awal
Acara pernikahan sudah selesai dengan lancar, sesuai ekspetasi. Sekarang Glacier sudah berada di rumah barunya bersama seorang wanita yang kini secara resmi sudah menjadi istrinya.
"[Name],"
"Ya?"
"Mau sampe kapan kamu berdiri disitu?"
Perempuan berparas cantik itu nampak bingung menjawab, ia sedikit memiringkan kepalanya dengan gerakan lambat, lalu menunjuk dirinya menggunakan jari telunjuk.
"Memangnya saya boleh mendekat?"
Glacier mengerutkan keningnya bingung, apa maksudnya? Mereka ini suami-istri, sudah sah, tentu fak apa jika mendekat.
"Huh? Maksudmu? Gapapa, dong."
Dari awal, Glacier sedikit merasa aneh dengan istrinya. Ada yang janggal saja rasanya. Saat acara mandi saja, perempuan itu memilih untuk menggunakan kamar mandi dekat dapur yang dibangun untuk tamu. Padahal ada kamar mandi yang lebih bagus dan untuknya dari pada yang itu.
"... Kalo kamu ngerasa kurang nyaman deket sama aku, gapapa kok, kamu tetap di sana. Aku gak maksa kamu."
Perempuan itu dengan ekspresi yang sama, berjalan mendekat dengan lambat ke arah Glacier, ia menatap Glacier lekat sebelum kembali berbicara.
"Bukankah sudah seharusnya dari awal saya tidak mendekati Anda? Saya harus membuat jarak."
"Kenapa gitu? Omong-omong, cara kamu ngomong formal banget, [Name]. Kamu ke semua orang begini?"
[Name] mengangguk. "Saya selalu seperti ini."
"Kenapa?"
"Tidak tahu ... Tuan tidak memberitahu apa alasannya kepada saya."
Yang benar saja? Baru juga mereka menikah, Glacier sudah dibuat bingung oleh istrinya yang seperti robot.
"Tuan ... dia itu siapa?"
Lagi, [Name] menggeleng. "Para tamu yang datang kepada saya, selalu memberitahu hal yang sama. Mereka bilang, Tuan adalah Ayah saya, dan Nyonya adalah Ibu saya."
"... Ah, [Name]."
Sepertinya Glacier sudah sedikit mengerti. Ia mulai mengerti kenapa [Name] seperti ini.
"Ya, Glacier?"
"Kamu laper?"
"Tidak. Glacier merasa lapar? Saya sudah membuatkan hidangan makan malam untuk Glacier. Semoga saja rasanya memuaskan."
Glacier tak menjawab. Ia malah melihat sang istri dari bawah ke atas. Caranya berdiri sangat tegak, dan ia tak bergerak sedikitpun seperti patung, tapi walau begitu, tiap kali [Name] menggerakkan tubuhnya, itu terasa sangat kaku, seperti robot.
"Glacier?"
Glacier menoleh, ia menatap [Name] yang ikut menatapnya dengan ekspresi yang sama seperti sebelum-sebelumnya.
"Kamu ... robot, ya?"
"... Maaf? Saya tidak mengerti."
"Ah, enggak, gapapa. Sudah makan? Kalo belum, kita makan bareng, yuk."
"Saya tidak makan."
Mendengar jawaban [Name], Glacier merasa bingung. Apa-apa istrinya ini?
"Memangnya kamu makan apa biasanya?"
"... Apel, atau mangga dua biji dalam sehari. Hanya itu saja."
"Eh? Makanan yang kamu buat ini, pernah kamu makan?" tanya Glacier sambil menunjuk nasi goreng buatan [Name].
"Belum. Saya hanya memasaknya saja tanpa mencobanya, karena saya tidak diizinkan oleh Tuan untuk menyentuh makanan apapun selain apel dan mangga."
Mendengar jawaban [Name], membuat Glacier tertegun dan sedikit merasa kesal. Orang tua seperti apa, sih, yang dimiliki oleh [Name]? Sampai-sampai ia hanya boleh memakan apel dan mangga.
"Kenapa?"
"Mereka bilang, makanan seperti itu tak pantas untuk saya."
BRAK.
"Kamu percaya sama omongan mereka?"
Setelah Glacier memukul meja dengan emosi, dan menatap [Name] dengan pandangan tak terima, [Name] tetap mempertahankan ekspresinya yang tadi. Ia terlihat santai, datar, benar-benar seperti robot.
"Saya percaya semua omongan Tuan dan Nyonya. Karena mereka yang membesarkan saya."
Glacier menghela napasnya, ia dengan lembut memanggil sang istri untuk mendekat. Ia ingin mengajak istrinya itu makan bersama, akan ia beritahu bagaimana rasanya makanan selain apel dan mangga.
Kalau dipikir-pikir, saat Glacier memakaikan cincin ke jari manis [Name], Glacier bisa merasakan tangannya sangat dingin, dan putih seperti mayat.
"[Name], ayo makan bareng."
"... Memangnya orang seperti saya boleh memakan makanan seperti ini?"
Pria tampan itu tersenyum, "tentu. Boleh. Semua orang berhak makan makanan kayak gini. Kamu gak perlu takut, okey?"
Mendengar ucapan sang suami, [Name] dengan perlahan melangkah mendekati suaminya. Lalu duduk di sampingnya dengan posisi duduk yang tegak.
Ini pertama kalinya ia duduk di tempat seperti ini bersama dengan orang lain. Biasanya, saat di rumah, hanya kakak, adik, ayah dan ibunya saja yang duduk di kursi meja makan. Sedangkan ia akan diberikan tempat terpisah.
Ayahnya selalu bilang itu karena ia spesial, dan bodohnya, [Name] yang seorang anak kecil berumur lima tahun itu mempercayai ayahnya.
Hingga sekarang, ia masih berpikir jika dirinya diperlakukan seperti ini karena ia spesial.
"[Name], aaaaa~"
Perempuan itu kebingungan, ketika Glacier mengambil sesendok nasi goreng dan siap menyuapkannya pada dia. Seperti ibunya yang menyuapi adiknya.
"Saya boleh menerima ini?"
Glacier terkekeh, "boleh, dong. Apa alasan kamu gak boleh terima suapan dari suami sendiri?"
[Name] hanya mengangguk, ia membuka mulutnya dan sedikit memajukan kepalanya agar Glacier bisa sampai menyuapinya.
"Gimana rasanya?"
Mata [Name] berbinar terang begitu mengunyah nasi goreng buatannya. Baru kali ini ia merasa makanan seenak ini selain apel dan mangga.
Ia menatap Glacier dengan antusias, "ini sangat enak, Glacier. Saya menyukainya."
Walau matanya berbinar terang, tapi ekspresi datarnya yang sama itu tetap terpasangkan di wajahnya. Hanya saja yang berbeda, aura [Name] sekarang dipenuhi bunga-bunga.
"[Name],"
"Iya, Glacier?"
"Tolong, berhenti percaya sama Ayah-mu."
"Kenapa saya harus? Jika saya berhenti mempercayai Tuan saya, apa ada keuntungan untuk saya? Tidak, kan?"
Glacier tersenyum, "ada. Aku itu Suamimu, aku janji, kamu bakal kubuat bahagia, dan nyoba banyak hal baru. Kayak makan nasi goreng ini ... mau lagi?"
Tawaran Glacier nampak menggiurkan, hingga [Name] mengangguk dan disuapi oleh Glacier lagi sebuah nasi goreng.
"Kalau Glacier bersikap seperti ini terus, saya rasa saya berubah pikiran, awalnya saya kira saya tak akan betah dan ingin bercerai dengan Glacier. Tapi kalau Glacier memperlakukan saya seperti ini ... saya jadi tidak ingin pisah dengan Glacier, saya ingin mencoba hal baru seperti yang Glacier katakan."
Aduh, bahasa formal milik [Name] sepertinya akan menjadi salah satu alasan kenapa Glacier menyukai gadisnya ini.
"Kamu ... mukamu datar padahal, tapi kamu keliatan gemesin." pujinya.
________
HALOOO HAHAHAA
aku kembali bawain book baru lagi, iya, sekarang fusion yya ges ya. diawali dari glacier lalu diakhiri dengan gentar 🙏
jadi dari G balik lagi ke G
See u!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro