Chapter 3
"Bisa kita lihat pada gambar berikut ini. Zygomycota mempunyai spora yang disebut zygospora juga memiliki hifa tidak bersekat dan memiliki banyak inti sel. Jenis fungi ini bersifat saprofit...."
Valeri menyimak dengan seksama video pembelajaran yang diputar dilaptopnya tersebut, disertai dengan mencatat hal-hal yang menurutnya penting.
Di pagi hari yang damai itu, Valeri telah duduk di meja belajarnya ditemani oleh laptop, buku, dan cemilan tentunya.
Liburan semester satu ini ia mengisinya dengan belajar, belajar, dan belajar. Valeri malas sekali untuk keluar rumah saat liburan, jadi saat ibunya bekerja ia akan bebas melakukan segala hal kecuali keluar rumah. Belajar seperti ini misalnya.
Alasan Valeri belajar saat liburan yaitu agar ia lebih menguasai materi yang akan dipelajarinya pada semester dua nanti. Saat sebelum masuk SMA pun ia juga belajar materi kelas 10 lebih awal dan tentu dengan alasan yang sama.
Dasar anak pintar.
Saat tengah fokus dengan materi biologi yang ia pelajari, tiba-tiba ponsel yang ia letakan di sebelahnya berdering.
Valeri menatap layar ponselnya sesaat untuk melihat nama penelfon. "Ngapain Affa nelfon?" tanyanya pada diri sendiri.
Setelah menjeda video yang ada di laptopnya, dengan malas Valeri menggeser ikon berwarna hijau di layar ponsel dan menempelkan ponselnya ke telinga.
"Halo, ada apa Fa?" tanya Valeri kepada seseorang di seberang telefon.
"Val, buka grup sekarang!"
Setelah itu telefon terputus, Affa yang tiba-tiba langsung memutusnya.
"Huh?! Apaan dah?" Valeri memincingkan matanya menatap layar ponsel yang tengah ia pegang. Lalu berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan Affa.
'Apa ada info di grup kelas? Atau jangan-jangan grup kelas rame gara-gara ghibahin gue?' pikir Valeri dalam hati.
Karena merasa penasaran, Valeri mengaktifkan data seluler lalu membuka aplikasi chating. Dan benar saja, notifikasi jebol dengan chat menumpuk hingga 200-an lebih.
Tapi ternyata bukan karena grup kelas mipa 2. Itu adalah notifikasi dari grup yang berisikan empat orang sahabat Valeri. Sementara grup kelasnya masih dalam kondisi yang sama. Sepi, tanpa ada tanda kehidupan.
Bisa-bisanya grup yang cuma berisi empat orang bisa serame itu. Ralat, Valeri nggak ikut dalam obrolan jadi cuma tiga orang.
Valeri melirik grup yang bernama 'Orang Gabut' itu, dengan ikon grup berupa gambar kartun pentol berambut sedikit yang tengah duduk di depan kipas angin.
"Udah ganti lagi toh," ucap Valeri.
Valeri masih ingat kalau sebelumnya nama grup tersebut adalah 'Liburan Gaes' dengan ikon grup gambar pentol memakai kacamata hitam.
Selama ini yang mengganti nama dan ikon grup adalah Affa yang disesuaikan dengan mood serta kondisinya. Sekarang Valeri bisa tau kalau saat ini Affa sedang gabut. Dan sepertinya temannya yang lain juga tidak peduli.
Valeri membuka obrolan chat grup dan langsung menscroll ke bawah. Ia malas membaca satu persatu pesan yang sepertinya memang tidak ada gunanya.
Orang Gabut
Alia
Yaudah, sono lo telfon Valeri.
Affa
Y, sabar dikit kek.
Ini juga baru mau nelfon.
Affa
Udah gue telfon, nanti orangnya juga nongol.
Izza
Emang Valeri mau ikut?
Ikut apaan?
Affa
Nih dia orangnya.
Val, keluar yuk.
Biasa jalan-jalan, gue bosen nih di rumah mulu.
Nggak, gue sibuk.
Izza
Nah kan.
Alia
Yah, ayolah😢
Affa
Yaelah Val, lo sibuk apa sih?
Rebahan?
Jangan di rumah mulu, sekali-kali keluar gitu loh.
Gue udah keluar kok tadi,
buang sampah di depan.
Dan gue juga sibuk belajar ya,
udah jangan ganggu!
Izza
Aku juga sibuk baca buku, jadi lain kali aja.
Alia
Kalian kok gitu sih.
Ayolah hari ini aja deh.
Affa
Dasar anak rajin_-, bisa2nya belajar saat liburan. Gak ada kegiatan lain apa?
Ada, bernafas :v
Izza
...
Alia
Krik krik
Affa
Garing neng_-
Kalo kalian pengen keluar,
kenapa nggak berdua aja?
Alia
Nggak seru! Kalo rame2 kan enak.
Izza
Jangan, nggak ada pawangnya.
Entar mereka berdua malah ribut ditengah jalan dan jadi berita lokal.
Alia
Apa ini?_-
Affa
Please deh Za_-
Wkwkwk,
Jujur nih ya, liburan ini gue bokek.
Jadi males keluar.
Affa
Kami traktir deh. Yuk!
Alia
Kok kami?
Affa
Ya gapapa lah, sekalian ngasih hadiah buat tuh peringkat satu.
Alia
Tumben lo baik.
Affa
Gue memang baik.
Alia
Idih.
Oke kalau ditraktir gue mau!
Jam berapa? Kumpul dimana?
Affa
Uwu, semangat betul lo kalau ada yang gratis.
Biasa,
Rakyat di negara berflower.
Alia
Izza gimana?
Izza
Kalo Valeri ikut. Aku juga ikut deh.
Affa
Oke sip!
Kita kumpul di depan mall XX.
Jam 10.00
JANGAN TELAT!!
***
Dan di sinilah mereka. Berada di luar mall dekat alun-alun kota.
Setelah grup chat berakhir tadi, tak berselang lama Affa menjemput Valeri tepat di depan rumahnya. Tidak dengan kendaraan pribadi, tapi ia jalan kaki.
Setelah Valeri mengganti baju dan mengunci pintu rumah, mereka berangkat menuju halte. Setelah bus datang, lalu mereka pergi ke tempat yang telah dijanjikan.
Sesampainya di tempat janjian, beberapa menit kemudian Izza datang dengan diantar supir pribadinya. Ia terlihat sangat modis dengan setelan kaus polos disertai outer bercorak berlengan panjang dan celana kulot yang warnanya senada dengan hijab pasmina yang ia kenakan.
Sementara Affa juga terlihat modis walau berpenampilan sederhana. Ia memakai kaus polos berlengan pendek dan jeans navy disertai dengan kemeja kotak-kotak yang ia ikatkan di pinggangnya.
Valeri menatap dirinya sendiri yang hanya memakai hodie dan celana jeans abu-abu. 'Bodo amat lah dengan penampilan,' ujarnya dalam hati.
Sebenarnya ini pertama kalinya mereka berempat keluar dengan pakaian selain seragam sekolah. Dan disinilah terlihat sekali perbedaan kasta diantara mereka.
Dan bersikap bodo amat adalah jalan pikiran Valeri.
Tak berselang lama, Alia datang dengan penampilan yang lumayan girly dengan memakai atasan lengan panjang yang dimasukkan ke dalam rok polos dengan ikat pinggang dari kain yang diikat seperti simpul pita.
Oh, dan tidak lupa jepit rambut berbentuk pita yang bertengger di rambutnya.
"Gue nggak telat kan?" tanya Alia setelah sampai di depan ketiga temannya.
"Telat tiga menit," jawab Affa sambil memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga.
Namun sebelum Alia membalas ucapan Affa, Izza menyela dan mengajak mereka semua untuk langsung masuk ke dalam mall.
Yah tidak ada adu mulut.
"Kita ke sini mau belanja?" tanya Valeri setelah mereka berada di dalam bangunan mall.
"Lo kira mall cuma buat belanja doang? Sekarang udah nggak ya," sahut Affa berkacak pinggang.
"Ya, mana gue tau. Gue kan jarang ke mall."
"Yaudah, lo tinggal ngikutin kami aja. Kan kami tadi udah janji buat neraktir lo."
"Kami? Gue rasa lo doang deh yang mau bayarin Valeri," celetuk Alia yang disusul dengan anggukan Izza.
"Udah, gue bisa bayar sendiri kok. Tadi dichat gue cuma becanda. Lagian ya, gue juga masih punya uang tabungan. Gue gak mau dicap kayak memanfaatkan kekayaan kalian." Kini Valeri berusaha untuk melerai.
"Kami di sini nggak ada yang ngerasa dimanfaatin kok. Simpan aja uang tabungan lo, biar Affa yang traktir," ujar Alia sambil menepuk-nepuk pundak Valeri.
"Syaiton," gumam Affa namun masih terdengar oleh ketiga sahabatnya itu.
Saat ini mereka berempat akan menonton film. Dan benar saja, Affa yang membayar tiket film untuk Valeri, sementara kedua temannya yang lain membayar sendiri.
Meskipun telah beberapa kali menolak, Valeri telah dibuat cengo karena kegigihan Affa. Ternyata gadis itu benar-benar menepati janjinya untuk mentraktir Valeri.
Di dalam bioskop itu mereka menikmati film bergenre fantasi dengan tenang. Tak ada satu katapun terlontar dari mulut mereka, hanya ada suara mengunyah popcorn dan hisapan minuman soda.
Setelah berdiam di dalam bioskop selama kurang lebih dua jam, lantas mereka menuju ke pusat hiburan.
Kali ini yang menawari untuk mentraktir Valeri adalah Alia. Tentu mereka bertiga diam karena terkejut, pasalnya mereka menyangka kalau Alia tidak akan mentraktir Valeri. Tapi mereka salah, begitulah Alia yang kadang bertolak belakang dengan ucapannya.
Dan meskipun telah berusaha menolak, lagi-lagi Valeri harus pasrah dengan menerima tawaran Alia itu.
Disana mereka mencoba banyak permainan. Namun Valeri merasa payah karena tidak jago memainkan setiap permainan yang ia coba. Meskipun begitu, setidaknya ia merasa bahagia saat ini karena dikelilingi oleh sahabat yang baik dan tulus.
Saat pertama kali masuk di SMA Bina Nusantara Valeri merasa canggung dengan semua orang. Karena semua teman di kelasnya berasal dari SMP yang berbeda dengannya jadi dia sendirian. Apalagi sekolah itu adalah sekolah elit yang siswanya rata-rata dari kalangan keatas jadi ia takut apabila salah dalam berbicara.
Namun saat itu ada tiga orang siswi yang mengajak Valeri berbicara duluan. Ya, mereka adalah Affa, Alia, dan Izza.
Mereka bertiga adalah sahabat waktu SMP dan memutuskan untuk bersekolah di SMA yang sama karena itulah mereka terlihat sangat akrab.
Awalnya Valeri memang merasa canggung karena ia beranggapan bahwa dirinya seperti pengganggu diantara persahabatan mereka bertiga. Namun semakin hari, mereka mulai lebih terbuka dengan Valeri, begitupula sebaliknya. Akhirnya mereka berempat menjadi sahabat, dan Valeri sangat betuntung mendapatkan sahabat sebaik mereka bertiga.
Setelah lelah karena puas bermain, saat ini mereka sedang menikmati makan siang, dan Izza yang kali ini mentraktir Valeri.
Dari tadi uang Valeri hanya berkurang sedikit, yaitu untuk membayar bus dan membeli makanan ringan untuk di bioskop. Karena semuanya telah ditanggung oleh tiga sahabatnya itu. Kata mereka traktiran itu sebagai ucapan selamat kepada Valeri karena ia telah mendapatkan peringkat satu pararel.
"Ini udah jam dua lebih, kita pulang yuk. Gue nggak mau ngerepotin kalian lagi," ajak Valeri setelah ia menghabiskan makanannya.
"Nanti dulu, Gue mau beli charger hp dulu. Dan lo nggak ngerepotin kok, kita malah seneng bisa seru-seruan bareng hari ini, ya kan?" Ucapan Affa tersebut dibalas dengan anggukan antusias oleh Alia dan Izza.
"Thanks ya." Kini senyum lebar mengembang di wajah Valeri. "Jadi lain kali traktir lagi ya.."
"Nggak!" seru mereka bertiga bersamaan.
"Kami akan traktir lagi kalo kamu dapat predikat siswa terbaik," ujar Izza yang membuat Affa dan Alia juga menyetujui idenya.
"Oke siapa takut."
Setelah selesai makan dan membayar makanannya. Mereka berempat kembali berjalan menemani Affa yang hendak membeli charger baru karena charger hpnya saat ini kabelnya putus, entah bagaimana bisa.
Saat setengah jalan, Izza tiba-tiba berhenti dan membuat tiga temannya itu menoleh. Izza terlihat menatap sebuat toko buku dengan pandangan mata yang tampak berbinar. Gadis itu benar-benar sangat menyukai buku.
"Lo mau gue temenin ke sana?" tanya Valeri yang dibalas anggukan antusias dari Izza.
"Hello, bisa tidak kita lupakan tentang benda kotak itu. Ini liburan loh, please jangan ke sana aku jadi mual," ucap Affa sambil tersenyum paksa.
Alia menyilangkan kedua tangannya di depan dada lalu mulai berceloteh dengan menutup mata sambil beberapa kali mengangguk.
"Hm, gue benci mengakui ini tapi Affa ada benarnya. Hari ini kita temenin Affa dulu aja, untuk urusan buku kalian dapat melihat atau membelinya lain kali. Jadi kita- Hei kok gue ditinggal!?"
Mereka bertiga langsung meninggalkan Alia yang sedang dalam mode cerewet itu. Izza dan Valeri menuju ke toko buku, sedangkan Affa pergi sendirian untuk membeli barang yang ia butuhkan.
"Haduh gue ikut siapa nih? Dahlah, Affa tungguin!" seru Alia sambil berlari mengejar Affa yang sudah berjalan jauh dari tempatnya berdiri tadi.
TING
Bunyi notifikasi dari ponsel Valari. Sebuah pesan masuk dari Affa yang berkata untuk berkumpul lagi di depan mall jika sudah selesai.
Valeri menyimpan ponselnya ke dalam saku celana. Lalu ia menyusul Izza yang telah berjalan mendahuluinya.
Saat ini mereka berdua ada di area rak khusus novel. Tanpa menunggu lama, Izza sepertinya telah menemukan novel yang ia inginkan sementara Valeri hanya melihat dan membaca blurb atau sinopsis yang berada di belakang buku yang ia temukan.
"Yah, mungkin membeli satu untuk hiburan tidak masalah," ucap Valeri sambil mengambil salah satu novel yang menurutnya bagus.
Itu adalah novel pertama yang ia punya. Selama ini Valeri tidak pernah memiliki novel di rumahnya. Kalau merasa jenuh dengan buku-buku pelajaran, ia akan meminjam novel milik Izza yang memiliki banyak sekali novel dari berbagai genre di rumahnya. Ya, hanya sekedar hiburan.
Izza sangat menyukai buku entah itu buku pelajaran ataupun novel. Ia bahkan memiliki ruang baca pribadi yang tampak seperti perpustakaan mini. Valeri pernah sekali masuk ke sana saat berkunjung ke rumah Izza dan ia langsung menyukainya. Tempatnya yang tenang, damai, dan bersih memang sangat cocok untuk belajar atau hanya sekedar membaca novel.
Tidak heran kalau Izza memilih menjadi anggota pengurus perpustakaan.
Setelah selesai membeli novel, mereka berdua bergegas mengambil langkah untuk segera meninggalkan mall itu.
Alasannya bukan hanya karena mereka ingin segera pulang ke rumah, tapi mereka baru sadar kalau meninggalkan Affa dan Alia berdua saja. Dan itu merupakan ide yang buruk.
Bugh!
"Aduh!"
Tanpa sengaja, tiba-tiba seorang pria jangkung menabrak Valeri yang tadi tengah berjalan terburu-buru. Sontak tubuh Valeri langsung terjatuh dalam posisi duduk.
"Maafkan saya, nona tidak apa-apa?" tanya pria jangkung tersebut sambil mengulurkan tangannya ke arah Valeri.
Valeri masih bisa untuk berdiri sendiri, namun ia akan merasa tidak enak jika tidak menerima uluran tangan tersebut. Lagipula Valeri juga harus bersikap sopan dengan pria yang kelihatannya berumur 30-an itu. "Saya tidak apa-apa. Saya juga minta maaf," ucap Valeri sambil menerima uluran tangan tersebut.
"Val! Kok kamu berhenti?" tanya Izza berbalik menghampiri Valeri yang sebenarnya tadi telah berada jauh di belakangnya."Eh maaf, ini ada apa ya?"
"Nggak ada apa-apa kok, udah ayo kita pulang. Nanti gue ceritain." Valeri mendorong punggung Izza menjauh dari tempat itu, lalu menengok ke belakang sebentar sembari menyunggingkan senyum ke arah pria yang menabraknya tadi. "Saya permisi paman."
Sepertinya Valeri tidak menyadari keberadaan seorang pemuda di samping pria paruh baya itu. Pemuda itu menatap lekat kepergian Valeri. Entah mengapa ia merasa familiar dengan wajah gadis itu.
"Ayo tuan muda,"ucap pria jangkung tersebut kepada pemuda di sampingnya. "Tuan muda."
Pemuda itu menoleh dengan perasaan jengkel. "Aku udah bilang, jangan memanggilku dengan sebutan tuan muda kalau nggak ada mama sama papa. Ayo cepat aku nggak mau ketinggalan makan malam."
"B-baik." Pria itu berjalan menyamakan langkah kaki dengan tuannya. "Maaf kalau saya kesannya ingin tau, tapi apakah anda tadi mengenal gadis itu? Saya merasakan ada yang aneh dengan tatapan anda."
Pemuda itu terdiam sesaat lalu menghentikan langkahnya. Ia menghembuskan nafas kasar.
"Sudahlah, itu tidak penting. Mungkin hanya perasaanmu saja."
***TBC***
A/N
14 Februari 2021
Hm, entah kenapa aku sangat bersemangat menulis chapter ini.
Gimana udah tau kan siapa lelaki itu? Hihihi...
Oh iya ini gambar ikon grup mereka berempat dengan nama grup 'Orang Gabut.'
Oke aku kehabisan kata-kata, nggak tau mau ngetik apa lagi.
Jangan lupa tinggalkan jejak. Yuk komen dan kasih bintang⭐
Salam hangat
Adellia
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro