Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pain

WARNING! Mengandung kekerasan

"Akhir-akhir ini tingkat kejahatan di lingkungan pendidikan meninggi. Para wali murid pun mulai resah. Lalu bagaimana antisipasi yang akan diberikan oleh sekolah? Menurut ...."

Suara televisi menggema di ruang keluarga. Semua orang sedang menyimak dengan saksama berita yang sedang disajikan. Setelah berita berakhir, kedua orangtuaku saling berbincang-bincang.

"Sangat mengkhawatirkan ya ... apa mungkin lebih baik tidak membiarkan anak-anak sekolah untuk beberapa saat ke depan dulu ya, sayang?" tanya ibuku kepada ayahku.

"Kurasa tidak usah berlebihan seperti itu. Mereka sudah SMA, hampir beranjak dewasa," jawab ayahku sambil meminum kopi hitamnya.

"Tetapi aku khawatir ... terutama dengan Xiao Bao," kata ibuku. Aku yang namanya disebut barusan merasa terpanggil dan akan menyahut, tapi kakakku segera menimpali, "Tidak usah khawatir dengan Xiao Bao, ada aku 'kan?"

"Ah, itu benar," ujar ibuku.

Sesederhana itu, dan keluargaku pun memercayakanku padanyaーHuanran-ge.

∆∆∆

Aku berjalan di koridor kelas bersama Huanran-ge. Dia dua tahun di atasku, jadi sudah pasti dia tidak sekelas denganku. Kami pun berpisah.

Berjalan sendirian itu hal yang tidak nyaman bagiku. Apalagi dengan wajah juga ukuran tubuhku yang seperti perempuan. Mereka terus menatapku dengan pandangan yang aneh. Setelah kejadian 'itu', aku tidak pernah berani lagi bertatapan dengan orang lain.

Saat aku membuka pintu kelas, kelas yang tadinya ramai tiba-tiba menjadi sepi. Dengan pandangan yang terus mengikuti ke arah mana ku berjalan, aku duduk di tempat dudukku dan mengambil buku dari dalam tas untuk membacanya. Aku bisa mendengar mereka saling berbisik.

Selalu begini, setiap hari, setiap waktu.

Apa salahku? Aku muak diperlakukan seperti ini. Aku sudah pernah meminta mereka untuk berhenti melihatku seperti itu, tetapi mereka tetap diam sambil memerhatikanku. Seakan-akan aku adalah tontonan bagi mereka.

Tak lama, bel masuk kelas berbunyi dan guru pun masuk kelas. Akhirnya, mereka berhenti menatap dan berbisik.

∆∆∆

Kejahatan itu selalu ada di manapun kita berada, itulah hal yang selalu kuyakini. Itulah mengapa ketika aku mendengar berita di televisi kemarin, aku tidak begitu peduli ataupun khawatir. Itu hal yang biasa, untuk apa aku takut?

Bagaimana jika aku menjadi korbannya?

Ya mau bagaimana lagi? Kan sudah jadi korban. Memangnya apa yang bisa kulakukan? Tubuhku kecil, tentu saja aku tidak akan bisa mengalahkan pria dewasa atau mereka yang tubuhnya lebih besar dariku. Aku juga tidak punya skill khusus.

Sambil memakan isi kotak bekalku, aku menatap ke arah langit. Biru, luas, dan dihiasi awan putih. Anginnya juga sangat lembut. Saat ini aku berada di puingan gedung lama bagian belakang sekolah ini. Jarang ada yang kemari karena tempat ini cukup berbahayaーterlalu banyak puing-puing yang bisa membahayakan diri sendiri. Oleh karenanya, aku senang datang ke sini sendirian. Di sini, tidak akan ada yang menatapku aneh juga tidak akan ada yang membicarakanku sambil berbisik.

Setelah isi kotak bekalku habis, aku beranjak untuk kembali ke kelas. Tiba-tiba saja saat akan masuk ke kelas, ada beberapa siswa kelas lain yang menghentikanku.

"Hei, kau Shan Baoyu 'kan? Nanti pulang sekolah ada waktu tidak?" tanya pria itu.

Aku jelas merasakan hal yang tidak enak akan terjadi, jadi aku menjawab, "Maaf, tidak ada. Aku sibuk."

"Oh ya, benar juga. Kau kan miskin, jadi harus membantu ibumu mencari nafkah ya? Oke, kalau begitu semangat. Hahaha," tawa si pria itu sambil melambaikan tangannya.

Firasatku buruk. Sepulang sekolah aku harus segera pergi ke kelas Huanran-ge. Ya, ini demi keselamatanku.

Bagaimana pun, walau tadi kubilang tidak ada yang bisa dilakukan jika aku menjadi korban, itu memang benar. Tetapi di sini posisiku belum menjadi korban. Aku harus berusaha supaya tidak menjadi korban.

Ah, salah.

Aku harus berusaha supaya tidak menjadi korban yang kesekian kalinya.

∆∆∆

Sepulang sekolah, aku langsung merapikan barang-barangku dengan terburu-buru dan segera melesat menuju kelas Huanran-ge. Sialnya, kelas Huanran-ge belum bubar. Masih ada beberapa pengayaan, sehingga kemungkinan akan pulang sedikit lebih terlambat daripada kelas lain.

Aku pun menunggu di depan kelas Huanran-ge dengan sabar. Tiba-tiba ada seseorang yang menggenggam pergelangan tanganku, dia berkata, "Akhirnya ketemu. Ayo kita bicara sebentar."

Tanpa bisa menolak, ia terus menarikku ke suatu tempat. Tanganku dicengkram dengan kuat olehnya. Mungkin saat dilepas nanti akan berubah warna menjadi merah.

Aku di bawa ke luar sekolah, tepatnya ke gang yang tidak jauh dari sana. Jelas aku memberontak, tapi tentu saja itu percuma.

Di gang tersebut, jalan sudah diblokir oleh sekelompok pria di sana. Kemudian keluarlah seorang perempuan yang kuyakini sebagai siswi sekolahku.

"Halo Shan Baoyu, senang bertemu denganmu. Apakah kau tahu apa yang membuatmu diundang ke mari?" tanya si perempuan itu sambil tersenyum.

Aku menjawab dengan jujur, "Tidak."

Raut wajah si perempuan itu langsung berubah marah dan berteriak, "PEMBOHONG! DASAR SOK SUCI!"

Dengan spontan, dia melayangkan satu tamparannya pada pipi kiriku dengan keras. Aku benar-benar tidak mengerti. Memangnya apa yang telah kulakukan?

Kemudian ia kembali tersenyum, "Sekarang apakah kau sudah tahu apa kesalahanmu?"

Aku tidak tahu, tapi aku juga tidak berani menjawab, jadi aku diam.

"JAWAB! JANGAN DIAM SAJA!" bentaknya yang kemudian disusul dengan menamparku di pipi kanan yang juga dengan keras.

Aku berkata, "Aku benar-benar tidak tahu."

Si wanita itu pun menarik kerah pakaianku, ia berkata, "Kalau begitu, biar aku beri tahu kesalahanmu."

Wanita itu menepuk tangannya dan salah satu pria yang memblokir jalan keluar tadi datang dan memberikan isyarat yang tidak kumengerti. Hanya saja, tiba-tiba rambut bagian belakangku dijambak dan kemudian si wanita itu bertanya, "Apakah kau sudah siap mendengar kesalahanmu? Pertama, kerena kau, pacarku memutuskanku."

Bugh!

Kepalaku dihantamkan ke dinding oleh pria yang menjambakku tadi dengan keras.

"Kedua, wajahmu itu. Sadarkah kau bahwa banyak pria yang menyukaimu karena wajahmu itu meskipun kau juga pria?"

Bugh!

Kepalaku kembali dihantam dengan keras, tetapi aku tetap diam. Kepalaku sudah terasa sangat sakit. Kuharap ada seseorang yang datang menolongku.

"Ketiga, tubuhmu itu. Bagaimana mungkin itu terlihat lebih baik daripada kami yang wanita ini? Tidak bisa dimaafkan!"

Bugh!

Aku merasakan sesuatu mengalir di dahiku. Aromanya amis. Ah, ini darah.

"Keempat, kau ini miskin, tetapi kenapa kau bisa populer mengalahkan kami? SIALAN!"

Bugh!

Sakit, sangat sakit, siapapun, tolong aku. Huanran-ge, atau siapapun itu, tolong aku. Ini sakit, sakit, sakit, SAKIT!

"Kelima, kenapa kau harus lahir di dunia? Itu adalah kesalahan utamamu, dasar sampah!"

Bugh!

Aku menjerit, setelahnya aku dilepaskan dan aku tak mampu menopang tubuhku. Kepalaku rasanya akan pecah, kesadaranku sudah minim, hal terakhir yang kurasakan adalah kasarnya aspal dan sakitnya seluruh tubuhku karena ditendangi.

Apakah kali ini aku akan benar-benar berakhir?

∆∆∆

Aku membuka mataku dan melihat atap berwarna putih. Tepat di saat itu, aku mencium aroma obat-obatan. Apakah aku di rumah sakit? Kenapa aku bisa ada di sini? Tepat di saat aku akan bangun, kepalaku rasanya sangat sakit sehingga aku memutuskan untuk kembali berbaring dan tidak bergerak.

"Xiao Bao? Kamu sudah bangun Nak? Bagaimana perasaanmu?" tanya Ibuku.

"Tidak terlalu baik, Ma. Aku ... sedang apa di sini? Aku sakit apa?" tanyaku.

Ibuku membeku mendengar pertanyaanku. Aku tidak tahu apa yang salah dengan pertanyaanku, lalu mengapa ibuku terkejut?

"K-kamu tidak ingat, Nak?" tanya Ibuku. Aku menjawab, "Tidak."

Raut wajah khawatir mulai muncul di wajah ibuku. Aku pun bertanya, "Oh ya, sekarang pukul berapa Ma? Hari apa?"

Ibuku menjawab, "Hari Senin jam delapan pagi Nak, ada apa?"

Terkejut, aku pun berseru, "Apa?! Apakah Mama sudah mengirimkan surat ke sekolah? Pelajaran pertama hari Senin kan matematika Ma! Kalau tidak ada keterangan, Bu Fangyin akan mengurangi nilaiku Ma!"

"Sudah Mama kirimkan tapi ...."

"Tapi apa Ma?"

"Bu Fangyin itu guru sekolah dasarmu. Kamu kan sebentar lagi akan kuliah. Kamu tidak ingat?"

"Mama bicara apa? Aku 'kan masih sepuluh tahun," kataku sambil tertawa.

Wajah ibuku memucat, tubuhnya mulai bergetar. Aku pun panik, "Mama kenapa?"

Tiba-tiba masuk seorang pria berawakan tinggi tegap dengan fitur wajah yang tampan. Kelihatannya ia masih muda. Dia melihat keadaan ibuku kemudian dia bertanya, "Xiao Bao? Mama kenapa?"

"A-aku juga tidak tahu. Dan kau siapa? Kenapa kau memanggilnya Mama?"

Aku benar-benar tidak mengerti. Kenapa Mama terlihat sangat terkejut? Siapa orang ini? Kenapa dia bisa mengenalku? Kenapa dia memanggil ibuku dengan sebutan 'Mama'?

Sepertinya pria itu menyadari sesuatu, ia langsung keluar dari ruangan. Tak lama, ia kembali dengan seseorang yang berseragam dokter.

Si dokter itu membenarkan seragamnya lalu bertanya, "Permisi, kepada Dik Shan Baoyu, apakah benar kamu tidak mengenal siapa orang yang ada di sebelah saya ini?"

Aku melirik orang di sebelah dokter itu, mencoba mengingat-ingat tetapi hasilnya nihil. Setelah itu pria itu dan juga ibuku disuruh keluar dari ruangan untuk sementara waktu. Aku ditanyai banyak hal yang aku tidak tahu apa jawabannya, bahkan pernah mendengarnya saja tidak.

∆∆∆

"Aku? Amnesia?"

Hari ini, di saat aku membuka mataku, ibuku memberi tahuku bahwa aku didiagnosa terkena amnesia. Tidak amnesia total, tapi amnesia sebagian yang hanya menyisakan memori tanpa trauma.

Kata ibuku, aku sebenarnya saat ini berusia 16 tahun. Aku awalnya tidak percaya, tetapi setelah dibantu duduk dan diberikan cermin, aku percaya dan sangat terkejut.

Kenapa ... wajahku terluka separah ini?

"Mama ... katakan padaku, apa yang terjadi sebelumnya?" lirihku pada ibuku. Ibuku memelukku, disusul dengan pria yang disebut ibuku sebagai kakakku juga memelukku.

Ketika pria itu memelukku, rasanya kepalaku kembali sakit, air mataku meluncur tanpa sebab. Sebenarnya ... ada apa?

Seseorang, tolong aku, aku tidak ingin tersesat dalam ketidak tahuan. Kepalaku, hatiku, semuanya sakit, tapi kenapa?

Kumohon, siapapun, hentikan ini ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro