[1] MoS
"Padahal lu yang mau MoS, kok gw yang ribet sih?" gadis berambut putih salju yang dikuncir itu protes pada adiknya. Untuk apa ia harus mengurus anak ini? Toh gadis ini sudah menginjak kelas 11. Harusnya ia tak perlu menyiapkan peralatan-peralatan ini.
"Jangan mentang-mentang lu udah kelas 11, terus gw, adik lu yang baru masuk kelas 10 ini ngga dibantu pas masa orientasi. Kali-kali kek kasih bocoran gimana MoS taun lalu," oceh panjang lebar gadis berambut cokelat kepada kakaknya.
Lagipula, mereka akan sekolah pada SMA yang sama. Tentu saja agar keduanya mudah untuk pulang dan pergi. Tapi mau gimana lagi? Mereka memang susah akur.
"Skuy berangkat, Miy!" ajak gadis berambut cokelat kepada kakaknya. Tanpa embel-embel kak gadis itu melenggang keluar kamar.
"ODETTE! GA SOPAN BANGET LU JADI ADEK!" teriak Miya menatap punggung Odette yang menghilang dari balik pintu. Segera, Miya mengikuti langkah Odette keluar.
Percekcokan antara Odette dan Miya masih berlanjut sampai di ruang tengah rumah mereka. Seorang lelaki yang sedang menikmati tulisan koran itu, kini menghadap pada kedua gadis yang saling melempar kata-kata. Pria itu menggeleng dan sedikit tertawa karena ulah para adik gadisnya.
"Emang kagak bisa akur ya?" Odette dan Miya menghentikan pertikaian mereka dan mendekat pada seorang yang keduanya anggap sebagai kakak. Bisa dibilang, lelaki itu adalah anak tertua.
"Lu ngga kerja lagi, Kak?" tanya Odette kepada pria itu. Miya sangat iri ketika Odette memanggil kakaknya dengan embel-embel kak. Bagi Miya mah, ini ngga adil.
Sedikit percakapan antara kakak dan adik mengulur waktu Odette dan Miya untuk sampai ke sekolah mereka. Keduanya memutuskan bergerak cepat saat percakapannya telah dianggap selesai.
Di depan gerbang sekolah, tampak ramai dipenuhi oleh orang-orang yang menjadi siswa-siswi baru. Bagi Miya ini benar-benar melelahkan. Melihatnya saja sudah membuat dirinya mengantuk.
"Eh, gw duluan, mau nontonin daftar kelas," ucap Miya kepada Odette. Gadis berambut cokelat itu mengangguk tanda setuju. Baiklah, ini saatnya Miya untuk meninggalkan keramaian ini.
Belum jauh Miya melangkah, tubuhnya menabrak sesosok lelaki. Tubuh kecil gadis itu sedikit terpental kebelakang. Pria itu berbalik, menatap fokus Miya yang tertunduk memegangi jidatnya.
"Are you ok?" tanya pria itu. Miya mendongakkan kepalanya. Gadis itu hanya menjawab "ya" dan meminta maaf karena dirinya tak melihat arah depan.
Gadis berambut putih salju itu melanjutkan langkahnya hingga sampai di depan papan pengumuman. Mencari namanya teliti dan menemukannya untuk melangkah pasti kelas mana yang akan ia tuju.
Miya merasa senang ketika melihat nama-nama temannya yang akan sekelas dengan dirinya juga. Ya, ada para sahabat yang membuat gadis itu berjalan cepat menuju kelas barunya.
Kakinya melangkah masuk. Miya mendapatkan sebuah sambutan dari para sahabatnya. Gadis itu tau, teman-temannya ini tak mungkin datang terlambat dihari pertama mereka.
"Sekelas bareng kalian ngga buruk juga," ucap pria berambut cokelat kehitaman menuju kearah Miya.
"Ya itu karena lu males nanggepin para fans lu itu kan? Apalagi tahun ajaran baru begini, adek kelas juga pasti banyak yang jadi fans lu dah. Pandangan pertama langsung pada beraksi," ucap gadis berkepang satu ini. Kalimat panjang itu direspon oleh Gusion dengan santai.
Itu sudah pasti. Pria ini akan menutup dirinya lebih dalam agar tak menjadi buronan bagi siswa-siswi baru di sekolah mereka. Sungguh, ia sedikit lelah selalu menjadi buronan dari seangkatannya sampai para kakak kelasnya.
Sebenarnya, Gusion adalah seorang yang sangat asik jika diajak berbicara, dulunya. Sekarang sih cuma keliatan pas lagi ngumpul sama temen-temennya ini.
"Eh, katanya bakal ada anak baru," ucap Lesley--gadis berkepang satu kepada teman-temannya.
"Ngga cuma ada, noh banyak lagi ngumpul di lapangan," Gusion menunjukkan lapangan yang tampak menjadi lautan manusia. Kebetulan, mereka memang mendapat kelas yang berada di lantai dua.
"Bukan itu, maksud gw, ada anak pindahan di kelas 11 ini," jelas Lesley. "Kalo diliat dari daftar nama kelas, cuma kelas kita yang sisa bangkunya. Kemungkinan besar sih anak baru tuh bakal masuk di kelas kita."
"Ets.. lagi pada ghibahin gw ya?" pria berambut pirang itu baru saja datang dan membuat yang lain tersentak kaget. Oh iya, Miya lupa dengan pria yang satu ini, temannya yang paling lambat dateng.
"Dih, siapa juga yang bakal ghibahin jamet kek lu?" balas gadis bertwintail. Gadis ini sedari tadi sibuk dengan ponselnya. Sudah bisa ditebak, ia sedang berkomunikasi dengan kekasihnya.
"Iya iya, lu mah kagak. Paling juga lu fokus HP lagi chat sama babang Clint lu itu," Lancelot membalas perkataan Layla.
Sebuah suara mulai memimpin para siswa-siswi baru di lapangan sana. Orang itu menggunakan microphone untuk menggelegarkan suaranya agar terdengar oleh seluruh warga baru sekolah.
Ucapan selamat datang, sambutan, dan lain-lainnya. Susunan acara yang biasa saja. Ya, menunggu semuanya selesai membuat Odette merasakan tubuhnya yang mulai melemas. Ia tak tahan untuk berdiri lebih lama lagi. Dari atas, Miya tampak memandangi Odette yang mulai gelisah. Tentu saja seorang kakak akan khawatir melihat adiknya seperti itu.
"ODETTE!" Tak lama, Odette terjatuh. Gadis itu tumbang. Miya segera menuruni tangga dan berlari menuju lapangan tempat Odette berada. Miya menampakkan kepeduliannya sebagai kakak. Sungguh, walaupun ia dan Odette sering berdebat, gadis berambut putih salju itu tetap menyayangi Odette sebagai adiknya.
Tindakan Miya itu membuat teman-temannya terkejut dan mengikuti Miya. Terkecuali dengan Lesley dan Gusion. Tentu saja Gusion tak ingin dirinya menjadi sorotan dihadapan siswi baru. Kalau untuk Lesley, ia hanya menemani Gusion. Gadis berkepang satu itu tidak ingin Gusion sendirian.
"Bukanya gw udah sering bilang, kalo lu ngga kuat ya mundur!" gadis itu mengomel lebih sering daripada biasanya. Sedari tadi ia begitu.
"Bawel banget si, iya-iya.. sorry," Odette membalas agar kakaknya itu segera berhenti mengomeli dirinya. Tak sadar, sedari tadi Lancelot menatap gadis berambut cokelat itu. Bagi Lancelot, gadis itu tampak imut apalagi disaat membalas perkataan Miya.
"Lu demen banget nemenin gw biar ngga solo," Gusion memulai percakapan diantara keduanya. Lesley tertawa.
"Gw harus jawab apaan dong kalo gitu?" gadis itu masih saja tertawa. "Ya kalo lu lebih pengen sendiri yaudah gw turun."
Belum sempat melangkah, Gusion menahan tangan Lesley agar gadis itu tak pergi dari tempatnya. Itu membuat hati Lesley berdegup kencang.
"Gw ngga nyuruh lu pergi," hati gadis berambut pirang itu semakin berdegup lebih kencang.
"Selamat datang..."
♪♪TBC♪♪
‹°•============♪♪♪♪============•°›
•••••
[Lawas] diperbarui 10 April 2018
[REViSi] 9 Februari 2020
[Rev.pub] 10 April 2020
[Rev.bab] [2] Perkenalan Singkat Menuju Perpus
–A/N–
Aaaaaaaaaaaaaaaaa, uhuw. Back back back. Rombak. Ubah. Biar ga kek dulu2 amat. Aduuuhhhh. Nyesel buat alur yang dulu itu. Berasa ada di jaman dulu. Owowoowowo..
Akhirnya keturutan buat rombak ini lapak. Bisa gila Mizu kalo belom sampe kena rombak. Halah.
Semoga aja nih cerita ga berakhir kek yang dulu itu.. aduuuhhhh.
/Spoiler/ Mizu pen bunuh semua Character. Hiyahiyahiya -plak-
Buat yang baca, jangan lupa vote dan komen untuk part yang baru ini. See yaa~
1100 kata
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro