Ch 4_Abnormal!!
Arslan menghempaskan badannya keras ke atas kasur singlenya. Menghembuskan nafas berat lalu menutup matanya dengan lengan kanannya.
Benar-benar lelah. Ditambah gosipan teman-temannya tentang Hanzel tadi. Pikirannya kini tercampur aduk tak karuan.
"Mandi dulu deh." Gumamnya lalu bangkit dan segera menuju kamar mandi.
+++
20 menit berlalu, Arslan keluar kamar mandi hanya di balut dengan handuk putih kecil yang melingkar di pinggangnya dan hanya memperlihatkan badan bagian atasnya. Ia menuju kulkas untuk mengambil jus apel kesukaannya. Diteguk perlahan olehnya, menikmati rasa manis masam khas buah apel.
Tak lama, bel apartemennya berbunyi. 'Siapa sih, malam-malam begini..? Mana belum pakai baju lagi.' Oceh Arslan dalam batinnya.
Belnya kini berbunyi berkali-kali seperti orang yang tidak sabar dan membuat Arslan geram. Terpaksa ia mengambil baju piyama mandinya dan memakainya lalu segera membukakan pintu.
*cklek... Arslan membuka pintu perlahan.
"Siapa, ya..." Nadanya menurun saat yang ia lihat tamu itu adalah Hanzel dengan senyumannya.
*Bam!! Arslan menutup pintunya dengan cepat. Tapi sesuatu mengganjal pintu apartemennya. Sebuah ujung sepatu mengganjal di pintu. Tiba-tiba sebuah tangan memegang pintu melalu celah ganjalan itu dan berusaha membuka pintu. Munculah rupa Hanzel dengan senyumannya.
"Aku bawa kue strawberry lho~" Ujarnya ceria. Sedangkan Arslan kini benar-benar tidak ingin bertemu dengan Hanzel untuk saat ini. Tapi apa daya, kue favoritnya menunggunya di tangan Hanzel. Mau tidak mau, ia terpaksa Hanzel masuk.
"S-silahkan masuk.." Ucap Arslan mempersilahkan dengan sedikit berat hati.
"Maaf mengganggu~" Ujar Pria berwajah kalem itu sambil masuk lalu duduk di sofa bed silver sambil menaruh kotak kue di atas meja panjang berkaki pendek di depannya.
'Omong-omong bagaimana dia tau kalau aku suka kue strawberry?' Batin Arslan curiga sambil menuju dapur. Ia masih bisa melihat keadaan ruang tengah yang sedang di tempati Hanzel.
"A-anoo... Mau minum apa?" Tanya Arslan sedikit keras dari dapur.
"Sesuatu yang dingin saja." Jawab Hanzel sedikit keras terdengar jelas oleh Arslan.
Arslan menuju kulkas dan membukanya. Oh, hanya ada jus apel yang baru saja ia minum di kulkasnya. Hari ini Arslan belum belanja sama sekali. Diambilnya jus itu dan menuangkannya ke dalam gelas ukuran sedang lalu menghampiri Hanzel. Arslan menaruh segelas jus apel itu di hadapan Hanzel.
"Apartemen mu cukup luas. Hampir sama apartemen ku." Ucap Hanzel lalu meneguk jus apel itu. Sedangkan Arslan duduk di ujung sofa yang sama dengan Hanzel untuk menjaga jarak. Ia mengambil kotak kue itu dan membukanya. Terdapat kue strawberry full.
"Woah!!" Ujar Arslan senang. Di ambilnya garpu plastik yang sudah disiapkan di kotak itu, ia memangkunya dan mulai memakannya tanpa memotongnya terlebih dahulu. Arslan tidak menghiraukan Hanzel yang kini tengah memperhatikannya.
Ekspresi ceria terukir di wajah Arslan. Arslan begitu menikmati rasa manis kue itu hingga krim kue berada di pipi dan pinggir bibir kecilnya.
*slurp.. Arslan terkejut. Pasalnya Hanzel menjilati krim di pipinya. Wajah Arslan mulai memerah. "Enak." Ucapnya kemudian.
"Sen---" Terukir senyuman licik kalem Hanzel menatap Arslan dan membuatnya bungkam.
"Sudah kubilang..." Ucap Hanzel sambil mendekati wajah Arslan.
"T-tunggu dulu..!!" Ucap Arslan sambil menjauh dan memejamkan matanya takut.
"Pfft.." Tahan tawa Hanzel hampir lepas. Hanzel pun mengelap krim di pinggir bibir Arslan. Arslan pun membuka matanya. Terlihat Hanzel yang tengah tersenyum manis padanya. Itu bukan senyum yang biasanya. Kini senyum itu benar-benar tulus.
"Arslan..." Ucap Hanzel sambil menatap Arslan dalam.
"Boleh ku menjarahi mu?" Tanyanya dengan tatapan polos. Syok!! Syok berat. Bahkan Arslan sempat menganga kaget oleh pertanyaan gila itu. Arslan tak habis pikir apa yang sedang Seniornya pikirkan.
"T-tunggu dulu!! Gini ya, apa kamu itu benar-benar orang gila seperti itu?" Ucap Arslan sambil menjauhi Hanzel.
"Seperti?" Tanya Hanzel tak paham.
"I-itu... seperti.... suka tidur dengan sesama pria.... gitu.. T-tapi itu sepertinya hanya rum---"
"Benar kok."
"Eh..?" Arslan benar-benar terkejut mendengar jawaban Hanzel. Arslan menatap Hanzel tidak percaya.
"Saat itu aku melakukannya karena hanya suka dengan penampilan mereka,.." Arslan terdiam. Mereka? Sudah sebanyak itu kah?
"...Tapi sekarang, entah perasaan apa ini... Rasa panas di dada, jantungku berdekup saat melihatmu. Ku ingin kamu menjadi milikku." Ucap Hanzel panjang lebar. Arslan benar-benar bungkam. Apa ini? Pernyataan cinta? Wajah Arslan memanas. Arslan menundukkan kepalanya.
"Jadi, bolehkah aku menjarahi mu..?" Tanyanya dengan lembut. Arslan terdiam. Arslan tak tahu harus menjawab apa. Wajahnya memerah semerah tomat.
"Ku anggap itu jawaban iya darimu." Ucap Hanzel hangat. Hanzel memegang ujung dagu Arslan yang kecil lalu mendongakkan kepala Arslan. Hanzel tersenyum simpul melihat wajah Arslan yang begitu merah dan menatap kosong ke arah Hanzel. Manis. Pikirnya. Hanzel menaruh kue strawberry yang di pangku Arslan ke meja.
Hanzel mulai mendekatkan wajahnya perlahan lalu mencium bibir kecil Arslan dengan lembut. Arslan menerima ciuman itu dengan pasrah. Pikirannya masih benar-benar kacau.
"Manis..." Ucap Hanzel di sela mengulum lembut bibir kecil Arslan. Rasa buah strawberry terasa pekat di luar bahkan di dalam mulut Arslan. Hanzel melepas ciumannya lalu beralih ke leher jenjang sebelah kiri Arslan dan membuat piama mandi yang dikenakan Arslan melonggar dan memperlihatkan bahu mulusnya.
"Ja... jangan membuat bekas..." Pinta Arslan lirih sambil memiringkan kepalanya ke arah kanan mempersilahkan lidah Hanzel menguasai leher kirinya.
"Baiklah..." Jawab Hanzel sambil membuka setengah piama Arslan hingga memperlihatkan badan bagian atas Arslan yang kecil. Hanzel medorong tubuh Arslan hingga terlentang lalu menciumnya lagi sambil memegang 'milik' Arslan. Spontan Arslan melepas ciuman itu.
"Dimana kamu--- ahhn..!!" Arslan mendesah spontan. Hanzel masih melanjutkan memainkan 'milik' Arslan sambil mengecup dada Arslan.
Gerah. Hanzel membuka kaosnya dan memperlihatkan proposi badannya yang sungguh idaman. Sixpack. Wajahnya kini juga memerah.
Hanzel mulai mendekat lalu lanjut mencium Arslan. Arslan kini benar-benar menerimanya. Arslan melingkarkan kedua tangannya ke punggung Hanzel.
"Aku menyukaimu." Ucap Hanzel setelah melepas ciuman itu dengan senyum tulus terpampang jelas di wajahnya. Arslan yang mendengar itu menjadi sedikit salah tingkah. Arslan masih belum bisa menjawabnya.
"Tidak apa-apa, ku akan menunggu jawabanmu." Ucap hangat Hanzel.
+++
Suara burung berkicau membangunkan Arslan dari mimpinya. Arslan merasa sempit. ditoleh sebelah kanannya. Terlihat Hanzel yang masih tertidur pulas menghadap Arslan. Ingatan semalam terbesit di kelapa Arslan. Kegiatan 'itu' teringat olehnya. Wajah Arslan langsung memerah. Hanzel pun terbangun. Arslan sontak kaget dan langsung membelakangi Hanzel.
"Pagi..." Ucap Hanzel pelan lalu memeluk Arslan dan mengecup tengkuknya. Jelas Arslan merinding dibuatnya.
"A-a-aku mau mandi dulu." Ujar Arslan lalu duduk hendak keluar dari selimut. Tapi gerakannya terhenti saat rasa sakit terasa di bagian selangkangannya dan mengetahui jika keduanya tengah telanjang bulat di balik selimut.
'Gila!!' Batin Arslan sambil menarik selimut untuk menutupi badan bagian atasnya.
"Kalau begitu, mau mandi bersama?" Tawar Hanzel sambil mengelus punggung bawah Arslan. Spontan Arslan mengeluarkan suara desahnya.
"Hen...tikan..." Pinta Arslan lirih sambil menengkulupkan kepalanya pada tekukan lututnya yang dibalut selimut.
"Ada apa?" Tanya Hanzel ikut duduk lalu memandang Arslan. Tiba-tiba suara isakan tersumber dari Arslan. Apa yang sudah ia lakukan? Apa yang harus ia lakukan setelahnya? Pikiran itu memenuhi otak Arslan. Hanzel yang berada di sampingnya langsung memeluk Arslan untuk menenangkannya.
"Maaf..." Ucapnya kemudian. Sedangkan Arslan masih larut dalam isakannya.
+++
Bel Pergantian jam pelajaran berbunyi. Arslan duduk di bangkunya tenggelam dalam lamunan.
'Bolehkah... Parasaan ini... Perasaan suka sesama pria... Boleh gak sih...' Batin Arslan dalam lamunannya lalu mengusap rambutnya gusar. Ditoleh teman sebelahnya. Arliz.
"A-anoo.. Arliz." Arliz melirik lalu menoleh ke Arslan.
"Apa?" Tanyanya heran dengan wajah Arslan yang kini memerah.
"Eng..." Arliz masih menunggu.
"B-bagaimana dengan Senior David?" Tanya Arslan sedikit ragu. Arliz terdiam.
"Maksudnya?" Tanya Arliz kemudian.
"Itu... kalian terlihat sangat dekat akhir-akhir ini, apa kalian..."
"Iya." Jawab Arliz memotong ucapan Arslan dan membuatnya terkejut.
"Eh? k-kalian pacaran?" Tanya Arslan tidak percaya. Dijawab satu kali kedipan mata pelan oleh Arliz.
"K-kalau begitu.. kalian sudah pernah..." Ucap Arslan sambil menempelkan kedua jari telunjuknya sungkan. "C-ciuman...?" Lanjutnya dengan rasa malu lalu melihat Arliz untuk mengetahui jawaban apa yang akan dia berikan. Dijawab kedipan mata pelan satu kali oleh Arliz. Arslan menganga.
"K-KALAU!! K-kalau begitu... Kalian juga sudah pernah... eng... gimana ya.. itu..." Ucap Arslan sambil memasukkan jari telunjuk kanannya ke dalam lingkaran 'ok' tangan kirinya. Arliz memiringkan kepalanya sedikit, tidak paham.
"Eng... h-hubungan i...ntim.." Arliz terdiam dengan wajah yang pucat.
"Eh? Haruskah?" Tanya Arliz dengan wajah dinginnya menbuat Arslan membeku dan kecanggungan melanda mereka.
"Maaf... menanyakan mu hal yang aneh..." Ucap Arslan lirih tapi masih terdengar sampai Arliz.
"Ayoo!! Duduk di tempat masing-masing, pelajaran segera dimulai." Ujar guru memasuki kelas.
'Sudah ku duga... Hal ini tidak normal!!' Ujar Arslan dalam batin dengan wajah pucat.
+++
TBC
+
+
+
Hai hai... ku ngerasa ini agak pendek dari chapter sebelumnya ehe :> Tapi tetap dukung book ini ya~ makasih.. Ditunggu Vommentnya~ <3 uchuu ehehe
Ara
ok NEXT--->
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro