Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15: Fix You

"Mas Dipa!"

Dipa tersentak ketika Vito menepuk lengannya. Vito menyodorkan remote TV kepada Dipa.

"Udah mulai dari tadi tuh beritanya. Mas Dipa kok bengong aja sih?" celetuk Vito.

Dipa mengerjapkan matanya. Di layar TV dia melihat Laras Sjahrir tersenyum. Hari ini dia memakai terusan batik. Cantik sekali. Bukan hanya cantik, Laras juga punya sorot mata yang cerdas namun lembut.

"... bersama saya, Laras Sjahrir, inilah News Highlight."

Plop!

Dipa malah mematikan TV. Vito mengernyit heran. "Kok malah dimatiin, Mas?"

"Mas Dipa mau tidur," gumam Dipa, beranjak dari tikar.

"Kan baru jam tujuh, Mas!"

Dipa tak menyahut. Dia hanya terus berjalan dan masuk ke dalam kamarnya. Dia sedang tidak ingin menonton Laras Sjahrir hari ini. Hati Dipa sedang terbagi menjadi dua perasaan. Dia sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama Eda dan berkenalan dengan ibunya. Namun di sisi lain, melihat keakraban Eda dengan ibunya, Dipa jadi sedih.

Bersyukur dan berserah. Ada banyak hal yang memang lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan. Dia memberi nasehat kepada Eda untuk bersyukur dan berserah. Dia sendiri terkadang masih belum bisa menerima, kenapa dia tidak dilahirkan dalam keluarga yang hangat seperti kebanyakan teman-temannya?

Bzzzt!

Ponsel Dipa bergetar. Dia melihat nama Dio berpendar-pendar di layarnya. Dipa menjawabnya. "Halo?"

"Halo, Dip!" sapa Dio. "Lagi di mana lo?"

"Di rumah. Kenapa emangnya?"

"Gila! Kemana aja lo seharian? Lo tuh jadi buronan di sekolah tau ngga?"

Dipa tersenyum kecut. "Dicariin siapa gue?"

"Semua lah! Pak Budi juga. Siap-siap aja besok pas dateng langsung diciduk," ucap Dio.

"Hmm."

"Lo kenapa? Suaranya kok ngga semangat gitu?"

"Ngga apa-apa."

"Mikirin duit ya? Sori deh, Dip. Gue usahain bayar deh lusa. Beneran."

Dipa tertawa kecil. "Ngga. Bukan karena itu. Gue cuma mendadak galau aja. Lupakan lah."

"Galau kenapa?"

"Jadi, tadi kan gue pergi sama Eda-"

"Tunggu, tunggu," sela Dio. "Tadi pergi sama Eda? Jadi Eda bolos bareng elo?"

"Iya."

"Hah?! Sumpe lo?"

"Iya! Duh, dengerin gue dulu dong."

"Tunggu, tunggu. Gue ambil pisang goreng dulu. Kayaknya bakal seru nih."

Dipa memutar bola matanya. Dia mendengar suara ponsel beradu dengan meja. Ternyata Dio sungguhan pergi mengambil pisang goreng!

"Halo?"

"Woi!" semprot Dipa. "Lo beneran ngambil pisang goreng dulu ya?"

"Iya. Lah kan tadi gue udah bilang."

"Gila lo! Lo kira ini apaan? Acara gosip?!"

"Gimana, gimana? Elo bolos barengan Eda?!" Dio tak menghiraukan protes Dipa. "Lo pacaran sama Eda sekarang?!"

"Ngga!" Dipa buru-buru menyangkal. Tapi dia merasakan wajahnya memanas. Dipa berdeham. "Kita tuh lagi suntuk. Terus, kan dapet voucher makan dari Pak Budi. Ya udah, sekali-kali cabut. Anyway, pulang makan, gue nganter Eda ke rumahnya dan kenalan sama nyokapnya.

Gue liat Eda deket banget deh sama nyokapnya. Nyokapnya tuh sayang banget sama dia. Entah kenapa gue jadi galau ngeliatnya, Yo."

"Lo nge-date sama Eda, nganterin dia pulang, terus kenalan sama nyokapnya?!" pekik Dio. "Kapan resepsi pernikahan kalian digelar, Dip? Gue sumbang acara deh."

Dipa mendengus. "Gila kali lo? Sumbang acara apaan lagi dah?! Topeng monyet? Elo monyetnya. Sarimin pergi ke pasar. Dung dung tak dung dung. Huahahaha ..."

"Yeee ... serius gue! Lo sama Eda apa statusnya sih? Kok jadi deket gitu tiba-tiba?"

Dekat? Dipa mengulum senyum. Kalau benar dia dan Eda menjadi dekat ... Dipa tak keberatan.

"Ah, males lah gue ngomong sama lo. Yang gue omongin apa, yang elo sahutin apa," Dipa pura-pura kesal. "Udah ya? Daaa."

"Eh, Dip, Dip! Tunggu, bercanda doang kali gue. Ya ampun," ucap Dio cepat-cepat. Terdengar suara Dio menghela nafas. "Udah, jangan galau. Mungkin gue ngga pernah bisa ngerti perasaan lo karena gue ngga pernah ngalamin apa yang lo alamin.

Tapi ... mestinya elo tetap semangat, Dip. Selalu bersyukur. Walau lo ngga punya orang tua, lo punya pengurus panti, adik-adik panti, semuanya sayang dan ngerawat lo dari kecil. Lo ngga tidur di jalanan, bisa makan cukup, bisa sekolah, tiap tahun dikirimin buku pelajaran, dikasih HP ..."

Dipa termangu. "Iya sih, Yo."

"Makanya. Ngga usah galau lah! Oke?"

"Hmm ... iya. Eh, Yo, ada PR apa ngga?"

"Ngg ... ngga ada sih."

"Ngga ada apa lo ngga tau?"

"Tepatnya ngga tau sih. Ya elah, gue lagi nyimak di kelas. Ada PR juga gue biasanya ngga bikin. Hehehe."

Dipa mendengus.

"Ya udah, gue telepon cuma mau ngecek doang, apakah elo baik-baik aja atau ngga," ujar Dio. "Kaget gue pas lo tiba-tiba ngilang. Gue kira udah jadi siluman kucing. Hihihi ..."

Dipa hanya mengumpat. Namun saat selesai bercakap-cakap dengan Dio di telepon, dia bisa tersenyum lagi. Karena Dio mengasumsi tidak ada PR, Dipa pun bersantai.

Dipa sempat membuka aplikasi Instagram dan memuat Instagram Story di akunnya. Isinya adalah foto langit dari jendela kamarnya. Malam itu sebetulnya bulan bersinar terang andai kata tak tertutup kabut polusi kota Jakarta. Dipa menyertakan caption lirik lagu Coldplay.

"Lights will guide you home and ignite your bones, and I will try ..."

Dipa tersenyum kecil. Eda mungkin tak tahu, tapi lagu itu untuknya. Dipa meletakkan ponselnya di atas meja dan menghabiskan waktu dengan membaca sebelum terlelap.

Dipa tak tahu, tak lama setelahnya Laras Sjahrir juga memuat Instagram Story berupa foto langit kota Jakarta yang berkabut dari kaca jendela mobilnya. Cahaya bulan susah payah berusaha menyembul dari lapisan kabut tipis. Laras menyertai sebuah tulisan di fotonya, "... to fix you".

"Lights will guide you home and ignite your bones, and i will try to fix you" - Coldplay: Fix You.

(, ")

Hai, readers! Makasih udah baca lanjutan cerita Dipa dan Eda. Ternyata bukan cuma Dipa yang mendadak mellow, Laras Sjahrir juga. Kenapa, ya?

Tunggu kelanjutannya hari Kamis ya... :)))

Salam,
Feli

***********

Trivia! ^o^

Jaman saya sekolah dulu, ada satu kelas yang muridnya dikit. Kayak cuma belasan orang aja lah. Suatu hari mereka semua sepakat untuk bolos sekolah dan pergi ke Dufan. Guru-guru langsung marah-marah ketika masuk kelas dan ngga menemukan satu murid pun! Parahhh...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro