My Lovely Gnapuc
Hari ini matahari bersinar cerah sekali, rasanya aku ingin pergi jalan-jalan!
Sebenarnya aku ingin pergi ke tempatnya temanku lagi, tapi sepertinya dia sibuk, jadi aku tidak akan mengganggunya.
Ah, kakakku sibuk tidak ya? Aku pun turun dari kamarku menuju ke ruang keluarga. Benar tebakanku. Di sana ada kakak-kakakku yang sedang menonton televisi.
"Kak Wieb, jalan-jalan yuk," ajakku pada kakak laki-lakiku yang bernama Alwieb Mirhyan Nescoscias.
"Hmm, maaf Wiety, sebentar lagi acara kesukaanku akan mulai. Pergi dengan Wieta saja ya," kata Kak Wieb sambil mengusap-usap kepalaku.
Kak Wieta adalah kakak perempuanku, nama lengkapnya Alwieta Mehrenia Nescoscias. Dia juga sedang menonton televisi saat ini, tetapi tiba-tiba ia terlihat agak terkejut, "Kak? Kau serius? Acara habis ini bukankah teletubb ...."
"Diamlah, bukan urusanmu apa film favoritku," kata Kak Wieb memotong perkataan Kak Wieta.
Aku terkekeh, kemudian aku mendekati Kak Wieta lalu bertanya, "Kak Wieta bisa menemaniku jalan-jalan 'kan?"
"Tentu saja Swiety, ayo jalan-jalan dan belikan kue tubbie untuk Kak Wieb," kekeh Kak Wieta.
Kak Wieb yang mendengar ejekan dari Kak Wieta pun segera melemparkan bantal sofa ke arah Kak Wieta sambil berkata, "Berisik! Sana pergi!"
Aku dan Kak Wieta pun segera bersiap-siap dan pergi ke luar. Aku hanya seorang bocah laki-laki berumur 12 tahun, aku tidak bisa berkeliaran sendiri. Oleh karenanya aku mengajak kakakku untuk menemaniku.
"Swiety, kamu ingin ke mana hari ini?" tanya Kak Wieta.
Oh ya, namaku Alwiet Mehernern Nescoscias. Kakak-kakakku senang memanggilku Wiety atau Swiety. Menurut mereka itu lebih terdengar pas untukku.
Aku berpikir sejenak dan berkata, "Awan hari ini putih sekali, aku jadi ingin memakan permen kapas. Kak, ayo beli permen kapas!"
Kak Wieta pun mengangguk dan berkata, "Ya, ya, baiklah. Mari pergi ke toko permen."
Aku dan Kak Wieta pun bersenandung di jalan menuju toko permen. Di sana ada berbagai varian rasa tetapi aku sangat menyukai rasa blueberry, jadi aku membeli permen kapas dengan rasa itu.
Dalam perjalanan pulang, karena aku tidak ingin terlalu cepat, aku meminta agar Kak Wieta membawaku ke arah jalan lain yang lebih sepi. Saat berjalan, kami menemukan plastik berisikan ikan cupang di dalamnya. Mungkin terjatuh saat ada penjualnya yang lewat.
"Kak, umm, apakah aku boleh memeliharanya?" tanyaku sambil menunduk dan menggesek-gesekkan sepatuku di atas aspal.
Kak Wieta tersenyum, kemudian berkata, "Tentu saja. Asalkan kamu rawat ya."
Gembira, aku pun memeluk Kak Wieta dan mengucapkan terima kasih.
∆∆∆
"Kak! Kak!" panggilku pada Kak Wieb.
"Ada apa?" sahut Kak Wieb.
"Ikannya sedang bicara apa ya?Oh iya kenapa ikannya tidak berkedip juga ya? Ikan matanya bisa kelilipan tidak ya? Ikan tidurnya kapan? Ikan butuh mandi tidak? Gigi ikan cupang seperti apa? Aku belum bisa melihatnya. Ekor ikan cupang indah sekali ya, kira-kira apa ya fungsinya?"
Bukannya menjawab, Kak Wieb malah tertawa. Memangnya apa yang lucu?
"Kamu ini, sudah berapa kali kuingatkan agar bertanya pelan-pelan?"
"E-eh, tidak tahu. Aku tidak pernah menghitungnya," kataku panik.
Memasang tampang serius, Kak Wieb pun bertanya, "Kamu mau tahu fungsi ekor ikan cupang untuk apa?"
Aku menjawab dengan tegas, "Ya!"
"Ekornya itu untuk mengipasi dirinya kalau kepanasan," ujar Kak Wieb.
Mendengar jawaban Kak Wieb, aku tersenyum kagum pada ikan cupangku itu. Ternyata luar biasa ya! Enak sekali punya kipas alami seperti itu.
"Ikan juga tidak berkedip ataupun kelilipan, Wiety. Kenapa? Karena dia sedang melindungi kita dari roh-roh jahat," kata Kak Wieb.
Sekali lagi, aku dibuat benar-benar takjub oleh ikan ini. Jadi satu ikan cupang kecil ini bisa melakukan banyak hal?!
Kalau aku besar nanti, bisa jadi ikan cupang tidak ya? Mungkin besok akan ku tanyakan pada Bu Guru.
Ketika aku sedang membayangkan diriku menjadi ikan cupang, tiba-tiba Kak Wieta datang dan menyikut perut Kak Wieb. Aku yang melihatnya terkejut. Kenapa tiba-tiba?
"Jangan dengarkan kata-kata Kak Wieb, Swiety. Daripada mendengarkannya, ayo beri nama ikanmu," ucap Kak Wieta sambil tersenyum padaku.
"WIETA! ITU SAKIT!" keluh Kak Wieb. Bukannya membalas, Kak Wieta mengabaikan keluhan dari Kak Wieb.
Yah, satu sikutan dari Kak Wieta tidak akan membuat Kak Wieb diare jadi aku memikirkan nama yang pas untuk ikan kecilku ini. Perlahan-lahan mulai muncul berbagai nama di otakku. Aku pun menyebutkannya.
"Bagaimana kalau 'Siti'? Dia cantik," tanyaku pada Kak Wieta.
"Jangan, Swiety. Nama itu sudah banyak digunakan," ujar Kak Wieta.
"Hmm, Beta?"
"Tidak."
"Budi?"
"Tidak."
"Jamilah?"
"Tidak."
"Meong?"
"Tidak."
"Gnapuc?"
"Ti ... tunggu, apa?"
"Gnapuc. Kata 'cupang' kalau dibalik jadi Gnapuc. Kita bisa memanggilnya Gyna."
"Ah! Itu bagus!"
Dan begitulah bagaimana aku bisa memberi nama ikanku Gnapuc.
∆∆∆
Sudah sekitar enam bulan setelah aku menemukan ikan itu di tengah jalan, tetapi kenapa ikannya tidak berubah ya ukurannya? Kata Mom, semakin bahagia seseorang, maka dia akan semakin gemuk. Apakah ikanku tidak bahagia? Apakah aku perlu membeli ikan badut supaya dia terhibur?
Namun satu yang lebih penting, ada satu hal yang selalu membuatku bertanya-tanya. Aku pun segera mencari Kak Wieb untuk bertanya, "Kak! Kak! Jika manusia disebut 'seseorang', lalu ikan disebut apa? Seseikan?"
Tiba-tiba Kak Wieb yang sedang minum pun tersedak. Aku panik, apakah aku salah bertanya?
Sambil terbatuk-batuk, Kak Wieb menjawab, "Tidak, Wiety. Ikan disebut sebagai 'seekor', bukan 'seseikan'."
Aku mengerutkan dahiku, lalu kembali bertanya, "Lalu jika ikan disebut sebagai 'seekor', mengapa manusia tidak disebut sebagai 'sekaki'?"
Kak Wieb nampak memijat keningnya. Apa lagi-lagi aku terlalu banyak bertanya ya? Tetapi mau bagaimana lagi, aku penasaran.
"Kak Wieb! Swiety! Makan malam sudah siap!" teriak Kak Wieta dari arah dapur.
Yah, aku harus menunda rasa penasaranku mungkin. Atau sepertinya tidur di kamar Kak Wieb malam ini bukan pilihan buruk. Sebab aku ingin ia menjelaskan jawaban dari semua pertanyaan yang ada di otakku hingga aku tertidur.
∆∆∆
Saat aku menonton televisi, tiba-tiba aku menemukan sebuah tayangan yang menunjukkan perayaan ulang tahun. Tiba-tiba aku teringat tentang Gnapuc. Dia ulang tahunnya kapan ya? Haruskah kita merayakannya? Tapi kue sekecil apa supaya muat di mulutnya? Ah ah, bagaimana cara Gnapuc meniup lilin di dalam air? Apakah dia menggunakan sihir? Tapi sihir kan tidak ada di dunia nyata.
Tepat ketika sibuk memikirkannya, aku mulai menoleh tanpa sadar ke arah toples tempat tinggal Gnapuc. Dan aku sangat terkejutーGnapuc hilang!
Saat aku panik, secara ajaib Dad lewat sambil mengusap-usap perutnya. Ah iya, Mom and Dad kan kemarin baru pulang dari travelling-nya. Aku segera memanggil Dad untuk bertanya.
"Dad!" panggilku.
Dad berbalik dan menghadapku, "Ya?"
"Emm, itu, a-apakah Dad melihat Gnapuc? Ikan yang ada di toples itu," tunjukku pada sebuah toples kosong.
"Oh, itu? Sudah Dad goreng, hehe. Dad lapar sekali tadi,"
Terkejut, aku menangis sekencang-kencangnya. Tega-teganya Dad memakan ikanku yang kecil dan lucu. Aku tidak terima, aku tidak berhenti menangis mau bagaimanapun orangtuaku ataupun kakak-kakakku membujukku.
Dad bilang akan segera menggantikan Gnapuc dengan ikan baru. Tetapi yang Dad beli justru ikan teri. Aku menangis semakin kencang. Jelas-jelas itu berbeda. Gnapuc kecil, cantik, dan lucu. Ikan teri tidak cantik, aku tidak suka!
Aku pun berlari menuju kamar dan mengunci pintunya. Aku masih tidak bisa merelakan kepergian Gnapuc. Sekarang ia sudah berada di lautan perut Dad, padahal ... padahal aku belum sempat membahagiakan Gnapuc. Aku belum membelikannya teman baru, atau pacar baru, atau bahkan badut baru.
Tiba-tiba Kak Wieta mengetuk pintu kamarku, ia berkata, "Swiety sayang, ayo buka pintunya. Aku punya sesuatu untukmu."
Sambil sesenggukan, aku mengintip apa yang dibawa Kak Wieta. Itu adalah sesuatu yang lucu!
"Ayo, terima ini. Anggap saja ini hadiah perpisahan dari Gnapuc. Jangan menangis lagi ya," ujar Kak Wieta sambil mengusap-usap kepalaku.
Itu adalah boneka panda. Bagaimana mungkin ikan kecil itu memberikanku boneka panda sebagai hadiah perpisahan? Tapi karena itu lucu, aku menerimanya. Aku berjanji akan menjaga boneka ini.
Gnapuc, maafkan kesalahan Dad-ku ya. Maafkan aku juga belum bisa membahagiakanmu. Selamat jal ... ah tunggu, ikan tidak berjalan. Selamat berenang, Gnapuc. Semoga kau tenang di sana.
∆∆∆
Author's note :
Art yang ada di atas judul itu persona (wujud) Alwiet lho. Siapa yang gambar? Ini dia artistnya : lazypotato__
THANKS BANGET GAMBARNYA! ALWIET LUCU BANGET SBSHDGSUSHSNS
//slap
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro