adalah bajingan tua yang korup dengan memakan pajak dari rakyatnya. Aku tahu tempat gandum atau mesiu di simpan. Aku tahu hal-hal yang bisa membantu pemberontakan jika aku tinggal."

"Baiklah. Apa tepatnya yang diminta Pangeran untuk kamu lihat?" Saat Gavin akhirnya tumbuh lebih relaks aku tersenyum. "Apa yang dia rencanakan?"

"Dia tidak memberi tahuku, belum. Dia ingin aku mencari tahu tiap tindakan yang akan diambil oleh Raja. Dan aku hanya tahu dia punya rencana untuk menggulingkan Raja dari takhtanya."

"Dan kamu percaya padanya? Kamu Rose?"

Aku mendesah frustrasi di dalam kepalaku. "Gavin kamu tahu aku. Aku akan tahu jika seseorang berbohong. Dia tidak."

"Tapi—"

"Ada hal yang lebih buruk mungkin akan terjadi. Mari kita tinggalkan ini di sini. Aku tidak akan pergi dan kamu akan mengerti itu!" Dia kesal tapi dia tidak meneruskan protesnya. "Apakah kamu mendengar kematian aneh di Cenesty?"

"Rumor gila. Hal-hal hantu. Omong kosong. Itu semua menyebar seperti api pada sekam, orang-orang membicarakannya, tapi aku pikir itu bodoh."

"Itu benar, hantu dan hal-hal itu tidak gila. Aku akan pergi ke Abyss besok bersama Kapten, untuk mencari tahu tentang ini." Jika sebelumnya dia pikir aku gila, sekarang dia yakin aku pasti. "Dan sekarang beri tahu aku, bagaimana kamu ada di sini."

Jadi dia memberi tahuku apa yang terjadi sejak aku meninggalkan Jadecliff. Tentang tiga gadis yang berhasil menemukan rumah aman pemberontak di Goffat. Dan bagaimana mereka memberi tahu pemberontak tentang Fox of Clever dan Breath of Storm, tenteng upaya putus asa melarikan diri mereka dan kemudian sejak itu Gavin mengajukan diri untuk menjadi prajurit alih-alih mendengarkan kata-kataku dan menjaga Dalia. Kemudian Rathúnas datang, Festival Musim Panas dan semua hiruk pikuk yang akan terjadi di istana, Gavin dikirim untuk membantu penjagaan di sini. Dia sudah menyiapkan rencana untuk mengeluarkanku. Akan ada banyak gerobak pedagang Briar di istana untuk festival nanti malam dan Gavin berhasil meyakinkan salah satu pedagang untuk mengangkutku dalam kekacauan festival.

"Jadi gadis-gadis itu selamat." Aku senang mendengarnya, setidaknya usaha kami tidak sepenuhnya sia-sia.

"Mereka lakukan, dan aku bertanya-tanya bagaimana kamu tidak? Dan Fox of Clever?"

"Kami berdua harus tinggal di belakang, mengacaukan prajurit agar gadis-gadis itu punya cukup waktu untuk lari." Perasaannya bangga padaku, dan kemarahannya digeser oleh kasih sayang. Gavin selalu mencintaiku. Selalu. Tapi kenapa aku tidak bisa merasakan hal yang sama untuknya, itu seharusnya sangat mudah untuk jatuh cinta padanya. Tetap saja aku tidak.

"Alasan kenapa aku selalu menyukaimu. Kamu baik, berani, peduli dengan orang lain. Tapi terkadang itu membuatku jengkel ketika itu menempatkanmu dalam masalah."

"Yah, kamu seharusnya sudah terbiasa dengan itu sekarang. Jadi katakan lebih banyak tentang gerobak pedagang Briar. Berapa banyak dia bisa mengangkut orang?" Harapan muncul di dalam diriku. Rencana gila, ide gila tapi mungkin akan berhasil.

"Aku pikir kamu tidak akan pergi."

"Bukan aku. Tapi anak-anak, kita tidak bisa membiarkan mereka tinggal di The Radiant jika ada cara untuk mengeluarkan mereka." Irene bisa melihat dunia, lihat apa yang ada di balik tembok hitam istana, dan jika Dewa Keberuntungan memberkati, dia mungkin bisa mencapai Stacca, bertemu dengan Dalia. Mereka bisa berteman.

"Kamu mencari maut. Kita tidak bisa menyelundupkan anak-anak keluar." Dia memasang wajah batu tapi kita berdua tahu siapa yang lebih keras kepala di antara kami.

"Jangan beri aku sampah, Gavin. Kamu mencoba mengeluarkanku dan karena aku tidak menggunakan kesempatan itu maka itu akan baik jika orang lain melakukanya." Dia masih belum setuju. Aku mengerti risikonya tapi itu layak. "Gavin, mereka hanya anak-anak. Bayangkan jika itu Gemma atau Dalia yang ada di sana."

"Teffa memberkatimu Rose! Kamu menang!" Dia menggerutu tapi aku tahu hati nuraninya tidak akan membiarkan dia mengabaikan anak-anak. "Itu mungkin akan muat tiga atau empat anak, ada pintu jebakan di bagian bawah lantai gerobak mereka bisa bersembunyi di sana sementara di atas kita akan menimbun karung kacang-kacangan dan tong minyak zaitun. Berdoa pada Dewa semoga prajurit tidak memeriksa dengan akal. Karena itu seharusnya kamu, jadi bahkan jika prajurit menemukanmu kamu bisa membunuhnya dengan mudah."

"Aku punya ide. Penjaga tidak akan memeriksa gerobak pedagang jika mereka sibuk dengan hal lain. Katakan kamu bukan satu-satunya pemberontak yang ada di kota!" Aku punya seringai gila di wajahku, aku yakin itu, karena Gavin melihatku dan meringis.

"Mereka di sini, untuk menonton, lihat apakah ada kesempatan untuk menjatuhkan Raja. Dan aku benci ketika kamu punya ide gila di kepalamu. Katakan!"

"Cari wanita bernama Lis di rumah pembibitan. Katakan padanya siapa kamu dan minta dia untuk menghubungi pemberontak Celdron Gap. Katakan padanya untuk melakukan rencana awalnya. Dan kemudian kirim kabar ke orang kita untuk menghancurkan gudang selatan Ryohan, ambil semua bubuk mesiu di sana." Aku tertawa seperti setan. "Kita akan membuat penampilan di pelepasan lampion. Ayo berharap semoga Heliaf tidak mengutuk kita."

"Kita sudah dikutuk, Rose." Tapi dia menyeringai. "Dikutuk setiap kali kamu punya ide gila di kepalamu."

"Jangan bilang kamu tidak menikmati itu." Dia menarikku ke dalam pelukannya lagi.

"Aku menikmatinya, sangat banyak." Dia mendorongku sedikit menjauh dan memegangi tengkukku dengan tangannya, lalu bibirnya ada di bibirku. Hanya untuk detak jantung tapi itu membuat semua tubuhku membeku. "Selamat Rathúnas, Rose. Semoga Dewi Heliaf memberkatimu dengan banyak anak. Dan selamat ulang tahun."

***

Bantu jawab yah, please >_<
Kalian tahu folklore dari Brothers Grimm? Menurut kalian apa yang paling menarik? Please jawab yah ... Wkwk
Jangan lupa vote and comment-nya juga :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro