12. sandiwara
"Glacier, santai saja, dong. Aku ke sini sebagai mertuamu, karena itu, aku membawakan kalian sebuah hadiah untuk ucapan selamat."
"... Kalian tidak ada niatan buruk?"
Kedua orang tua di depan Glacier itu menatap Glacier bingung, sebelum akhirnya keduanya tertawa bersama. Hal itu lantas membuat Glacier semakin heran, kenapa mereka tertawa?
"Kau tau? Alasan kami datang kemari?"
"... Apa?"
"Setelah ini kami tak akan mengganggu kalian lagi. Urusan kami sudah selesai, sandiwara kami sudah selesai, cukup sampai di sini."
Glacier mengerutkan keningnya bingung, "maksudnya?"
"Oh, kau belum diberitahu oleh Ayahmu?"
"Hah? Tentang apa?"
"Dari awal―sejak kau dikenalkan pada [Name], kami bersandiwara. Kami ini salah satu bawahan Ayahmu. Orang tua kandung [Name] sudah dipenjara dua tahun yang lalu, kami hanya berpura-pura dan mengikuti rencana yang sudah dipikirkan secara matang oleh keluargamu, Glacier.
Ya―tapi, kupikir segala hal yang diceritakan [Name] padamu itu memang benar memori antara dirinya dan sang Ayah. Aku tak tahu pasti, yang tahu hanya Ayahmu dan Ayah Nona Kira'na. Lalu, dua putra itu―memang benar saudara kandung [Name].
Bagaimana? Kau terkejut dengan naskah hidup buatan Ibu-Ayahmu dan Sopan?"
Seumur hidupnya, baru kali ini, Glacier ditipu sampai separah ini. Dia memang sudah sering ditipu oleh Supra atau saudaranya yang lain, dan saat ia konfirmasi pada ayahnya apakah pernikahan ini termasuk tipuan buatan mereka? Sang ayah menjawab tidak.
Namun nyatanya, semuanya tipuan.
"... Semuanya udah gila."
Terlihat jelas, wajah Glacier seperti menahan amarah, emosi, dan hal lainnya. Ia nampak ingin mengamuk atau berkata kasar sekarang, sebelum ayah mertua―bawahan ayahnya itu kembali berbicara,
"Tapi, sifatnya itu memang begitu. [Name] selalu seperti robot, dia tak memahami segala hal di dunia ini, cara bicaranya juga unik. Makanya, jaga dia baik-baik, Glacier. Dia sudah kami selamatkan dari mereka, tapi perasaan dan rasa sakit di dadanya tak bisa kami selamatkan.
Setelah ini, kau berpura-pura saja tak tau apa-apa. Pura-pura saja kau tidak tahu jika selama ini hanya sandiwara."
"Haish ... cape. Kenapa aku diprank sampe segininya? Kalo mau nyariin jodoh gak usah sampe ngarang cerita kayak gini buatku."
"Hahaha! Kamu marah? Sebal?"
"Iya. Marah sama Ayah, Bunda, Supra, Sori, Gentar, Sopan, Bang FrostFire."
"Jangan gitu, dong. Mereka kan sudah cariin kamu jodoh, masa mau marah? Sebentar lagi juga bakal ada calon bayi, kan? Berapa, tuh."
"... Tuan! Saya jadi ingin marah pada Tuan juga."
____________
"Oeekh ... oek... iikh...!"
Ini sudah suara tangisan yang ketiga kalinya ia dengar. Lagi-lagi seorang bayi perempuan diangkat oleh bidan dan segera dibersihkan.
Sementara itu, di sampingnya, seorang perempuan yang masih terengah-engah, dengan keringat di mana-mana juga tetesan air mata yang membasahi pipinya itu menatap suaminya yang masih setia menggengggam erat tangannya, padahal ia sudah tak lagi membalas genggaman tangan suaminya, namun, suaminya tetap kuat menggenggam tangannya.
".. Ghlacchierh."
Dengan sisa tenaga yang tersisa ia memanggil nama suaminya, membuat sang empunya nama juga menatap lurus ke arahnya dengan air mata yang sedari tadi sudah jatuh.
"I-iya, [N-name] .., aku di sini!" dengan erat, ia kembali menguatkan genggamannya pada tangan mungil yang terus bergetar dan lemas itu. Bahkan untuk mengambil benda ringan saja sepertinya tak bisa.
Sebenarnya, kalau mau dituliskan dengan bahasa agak sopannya―[Name] itu seperti orang sekarat.
"Ayo, tarik napas pelan-pelan ... buang, terus dorong. Ini yang terakhir, loh." sang bidan kembali memberi intruksi yang langsung diikuti oleh [Name], ia kembali melakukan hal yang sama seperti yang sebelum-sebelumnya.
Kuncinya hanya satu, tetap tenang dan teratur tarik napas dan buang. Untuk orang seperti [Name], tenang itu mudah. Namun, kalau situasinya seperti ini, ia tak bisa tenang sepenuhnya karena menahan rasa sakit.
"Ugh! Cchieelh ... hah...!"
Tenaganya sisa sedikit, [Name] juga sudah tidak tenang seperti sebelumnya. Ia nampak gelisah dan mulai panik, bahkan teriakannya menjadi lebih kencang daripada sebelumnya.
Glacier yang sadar dengan itu―mengecup kepalanya pelan, memberinya sebuah semangat agar sang istri tetap bertahan.
"Ayo [Name] ... aku tau kamu itu kuat." ia berbisik dengan suara sedikit serak―seperti orang yang menahan tangisnya. Tangan kanannya itu masih setia menggenggam tangan sang istri, sedangkan tangan kirinya menarik tubuh [Name] hingga sedikit menempel padanya.
Ia mengelus-elus bahu kiri [Name] pelan, sembari mengucapkan beberapa kalimat yang membuat istrinya kembali bertahan dan semangat.
"Akh! Chielh...! daah, hah ... hah ... au ngghak bisa..!"
"Kamu bisa! Harus. Aku maksa."
[Name] sedikit terhibur mendengar ucapan Glacier, ia tersenyum sebentar sebelum kembali mendorong untuk anak keempatnya.
"Cchielh ... akh!"
setelahnya, tepat dorongan terakhir [Name], suara bayi menangis kembali terdengar, bersamaan dengan pandangan [Name] yang mulai kabur.
'Aku ... berhasil, kan?'
_______
brak!
"GLACIER, ADEK GUE?!"
Suara pintu didobrak kencang itu mengejutkan Glacier yang tengah duduk di sofa, ia menatap sang pelaku dengan sebal sebelum menjawab pertanyaannya.
"Belum bangun...."
Si kakak masuk ke dalam, bersama dengan perempuan bersurai merah di belakangnya. Ia mendatangi adik perempuannya, berbeda dengan Kira'na yang mendatangi Glacier.
"GILAAA LO KEMBAR EMPAT?!"
Kira'na mendelik sebal pada Glacier, ingin rasanya ia membuang Glacier ke sungai dan membawa [Name] kembali ke rumah. Tapi nanti [Name] jadi janda empat anak.
"Glacier ... satu masih gue toleransi, dua udah bikin gue mulai kesel, ini empat?? Kalo bukan karena [Name], lo udah gue habisin. Gue gak mau adek gue jadi janda empat anak gara-gara lo habis di tangan gue."
Sama seperti Kira'na, si kakak juga menatap tajam Glacier seolah menargetkannya. Upsie, semangat Glacier.
"M-maaf! Masalahnya aku juga gak tau, Kak. Ini taunya mendadak banget..."
Glacier juga gak bisa ngomong apa-apa, cuma bisa jujur aja udah. Seada dan setaunya aja.
"Apa gendernya?"
"Semuanya perempuan...."
"... Gila."
_____________
Widih, siapa yang ketipoe juga? wkwhsi kasian ya glacier, hidupnya penuh dengan sandiwara.
btw glacier jadi bapak dari anak ciwi-ciwi manis 🤩 glacier ngeharem di rumah/j
kenapa cewek semua? ya sebenarnya cowo juga gapapa sie, aku cuma ngerasa glacier ini punya aura 'bapak anak cewek'
aku ngebayangin aja glacier nyisirin rambut anak ceweknya gitu―main putri-pangeran bareng anaknya dll.
lucu aja shwisk
See u besok!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro