Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22: Hari H Lomba

"Sori, sori! Lo tau ngga apa yang terjadi? Masa' tadi gue naik mikrolet, mikroletnya berhenti mendadak di tengah jalanan, gara-gara ada penumpang yang mendadak mau melahirkan!"

Dipa, Aulia dan Sultan serempak menarik napas lega ketika melihat Eda akhirnya muncul di detik-detik terakhir, lima menit sebelum lomba dimulai. Rambut Eda berantakan tak keruan. Nafasnya tersengal. Dia segera menarik kursi di sebelah Dipa.

"Da, kirain elo ngga dateng," Aulia mengusap wajahnya.

"Ya jelas gue dateng, Au. Gue udah bangun jam lima, jalan jam enam, ngga taunya-"

"Selamat pagi!"

Cerita Eda terpotong oleh sapaan yang terdengar lewat pengeras suara. Dipa memberi isyarat kepada Eda agar menyimpan ceritanya untuk nanti saja.

"Selamat datang di lomba pengetahuan umum IKom yang diselenggarakan setiap tahunnya. Juara bertahan kita tahun lalu adalah SMA Harapan..."

Aulia terlihat gelisah. Wajahnya terlihat seperti antara menahan senyum dan menahan hajat.

"Tahun lalu kakaknya Aulia yang ikut," bisik Sultan. "Sama kakak gue."

Dipa mengangguk-angguk, sebetulnya tak peduli. Yang dipedulikan Dipa hanya satu: mereka harus menang dan harus berhasil mendapatkan kembali tutup stoples keberuntungan yang disita Pak Budi! Dipa sungguh sudah tak sabar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Kata-kata sambutan panitia terdengar di telinganya hanya sebuah bla bla bla saja.

"Dip," bisik Eda. Dia mencondongkan tubuhnya ke Dipa. "Inget ya kesepakatan kita. Bagi dua!"

Dipa mengangguk.

"Salaman dulu!"

Deg... deg... deg... saat telapak tangan Dipa bersentuhan dengan telapak tangan Eda, jantungnya berdebar keras. Fokus Dip, fokus!

"Kita mulai soal pertama. Kategori Olahraga. Pada tanggal berapakah pasangan ganda campuran Indonesia Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad berhasil masuk ke babak final Olimpiade tahun 2016?"

TET!

Dipa langsung memencet bel, bahkan sebelum Eda, Aulia atau pun Sultan sempat berpikir. Eda sampai terlonjak dibuatnya.

"16 Agustus!"

"Benar. Sepuluh poin untuk SMA Harapan."

Dipa mengepalkan tangannya penuh semangat. Awal yang bagus, sungguh awal yang bagus.

"Pertanyaan berikutnya. Kategori seni. Sebutkan tokoh-tokoh utama dalam film Indonesia berjudul Tabula-"

TET!

"Hans, Emak, Parmanto dan Natsir!"

"Benar. Sepuluh poin untuk SMA Harapan."

Senyum Dipa merekah. Dia memandang berkeliling, menikmati pandangan takjub dari peserta-peserta lain dan juga anggota timnya sendiri.

"Pertanyaan selanjutnya. Kategori sains. Apa nama fungi yang digunakan untuk produksi tempe?"

Satu detik... dua detik...

TET!

"Rhizopus oligosporus!"

"Benar. Sepuluh poin untuk SMA Bakti Siswa."

Dipa mengusap wajahnya. Kalau pertanyaannya ilmiah seperti itu, dia tidak mungkin bisa menjawabnya. Aulia terlihat menggigit bibir dengan tegang. Eda menelan ludah. Sultan meremas-remas jarinya.

"Pertanyaan berikutnya ..."

"Tenang, Dip," bisik Eda, sambil menepuk punggung tangan Dipa.

Tarik napas ... Dipa mengangguk mantap.

"... geografi. Sebutkan enam negara yang berbatasan langsung dengan Laut Hitam!"

TET!

"Ukraina, Rusia, Georgia, Turki ..." jari-jari Dipa membuka di telapak tangannya, menghitung jumlah negara yang disebutkan.

"... Rumania, Bulgaria!" Eda menyambung.

"Benar. Sepuluh poin untuk SMA Harapan."

"Yes!"

Dipa dan Eda saling melempar tos, juga dengan Aulia dan Sultan.

"Perolehan skor sementara. SMA Harapan mendominasi dengan tiga puluh poin. SMA Bakti Siswa ada di urutan kedua dengan sepuluh poin. Ayo yang lainnya semangat, masih banyak kesempatan untuk mengejar ketinggalan."

Tim SMA Harapan seolah mendapat angin. Betul-betul permulaan yang baik. Dipa dan Eda sangat optimis mereka bisa menang. Namun, mereka tidak ingin terlena dengan keberhasilan mereka di awal perlombaan.

Persaingan semakin ketat ketika mereka maju ke babak-babak berikutnya. Setiap kali Dipa tidak mampu menjawab suatu pertanyaan, Dipa bersyukur sebab teman-temannya bisa menutupi kekurangannya.

"Babak berikutnya adalah rapid fire. Satu perwakilan dari tiap tim menjawab pertanyaan sebanyak-banyaknya dalam waktu satu menit. Kalian kami beri waktu satu menit untuk merundingkan siapa wakil dari tim kalian masing-masing."

Dipa, Eda, Aulia dan Sultan langsung duduk merapat.

"Dipa aja, mendingan Dipa," usul Sultan.

"Tapi mendingan jangan Dipa," balas Aulia. "Dipa ditaruh paling akhir aja, buat final. Elo aja gimana, Da?"

Eda menelan ludah. Semua mata teman-temannya tertuju padanya. Kalau dia tidak bisa memenangkan babak ini, maka timnya tidak bisa maju ke final. Selama ini Dipa yang paling banyak berkontribusi terhadap tim. Dia bisa berpikir dengan cepat dan menjawab dengan tepat. Eda tak yakin apakah dia punya kemampuan seperti Dipa.

"Lo pasti bisa, Da," Dipa menggenggam erat tangan Eda. "Anggap aja ini seperti saat kita belajar. Lo pasti bisa. Lakukan ini buat tim kita, buat gue, buat nyokap lo, buat diri lo sendiri."

Eda mengangguk-angguk. "Oke."

"... dan perwakilan dari tim SMA Harapan?"

"Saya," Eda beranjak sambil mengacungkan tangannya.

"Baik. Kita masuk ke babak berikutnya, babak rapid fire, dimulai dari tim dengan skor terendah, SMA Bestheda ..."

Eda berusaha mengatur napasnya. Dipa benar. Ini semua seperti saat dia belajar bersama dengan Dipa saja. Yang penting tidak panik dan fokus. Hadiah undian kopi tersebut hanya tinggal selangkah lagi.

"... SMA Harapan, siap?"

"Siap."

"Sebutkan nama kabinet pemerintahan yang dipimpin almarhum Presiden Abdurrahman Wahid!"

"Kabinet Persatuan Nasional!"

"Sebutkan kota terbesar ketiga di Indonesia!"

"Ban - ngg... MEDAN!"

"Bagaimana cara memainkan alat musik serunai?"

"Ditiup!"

"Pada tahun berapakah Ratu Elizabeth II naik takhta?"

"1952!"

"Apa nama virus yang menyerang pergantian milenium tahun 2000?"

"Y2K!"

"Siapa penerima Nobel Perdamaian pertama?"

"Henry Dunant!"

"Negara manakah yang memenangkan piala dunia tahun 2006?"

"Jerman?"

"Salah! Di manakah lokasi-"

Pip ... pip ... pip ...

"Ya, waktunya habis. Tim SMA Harapan berhasil menjawab enam pertanyaan dengan benar."

Eda melirik papan skor. Di bawah nama SMA Harapan muncul skor tambahan yang diperolehnya dari babak rapid fire tadi. Eda menghela napas lega saat mengetahui timnya juga memimpin di babak tersebut!

"Bagus, Da. Bagus." Teman-temannya menepuk-nepuk bahunya.

"... dan SMA Harapan masih memimpin dengan perolehan skor tertinggi dan berhasil masuk ke final bersama SMA Bakti Siswa dan SMAN X!"

"YES! YES!"

"Kita akan jeda sejenak. Silakan kembali ruang perlombaan lima belas menit dari sekarang."

Satu per satu peserta lomba mulai meninggalkan ruangan. Setelah berada di luar, Dipa, Eda, Aulia dan Sutan segera duduk di salah satu pojokan, menyusun strategi.

"Kita harus tenang," Aulia kembali mengingatkan. "Skor kita beda tipis dengan SMAN X. Kita juga harus hati-hati. Jadi kita sepakat ya, Dipa yang wakilin kita?"

Eda dan Sultan mengangguk.

"Dipa, lo bersedia?"

Dipa juga mengangguk dengan sangat mantap.

"Tips dari kakak gue, kalo ngga yakin sama jawabannya, mending jangan jawab, karena di babak ini jawaban yang salah bisa mengurangi skor."

Dipa mengangguk lagi. Mereka berempat minum dan berdoa sejenak sebelum kembali ke ruang perlombaan. Babak final ini adalah babak yang paling mengintimidasi. Babak final terdiri dari tiga bagian.

Pertama, bagian di mana jawaban yang salah akan mengurangi skor. Kedua, bagian di mana kategori pertanyaan dipilihkan oleh tim lawan. Ketiga, bagian di mana pertanyaan yang dilontarkan adalah pertanyaan yang dibuat sendiri oleh tim lawan namun sebelumnya sudah melalui persetujuan panitia perlombaan.

Dipa meregangkan lehernya dan berkali-kali menarik napas dalam-dalam. Dia harus membawa timnya menang. Harus! Ini bukan sekedar mempertahankan gelar juara bagi sekolahnya. Ini bukan juga sekedar merebut kembali uang seratus juta yang merupakan hadiah undian yang disita. Dipa punya rencana lain, keinginan yang lain.

"... untuk SMA Harapan. Pada tahun berapakah tokoh perdamaian Mahatma Gandhi menjadi Person of the Year untuk majalah Time?"

Dipa menelan ludah. "19 ... 30."

"Benar. Mahatma Gandhi menjadi Person of the Year untuk majalah Time di tahun 1930 atas gerakannya memimpin Pawai Garam atau Satyagraha Garam sepanjang 240 mil atau kira-kira 390 kilometer untuk menentang pajak dan monopoli garam oleh pemerintah kolonial."

Dipa menghela napas lega. Dilihatnya teman-temannya ikut tegang menonton dirinya di depan. Meskipun begitu, tatapan mereka pada Dipa begitu membara penuh semangat. Dipa menjadi lebih percaya diri. Dipa tak memusingkan perolehan skor tim lain. Dia hanya menunggu gilirannya kembali dengan tenang.

"... silakan SMA Bakti Siswa memilih kategori untuk SMA Harapan."

"Kategori sastra."

Dipa tak tahu apakah dia harus bergembira atau takut. Dipa senang membaca, itu adalah salah satu alasan mengapa dia tak perlu takut. Namun, sastra itu begitu luas, tanpa batas.

"Siapakah penulis yang memenangkan Nobel Kesusastraan tahun 1983, yang juga penulis karya sastra berjudul Lord of the Flies?"

Dipa sungguh tak percaya keberuntungan yang ada pada dirinya hari itu. Saking gembiranya mendapat pertanyaan tersebut, Dipa sampai tak bisa menahan diri untuk tidak berteriak kegirangan sambil melompat-lompat.

"WILLIAM!" teriak Dipa. "WILLIAM! WILLIAM GOLDING!"

Seisi ruang perlombaan bersorak riuh. Dari antara keramaian, Dipa bisa melihat teman-teman satu timnya ikut bersorak. Dipa mengepalkan tangannya. Satu langkah lagi!

Satu langkah lagi, Dip! seru Dipa dalam hati. Satu langkah lagi! Fokus, fokus, FOKUS!

"... dan pertanyaan untuk SMA Harapan datang dari SMAN X. Siap?"

"Siap!"

"Sebutkan nama salah satu lukisan Vincent van Gogh yang didapatkan kembali pada akhir tahun 2016 setelah dicuri pada tanggal 7 Desember 2002 dari Museum van Gogh di Amsterdam."

Dipa melotot mendengar pertanyaan itu. Dilihatnya senyum tersungging di wajah perwakilan tim SMAN X. Dikiranya Dipa ini kurator galeri?! Pertanyaan macam apa itu!

"Bo-boleh diulang pertanyaannya?" pinta Dipa, sementara otaknya berusaha berpikir cepat.

"Sebutkan nama salah satu lukisan Vincent van Gogh yang didapatkan kembali pada akhir tahun 2016 setelah dicuri pada tanggal 7 Desember 2002 dari Museum van Gogh di Amsterdam."

Dipa menelan ludah. Lukisan van Gogh. Pelukis ini yang memotong telinganya sendiri. Hanya itu yang Dipa tahu. OH!

Dipa terkesiap. Tiba-tiba satu memori melayang ke benaknya.

"... lukisan tersebut ditaksir bernilai kurang lebih seratus juta dolar Amerika. Dua lukisan tersebut berjudul Seascape at Skev - maaf, maksud saya - Seascape at Scheveningen ..."

"Seascape ..." gumam Dipa. "SEASCAPE AT SCHEVENINGEN!"

"Benar sekali! Dengan ini tim SMA Harapan berhasil memenangkan lomba pengetahuan umum IKom dan menjadi juara bertahan untuk dua kali berturut-turut ..."

Dipa tak lagi mendengarkan perkataaan dari pembawa acara. Teman-temannya menghambur untuk memeluk Dipa. Dipa jatuh berlutut saking gembiranya. Dia tak menyangka, di detik terakhir dia bisa mendapat jawaban dari pertanyaan yang sulit itu!

Dipa teringat suatu malam saat Laras Sjahrir membacakan berita tentang lukisan van Gogh yang dicuri tersebut. Laras salah menyebutkan nama Scheveningen, yang merupakan judul lukisan van Gogh dan juga nama sebuah kota di Belanda. Seascape at Scheveningen. Itulah nama lukisan yang salah disebutkan Laras. Itulah jawaban dari pertanyaan yang berhasil membawa timnya menang!

Eda, bisik Dipa dalam hati, sambil menatap Eda dengan senyum yang terpeta lebar di wajahnya. Uang seratus juta itu buat lo, Da. Semuanya.

(, ")

Hai, readers! Terima kasih banyak ya, sudah baca lanjutan dari Rival. LHOOOO KENAPA DIPA JADI PENGEN NGASIH SEMUA DUITNYA KE EDA????! Awalnya kan rebutan, dan dia bilang butuh banget duit itu...

Tunggu, jangan seneng dulu. Ada problem selanjutnya. Kira-kira Pak Budi bakal nepatin janjinya ngga?

Oh ya, hari ini double update! Seperti biasa, tunggu sorean ya :))) Dan maap kalo ada salah fakta di pertanyaan2 pengetahuan umum di atas. Maklum, authornya cuma bisa nge-Google :')

Salam,
Feli

P. S. Readers, sebagai pembaca Belia Writing Marathon Batch 2, kamu berkesempatan memenangkan 1 paket gratis berlangganan Buku Bentang Belia selama 1 tahun untuk 1 orang pemenang dan 3 paket gratis seluruh novel hasil BWM Batch 2 untuk 3 orang pemenang. Caranya? Gampang banget! Kamu harus cukup aktif memberikan vote dan komentar untuk cerita BWM Batch 2 di akun Wattpad @beliawritingmarathon. Pemenang akan dipilih berdasarkan undian.

***********

Trivia! ^o^

William Golding - Lord of the Flies itu materi yang dipakai jaman saya sekolah dulu untuk pelajaran Bahasa Inggris. Bukunya bagus banget, maknanya dalem. Mungkin ada yang berminat baca? :)))

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro