Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32: Dia Menghilang

Sebelum membaca...

Hai! Di bab ini, saya sisipin lagu instrumental sebagai background sambil baca :))) Ini lagu Great Fairy's Fountain dari The Legend of Zelda, dimainkan oleh PianoDreams. Silakan play video di atas dan dengerin lagunya sambil baca. Enjoy, semoga terhibur!

(, ")

"...kembali hadir di hadapan Anda, bersama saya Fahriza Oekasah, dengan serangkaian informasi yang telah dihimpun oleh tim redaksi kami, antara lain..."

"Hari ini bukan Laras Sjahrir lagi, Mas," ucap Vito, sambil menoleh, menatap Dipa.

"Mmm ..." Dipa hanya menggumam.

Sudah lebih dari seminggu Laras tidak muncul di televisi, terhitung sejak hari di mana Eda mempertemukannya dengan Dipa. Biasanya Laras memang tak seminggu penuh siaran.

Ada hari-hari di mana Fahriza Oekasah atau Dwianto Purnomo yang menggantikannya. Namun, tak pernah terjadi seminggu penuh Laras tak tampil di layar kaca.

Di Instagram pun, Laras sepertinya tidak aktif. Sudah lebih dari seminggu dia tidak memuat foto, video, atau Instagram Story.

Laras juga tidak mengaktifkan fitur photo tagging dari orang lain. Itu sebabnya, Dipa tak tahu apakah dia sedang bersama teman-temannya atau memiliki kegiatan lain selama hilang seminggu.

"Mungkin Laras lagi liburan, Dip," kata Dio, ketika Dipa menceritakan kebingungannya perihal hilangnya Laras.

"Gue message dia juga ngga dibalas, Dip," tambah Eda, yang tengah makan bersama Dipa dan Dio. "Dibaca juga belum."

Kemana Laras, ya? Semakin lama Laras tak ada kabar, Dipa semakin cemas. Mungkinkah sesuatu terjadi pada Laras? Apa Laras menghilang gara-gara ucapan Dipa?

"Mungkin dia lagi di luar negeri atau mana ... sibuk jadi ngga sempat buka Instagram, Dip," ujar Eda.

Untuk kesekian kalinya Dipa memeriksa Instagram Laras. Tak ada foto, tak ada video, tak ada Instagram Story. Dipa menghela napas. Dibukanya foto-foto lama Laras. Mulai dari foto yang terakhir, yakni foto Laras bersama rekan-rekan sekantornya sedang makan di warung bakso. Dipa menyentuh layar ponselnya, hendak melihat foto-foto selanjutnya ketika jarinya tak sengaja menekan tulisan view all 61 comments.

"Mbak ... cepet sembuh, ya."

"Mbak Laras, gws!"

"Aduh, Mbak ... aku udah denger dari anak-anak, cepet sembuh ya, Mbak. Cepet pulih dan kembali siaran."

"Ras, kaget gue denger tentang lo. Get well soon, ya! Semoga lo cepet sehat lagi."

"Laras, kok bisa sih??? Gila ... gue kaget banget pas denger. Cepet sembuh, Ras! Nanti ngebakso lagi."

"Ras ... gila, lo kenapa?? Cepet sembuh ya!"

Dipa mengernyit membaca komentar-komentar tersebut. Ditelusurinya lagi jejak komentar-komentar lain sejak seminggu terakhir. Saat jam istirahat kedua tiba, Dipa segera memberi tahu Eda perihal komentar-komentar itu.

"Berarti Laras ngga siaran karena sakit, Dip?"

"Sepertinya gitu," Dipa mengigit bibir. "Nanti pulang sekolah gue mau ke kantor INC, Da. Gue mau cari tau apa yang terjadi dengan Laras."

"Gue ikut, Dip," ucap Eda. "Gue juga mau tau keadaan Laras."

"Oke. Ketemu di pos satpam ya? Begitu bel, kita langsung jalan."

Maka begitu bel bubar sekolah berbunyi, Dipa dan Eda segera menuruni tangga dan bergegas menuju pos satpam. Dari situ mereka langsung mencari kendaraan untuk mendatangi kantor INC TV.

Dipa terkesima saat kakinya menjejaki lobby gedung stasiun televisi tersebut. Inilah tempat ibunya bekerja. Ada perasaan aneh menyelinap di relung hati Dipa ketika bisa merasakan salah satu serpihan rutinitas Laras.

"Nanya ke siapa nih?" celetuk Eda.

"Siapa ya? Resepsionis tau ngga, ya? Atau satpam?"

"Resepsionis kali ya?"

Dipa dan Eda pun segera menghampiri resepsionis. Mereka cukup dipandang heran oleh orang yang lalu lalang oleh karena seragam sekolah yang mereka kenakan.

"Permisi, Mas," sapa Dipa. "Selamat siang."

"Selamat siang. Ada yang bisa dibantu?"

"Ngg ... iya. Gini, Mas. Saya mau ketemu Laras Sjahrir–"

"Mbak Laras lagi ngga tugas, Dek."

"Iya, saya tau. Beliau lagi sakit kan? Kalo boleh tau, dirawat di rumahnya sendiri atau di rumah sakit ya, Mas?"

Resepsionis itu mengamati Dipa dan Eda. "Adek-adek ini siapanya Mbak Laras, ya?"

"Saya ..."

Dipa bingung harus menjawab apa. Anaknya? Haruskah dia menjawab bahwa dirinya adalah anak Laras? Hatinya tersengat sedikit rasa sakit saat harus menahan diri untuk tidak menyebut bahwa Laras adalah ibunya.

"... saya Pradipta," lanjut Dipa. "Laras tau siapa saya."

"Maaf Dek, kami ngga bisa memberikan informasi karyawan yang sifatnya pribadi," kata resepsionis tersebut. "Adek janjian secara pribadi aja dengan Mbak Laras."

"Tapi, Laras tau saya, Mas."

"Maaf, Dek. Ngga bisa. Janjian secara pribadi aja, ya? Maaf."

Dengan lunglai Dipa meninggalkan meja resepsionis.

"Dip, tunggu aja ya? Siapa tau Laras bales pesan gue," Eda berusaha menghibur Dipa.

Dipa hanya mengangguk lemah. "Ya udah, kita pulang aja, Da."

Dipa dan Eda menyeret langkah mereka meninggalkan gedung stasiun INC TV. Dipa menerawang jauh sambil menunggu angkot.

"Dip ... gue yakin Laras pasti baik-baik aja, kok." Eda menatap Dipa.

"Gue harap begitu, Da," gumam Dipa. "Sekarang gue menyesal ... kenapa gue ngomong kayak gitu ke Laras? Pasti dia sakit hati."

Eda terdiam.

"Gimana kalo gue ngga akan pernah bisa ketemu dia lagi, Da? Lalu ... kata-kata terakhir yang gue ucapkan ke dia begitu kasar dan dingin. Gue akan menyesal seumur hidup."

"Jangan ngomong kayak gitu, Dip."

"Kalo gue bisa ketemu Laras lagi ... gue janji akan minta maaf sama dia, Da ..." ucap Dipa lirih, mengusap wajahnya dan menundukkan kepala.

Melihat Dipa bersedih, Eda ikut murung. Namun, Eda tak bisa berbuat apa-apa. Kali ini, Eda sungguh tak bisa membantu Dipa.

Bzzzt!

Saat itu ponsel Eda bergetar. Mata Eda membelalak melihat pesan Instagram yang masuk.

"D-Dip!" panggil Eda. Ditunjukkannya layar ponselnya pada Dipa. "Dari Laras!"

"Hah?"

Dipa segera melongok. Benar. Pesan dari Eda akhirnya dijawab oleh Laras.

"Hai, Da," tulis Laras. "Iya, saya udah semingguan ngga siaran karena habis kecelakaan. Paling cepat minggu depan baru bisa siaran lagi."

"Kecelakaan?!" Eda terperanjat.

"Ta-tanya dia dirawat di mana, Da!"

Buru-buru Eda mengetik balasan lagi sebelum Laras kembali menghilang.

"Mbak," ketik Eda. "Mbak Laras dirawat di mana? Dipa mau ketemu."

Dipa dan Eda sama-sama menatap layar ponsel Eda dengan tak sabar. Laras tak juga kunjung menjawab. Angkot mereka yang akhirnya datang pun mereka abaikan. Barangkali ada lima menit mereka menunggu dengan gelisah, sebelum muncul kembali balasan dari Laras.

"Rumah Sakit Bestheda, kamar 701. Eda, tolong jangan paksa Pradipta kalo dia ngga mau ketemu saya, ya? Saya ngga mau membuatnya lebih sakit hati lagi ..."

"Bestheda ... Bestheda ..." Dipa menggumam sambil mengernyit, berusaha mengingat-ingat di mana lokasi rumah sakit tersebut. "Ayo, Da! Kita bisa naik angkot itu."

"Dip, lo yakin mau ketemu Mbak Laras? Lo udah siap untuk itu?" cegat Eda. "Gue cuma nggak mau ada di antara kalian berdua yang terluka lagi."

Dipa menelan ludah. Keningnya berkerut. "Gue mau ketemu dia, Da. Gue ngga mau nantinya menyesal karena ngga punya kesempatan lagi."

Eda terdiam. Sorot mata Dipa masih terlihat sendu, namun tak lagi nampak ragu.

"Ya udah, kalo gitu kita ke sana," ucap Eda.

Wussss! Tiba-tiba angkot yang ingin mereka naiki lewat begitu saja ketika Dipa dan Eda tengah bercakap-cakap.

"Waduh! Udah pergi angkotnya!" teriak Dipa, menunjuk angkot tersebut. "Abaaaaaaangggg tunggguuuu!!!"

Supir angkot tak peduli. Alhasil, mereka pun terpaksa naik bajaj.

(, ")

Hai, readers! Terima kasih banyak ya, sudah baca lanjutan dari Rival. Apa yang bakalan Dipa ucapkan ke Laras saat ketemu nanti, ya?

Penasaran? Tunggu hari Kamis, ya :)))

Salam,
Feli

P. S. Readers, sebagai pembaca Belia Writing Marathon Batch 2, kamu berkesempatan memenangkan 1 paket gratis berlangganan Buku Bentang Belia selama 1 tahun untuk 1 orang pemenang dan 3 paket gratis seluruh novel hasil BWM Batch 2 untuk 3 orang pemenang. Caranya? Gampang banget! Kamu harus cukup aktif memberikan vote dan komentar untuk cerita BWM Batch 2 di akun Wattpad @beliawritingmarathon. Pemenang akan dipilih berdasarkan undian.

***********

Trivia! ^o^

INC = Indonesian News Channel. Oh ya, buat D. Dwianto Purnomo, pinjem namanya lagi ya. Lumayan lho, jadi news anchor di sini hehehe...

Oh ya, selamat tahun baru 2018!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro